๐๐ข๐ช! ๐ฎ๐ข๐ข๐ง ๐ด๐ฆ๐ฃ๐ฆ๐ญ๐ถ๐ฎ ๐ฎ๐ฆ๐ฎ๐ฃ๐ข๐ค๐ข ๐ฑ๐ข๐ณ๐ต -2 ๐ช๐ฏ๐ช, ๐ด๐ข๐บ๐ข ๐ฎ๐ช๐ฏ๐ต๐ข ๐ถ๐ฏ๐ต๐ถ๐ฌ ๐ฌ๐ฆ๐ฎ๐ฃ๐ข๐ญ๐ช ๐ฎ๐ฆ๐ฎ๐ฃ๐ข๐ค๐ข ๐ถ๐ญ๐ข๐ฏ๐จ ๐ฑ๐ข๐ณ๐ต-1 ๐ฌ๐ข๐ณ๐ฆ๐ฏ๐ข ๐ข๐ฅ๐ข ๐ฑ๐ฆ๐ณ๐ถ๐ฃ๐ข๐ฉ๐ข๐ฏ ๐ฅ๐ข๐ณ๐ช ๐๐ข๐ด๐ต ๐ฏ๐บ๐ข. ๐ซ๐ข๐ฅ๐ช ๐ซ๐ช๐ฌ๐ข ๐ฌ๐ข๐ญ๐ช๐ข๐ฏ ๐ต๐ฆ๐ต๐ข๐ฑ ๐ฃ๐ข๐ค๐ข ๐ช๐ฏ๐ช ๐ซ๐ข๐ฏ๐จ๐ข๐ฏ ๐ต๐ฆ๐ณ๐ฌ๐ฆ๐ซ๐ถ๐ต ๐ซ๐ช๐ฌ๐ข ๐ข๐ฅ๐ข ๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐ฃ๐ฆ๐ฅ๐ข ๐ฅ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ข๐ฏ ๐๐ข๐ด๐ต๐ฏ๐บ๐ข, ๐ฐ๐ฌ๐ฆ!
๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐! (โฉยดโ`โฉ)๐
Senyumnya merekah saat sebuah pelukan hangat merengkuh tubuhnya. Melampiaskan rasa rindu yang telah lama pemuda mungil itu simpan hingga akhirnya ia pun dapat melepaskannya setelah pemuda manis yang di rindukannya kini berada di depannya.
"Seo yoon noona, bagaimana kabar noona?" Ucap Jinan saat memeluk wanita cantik seumuran dengan kakaknya dan wanita cantik itu adalah kekasih dari Jisoo Hyung nya.
"Noona baik ji, bagaimana di London? Kau betah di sana?" Tanya Seo joon sambil mengusap kepala Jinan sayang.
Jinan menggeleng, "Saat disana aku selalu merindukan di sini, Jisoo Hyung dan Noona. Aku merindukan kalian."
"Aish.. Bukankah kau bisa menggunakan ponsel mu hum? Bisa menghubungi kami bukan?"
"Hah.. Aku tak ada waktu noona, semua kesibukan ku membuatku lelah. Jadwal ku sangat padat di sana." Keluh Jinan sambil mencebikkan bibirnya.
"Ey.. Sebelum tidur kau bisa kan menyempatkan.."
"Tidak bisa noona, karena aku sudah sangat lelah โJinan pun menoleh ke kanan dan ke kirinya kemudian berbisikโ aku di London diam-diam menjadi model majalah A.M."
"MWO?! A.M?!"
"Sssttt.. Ish! Noona kecilkan suaramu!" Seo yoon pun menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Bagaimana bisa? Bukankah majalah itu terkenal di London dan tak semudah itu menjadi model majalah itu." Ucap Seo yoon berbisik.
"Aku punya teman yang kakaknya bekerja di salah satu agensi model, dan meminta bantuan ku untuk menggantikan modelnya yang berada di rumah sakit and.. Yah.. I got an offer to be a model and agreed to a contract."
"Woah.. Ternyata bakat turun temurun. So, whether your work contract is over? Karena kau sudah bisa pulang ke sini."
"Ne, sudah selesai. Awalnya mereka ingin memberikan kontrak kerja selama 5 tahun. Tapi, aku menolaknya dan meminta pada mereka kontrak selama 2 tahun hingga aku lulus kuliah and yes, they do." Ucap Jinan. Seo yoon pun menatap Jinan kagum kemudian ia pun teringat sesuatu.
"Oh.. Aku baru ingat, Appa menawarkan mu bekerja di perusahaannya. Apa kau mau? Karena kau kuliah di jurusan Bisnis, Appa memintaku untuk menawarkan menjadi manager di perusahaannya. Bagaimana?" Ucap Seo yoon penuh harap.
"Em, noona.. Mungkin aku akan menerimanya tapi,.. Sebaiknya aku mulai bekerja dari karyawan biasa dulu karena aku belum berpengalaman. Bukannya aku menolak hanya saja...
Ucapan Jinan terpotong karena Jisoo masuk ke cafe itu dan segera duduk di samping Jinan.
"Maaf aku terlambat, karena aku harus menyelesaikan urusan ku di agensi."
"Ne, Oppa tidak apa-apa. Oppa, aku sudah memberitahukan tawaran Appa pada Jinan."
"Nde, Jinan-ah bagaimana? Apa kau menerimanya?" Tanya Jisoo pada Jinan yang kini tengah meremas tangannya.
"Eng.. Hyung, aku belum berpengalaman di bisnis meski aku kuliah dengan jurusan bisnis tapi, aku belum siap Hyung, Maaf." Ucap Jinan dengan menunduk. Ia sangat tidak bisa jika harus berbohong pada Jisoo.
Tampak Jisoo menghela nafasnya, ia sangat tahu jika Jinan akan menolaknya karena adiknya orang yang sangat jujur jika di depannya, bukan berarti di belakang Jisoo, Jinan suka berbohong hanya saja Jinan akan sangat sulit untuk menolak permintaan orang lain yang menurutnya tak ia suka namun hati dan mulutnya berbeda. Jika hatinya berkata tidak, namun mulutnya berkata iya. Intinya Jinan tak ingin orang lain sakit hati atas penolakannya.
"Jinan, Hyung sudah pernah menasehati mu bukan? Tentang menolak dan menerima." Ucap Jisoo sambil menggenggam kedua tangan Jinan. Jinan pun mengangguk, sedangkan Seo yoon menatap bingung pada apa yang di katakan Jisoo.
"Maaf menyela. Apa maksud Jisoo Oppa dengan menolak dan menerima?" Ucap Seo yoon sambil menatap pada Jisoo dan Jinan bergantian.
"Begini Seo yoon-ah, Jinan memiliki masalah untuk menolak sesuatu yang tidak benar menurutnya. Ia takut jika orang yang ia tolak akan merasa sakit hati padanya." Seo yoon pun mengerti dan kini menatap pada pemuda mungil yang masih menunduk.
"Jinan, dengarkan Noona," Jinan pun mendongakkan kepalanya dan menatap polos pada Seo yoon.
"Jinan, jika kau merasa permintaan seseorang padamu tidak benar atau berlainan dengan keinginanmu, kau harus bisa menolaknya. Bukan berarti kau menolak seseorang kau membuat mereka sakit hati, Tidak Jinan. Mereka tidak akan sakit hati jika kau menolaknya dengan benar. Jika kau menerima hal yang menurutmu tidak kau inginkan itu pun salah. Karena apa, karena mereka merasa kau memberikan harapan. Seperti tawaran noona tadi, jika kau tak menginginkannya kau bisa menolaknya, kami bisa mengerti dengan penolakan mu. Kau harus berterus terang pada keputusanmu dan dirimu sendiri, mengerti kan?" Jelas Seo yoon.
Jinan pun mengangguk, "Ne, noona aku mengerti." Jisoo pun tersenyum kemudian tangannya terulur meraih kepala Jinan dan mengusapnya.
"Baiklah, mulai sekarang kau harus jujur pada semua orang tentang keputusanmuย bukan hanya pada Hyung saja, Araseo?!"
"Um, araseo Hyung."
"Baiklah, sekarang kita makan siang. Hyung sudah lapar."
"Nde Hyung."
Setelah menyelesaikan obrolan, mereka pun makan siang bersama. Setelah itu Jinan dan Jisoo pun berpamitan untuk mengajak Jinan jalan-jalan karena sedari kemarin Jinan merengek agar ia menemaninya untuk berkeliling kota Seoul.
Dalam perjalanan Jinan tersenyum kala menatap pada jalanan kota Seoulย dengan binar rindu. Jisoo pun sesekali melirik adiknya dengan tersenyum ia pun sangat merindukan saat-saat seperti ini. Menghabiskan waktu berdua, memanjakan adiknya. Karena Jisoo berjanji akan selalu membuat adiknya bahagia.
"Jin-ah, kau ingin kemana dulu?" Ucap Jisoo mengalihkan perhatian Jinan yang sedari tadi memandang keluar.
Jinan pun menoleh ke arah hyungnya, "Um.. Bagaimana kalau ke Namsan Park?"
"Hwag-in." Jisoo pun sedikit melajukan mobilnya sedikit cepat karena tempat yang ingin di kunjungi adiknya jaraknya agak jauh dari posisi mereka. Namun, Jisoo tak pernah mempermasalahkan hal itu yang terpenting baginya adalah adiknya merasa senang.
Setelah 30 menit perjalanan, mereka pun sampai di taman itu dan sebelumnya Jisoo mencari tempat parkir untuknya karena dapat ia lihat parkiran di sana cukup padat karena penuh dengan mobil pengunjung.
Setelah menemukan tempat parkir, Jisoo pun menarik tuas rem tangan kemudian melepas seat belt nya dan tak lupa memakai masker dan topi untuk menyamarkan identitasnya.
"Kita turun sekarang." Dan di angguki oleh Jinan.
Mereka pun turun dari mobil dan segera melangkah ke arah taman itu. Jinan tampak kagum dengan pemandangan indah di matanya.
"Woooaah..." Seru Jinan.
***
Beruntung mereka sampai saat hari senja. Lampu taman itu dinyalakan menambah ke indahan nya. Jinan pun tak henti hentinya terkagum bahkan ia sesekali memotret dengan kamera ponselnya.
"Hyung, ini sungguh luar biasa!" Ucap Jinan antusias. Sedang Jisoo terkekeh menatap gemas pada dongsaeng nya yang sangat antusias saat ini. Ia pun mengacak rambut Jinan membuat sang empu kesal atas tindakan Hyung nya.
"Ish.. Hyung! Rambutku berantakan!" Protesnya sambil menepis tangan hyungnya.
"Oke, sorry. Jin-ah kau ingin ke Namsan tower sekarang?"
"Nanti saja hyung, aku masih ingin di sini. Hyung kita ke sana! Ada bangku taman yang kosong!"
"Hum.. Ayo!"
Jinan pun melangkah cepat ke arah bangku yang ia tunjuk tadi di ikuti Jisoo di belakangnya.
"Ahh..." Seru Jinan sambil mendudukkan diri pada bangku itu. Jisoo pun ikut duduk di sebelahnya.
"Jin-ah.. Kau masih kau masih menyimpan gelang itu?" Ucap Jisoo saat ia melihat ke arah lengan kanan dongsaeng nya yang tampak sebuah gelang berwarna silver dengan hiasan bintang-bintang kecil dengan huruf inisial 'J' di sana.
Jinan pun mengangkat lengannya ke depan kemudian sedikit menarik lengan Coat nya hingga gelang yang ia kenakan terlihat jelas.
"Ne Hyung, dia memintaku untuk menjaganya karena ia bilang gelang ini milik kekasihnya yang sudah tiada dan sangat mirip dengan ku."
"Apa kau tak curiga pada pria itu?" Jinan pun mengerutkan keningnya.
"Maksud Hyung?"
"Bisa saja pria itu seorang penguntit yang sudah lama mengincar mu dan beralasan jika kekasihnya sangat mirip denganmu." Ucap Jisoo menatap serius ke arah Jinan.
"Hyung, itu tak mungkin. Aku melihat ketulusan dari matanya. Tidak mungkin dia berbohong." Sangkal Jinan.
"Yah.. Bisa saja dia berakting agar kau percaya. Jin-ah dengar, bukan maksud Hyung tak percaya tapi, kau juga harus berhati-hati. Jangan pernah percaya pada siapa pun semudah itu. Di dunia iniย banyak sekali orang berpura-pura baik dan tulus. Contohnya Sung jae. Kau...."
"Hyung, please.. Jangan bicarakan dia lagi." Sela Jinan. Ia merasa sakit hati jika mengingat pria itu. Pria yang pernah membuatnya sakit hati, mantan kekasihnya saat ia masih di SHS dulu.
Jisoo pun menghela nafasnya, "Itu hanya salah satu contoh dari sekian banyak orang yang berpura-pura tulus. Kau harus bisa belajar dari sana. Jangan mudah terpengaruh oleh siapa pun yang tampak baik di depanmu."
"Ne.. Ne.. Sudah cukup Hyung, kau membuat mood ku buruk sekarang. Hah.. Kita pulang sekarang." Ucap Jinan seraya bangkit dari duduknya.
"Eh? Kau tak ingin ke...."
"Hyung, pulang sekarang!" Ucap Jinan dengan penekanan di setiap kata yang ucapkan. Jisoo pun kembali menghela nafasnya dan akhirnya ia beranjak dari duduknya dan mengikuti Jinan yang sudah berjalan lebih dulu meninggalkan nya.
๐๐ฝ๐พ