𝘏𝘢𝘱𝘱𝘺 𝘙𝘦𝘢𝘥𝘪𝘯𝘨😘
•
•
•
"Selamat datang!" Suara seorang pelayan menyambut pelanggan yang baru datang kemudian dengan cekatan pelayan itu segera melayani pelanggannya. Terlihat Cafe itu sangat ramai pengunjung tentu terutama para gadis remaja dan wanita dewasa. Tujuan awal mereka datang ke cafe mungkin berbeda namun lebih banyak tujuan mereka sama yakni untuk melihat langsung pemilik Cafe yang terkenal sangat tampan itu. Pria itu adalah Jeon jungkook, pria berperawakan tinggi dengan tubuh atletis dengan senyum kelinci khasnya. seorang bekas Nara pidana dan mungkin tak banyak yang tahu berita itu namun, mereka berlomba-lomba datang ke sana meski harus mengantri untuk mendapat meja.
"Tuan Jeon, pengunjung semakin ramai setiap harinya. Ternyata pesona anda benar-benar hebat, tuan." Ucap salah satu pelayan yang bekerja di cafe itu. Sedangkan Jungkook orang yang selalu di bicarakan yang saat ini berada di sampingnya hanya tersenyum menanggapi ucapan pegawainya.
"Aku akan kembali ke ruangan ku tolong awasi yang lain. Jika ada apa-apa panggil aku di ruangan ku." Ucap jungkook seraya menepuk pundak karyawannya bernama minseok.
"Baik tuan Jeon." Jungkook melangkah pergi dari sana meninggalkan pekikan para pelanggan setelah melihat senyuman jungkook yang sempat mereka lihat.
𝙎𝙠𝙞𝙥
Malam pun tiba, pukul 08.30pm para pelayan mulai membersihkan cafe. karena sebentar lagi cafe akan di tutup. Sedang di ruangan kerjanya, jungkook saat ini masih berkutat dengan kertas-kertas dan sebuah laptop yang ada di depannya. Sama sekali tak menghiraukan waktu yang menunjukkan waktu pulang.
𝙏𝙤𝙠 𝙏𝙤𝙠 𝙏𝙤𝙠
"Masuk!" Ucap jungkook tanpa mengalihkan pandangannya dari berkas-berkas itu.
"Tuan Jeon anda akan pulang atau masih tetap di sini?"
"Aku masih belum selesai, berikan kuncinya padaku biar aku saja yang menutup cafe." Ucap jungkook saat melihat minseok yang kini berada di depannya.
"Baik tuan." Minseok pun meletakkan kunci itu di atas meja jungkook dan segera pamit undur diri untuk segera pulang.
Setelah minseok pergi, jungkook pun kembali menatap layar laptopnya dan melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.
***
Di tempat lain di sebuah pesawat yang tengah landing, sesosok pemuda mungil mengerjakan matanya setelah merasakan sebuah tepukan di bahu sempitnya membuatnya terbangun dari acara tidurnya kemudian ia pun menoleh ke arah seorang pria dengan setelan jas hitam dengan tubuh kekar yang kini berdiri di sampingnya.
"Ne? Ada apa?" Ucapnya dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur.
"Tuan muda maafkan saya tapi, saat ini kita sudah sampai." Ucap pria itu yang berstatus pengawal dari pemuda mungil itu.
"Eh? Benarkah? Pukul berapa sekarang?" Tanyanya yang membuat si pengawal melihat ke arah lengan kirinya dimana sebuah jam tangan melingkar disana.
"Sekarang baru pukul 9 malam tuan muda."
Kini dua orang berbeda fisik itu sudah berada di dalam bandara. Berjalan santai dengan pengawal tadi mengikuti pemuda mungil itu di belakangnya.
"Sehun Hyung, apa Hyung ku sudah datang menjemput?" Ucap si mungil sambil berjalan menuju pintu keluar.
"Seperti nya sudah... Ucapan pengawal yang bernama Sehun otomatis terhenti kala suara seseorang memanggil nama tuan mudanya itu.
"JINAN!" Pemuda mungil itu pun menolehkan kepalanya ke arah pintu keluar dapat ia lihat sang kakak tengah melambaikan tangan padanya dengan senyum yang kelewat lebar. Dengan perasaan senang yang membuncah, Jinan pun ikut tersenyum lebar hingga matanya melengkung membuat matanya tenggelam membentuk bulan sabit.
"JISOO HYUNG!" Pemuda bernama Kim Jinan pun berlari ke arah sang kakak yang sudah dua tahun lamanya tak bertemu karena Jinan tengah meneruskan kuliahnya di salah satu universitas terbaik di London.
𝘽𝙧𝙪𝙠
Jinan pun menubruk kan tubuhnya pada tubuh tinggi sang kakak yang segera menangkapnya dan membalas pelukannya.
"Dongsaeng Hyung yang manis sudah pulang eoh? Hyung sangat merindukan mu." Ucap Jisoo di sela pelukannya. Jinan pun melonggarkan pelukannya dan menatap wajah Jisoo yang menatapnya sendu.
"Ish Hyung, aku baru pergi dua tahun dan sekarang aku sudah pulang. Jadi jangan sedih lagi ne."
"Tetap saja Hyung sedih, karena kau tak pernah jauh dari jangkauan Hyung."
"Ah.. Ya Hyung, di mana Seo yoon noona?" Ucap Jinan sambil mengedarkan pandangannya.
"Dia tidak ikut karena ia harus ke rumah sakit untuk menemani Appa nya yang sakit."
"Eh.. Apa yang terjadi dengan Han Appa ?" Tanya Jinan yang tampak khawatir.
"Kemarin siang beliau mendapatkan serangan jantung."
"Lagi?" Jisoo pun mengangguk.
"Sudah beberapa kali terjadi. Hah.. Ku harap tak terjadi apa-apa padanya."
"Um.. Semoga Han Appa baik-baik saja."
"Semoga saja, baiklah kita pulang sekarang ne. Sehun-ah tolong masuk kan barang-barang Jinan ke dalam bagasi." Ucap Jisoo kemudian merengkuh bahu sempit adiknya untuk segera pergi dan masuk ke dalam mobilnya.
"Ne Tuan."
***
Di dalam mobil, Jinan tak henti-hentinya bercerita tentang kesehariannya di London dan saat ia masih sekolah hingga suara perutnya menginterupsi perhatian mereka.
"Kau lapar sayang?" Tanya Jisoo dengan tawa gelinya.
"Hehe.. Ne Hyung, sepertinya cacing cacing di perut ku tak mau menunggu lama hingga sampai di rumah." Ucap Jinan dengan cengirannya.
"Baiklah kita cari restoran yang masih buka. Paman Choi tolong cari restoran yang masi buka."
"Baik tuan." Mobil mereka pun segera menuju ke sebuah restoran yang tampak masih buka tak jauh dari sana dan akhirnya mereka pun sampai di sebuah restoran di kawasan Namdaemun.
"Pesanlah sayang."
"Hyung, aku bingung ingin makan apa. Semuanya terlihat enak karena sudah lama aku tak makan masakan Korea." Ucap Jinan sambil membolak balik buku menu di tangannya.
"Memangnya kau tak pernah membuat sendiri makananmu saat di London? Bukankah kau pandai memasak."
"Yah.. Memang. Tapi, saat di sana aku sangat malas melakukannya. Kau tahu Hyung, supermarket jauh dari tempat tinggalku jadi aku lebih sering delivery." Ucap Jinan sambil terkekeh
"Yak! Kau tahu makanan cepat saji itu tidak sehat Jinan."
"Tenang saja Hyung, aku tak pernah memesan makanan cepat saji. Aku lebih memesan makanan dari restoran dan aku sangat menyukai salad nya."
"Salad? Hanya itu? Tak heran kau terlihat kehilangan lemak di pipimu ini." Jisoo pun mencubit gemas pada pipi Jinan yang tampak menirus namun tetap saja terlihat menggemaskan.
"Aw Hyung, sakit.. Ish!" Jinan pun mengusap kedua pipinya setelah Jisoo melepas cubitannya.
"Baiklah sekarang pesan lah makananmu. Makan yang banyak Hyung tak ingin kau terlalu kurus. Kau terlihat jelek tak terlihat menggemaskan seperti dulu."
Setelah perbincangan mereka, Jinan pun segera memesan beberapa makanan dengan tatapan berbinar saat memilihnya di daftar menu. Karena jujur saja ia sangat rindu saat lidahnya merasakan makanan dari tanah kelahirannya itu. Dan setelah pesanan datang mereka pun segera menikmatinya dengan beberapa obrolan yang menyenangkan.
𝙏𝘽𝘾