Malam telah tiba, entah mengapa suasana saat itu terasa mencekam. Langit malam yang gelap tanpa adanya bintang dengan udara dingin yang menusuk, seorang pemuda cantik yang kini berjalan tak tentu arah tangannya memeluk tubuhnya yang menggigil. Air matanya terus mengalir membasahi pipi chubby nya.
Pemuda bernama Park jimin itu tengah merasakan kesakitan di relung hati dan tubuhnya. Ia sekarang benar-benar menyerah akan hidupnya juga cintanya mungkin saat ini adalah akhirnya, Akhir dari semua penderitaannya.
"Aku lelah, Aku sudah sangat lelah.." Gumamnya.
Kini ia sudah berada di sebuah jembatan yang dibawahnya terdapat sungai dengan aliran air yang begitu deras. Jimin membawa tangannya berpegangan pada sisi jembatan itu dengan matanya menatap kosong ke bawah ke arah aliran sungai yang deras.
Kini jimin sudah duduk di atas tepi besi jembatan itu matanya menatap lurus ke langit dengan air matanya yang kembali menetes.
"Maaf, aku sangat mencintaimu.." Lirihnya dan tanpa di duga,
.
𝘽𝙮𝙪𝙪𝙪𝙧𝙧
Jimin menjatuhkan tubuhnya ke dalam sungai yang airnya terasa sangat dingin membekukan. Tubuhnya perlahan semakin jatuh ke dasar dengan matanya masih terbuka melihat ke atas. Pandangannya mulai memburam dadanya mulai terasa sesak. samar- samar ia melihat air yang terpantul cahaya begitu berkilauan, 'Indah' ucapnya dalam hati dan perlahan pandangannya berubah gelap dan matanya pun mulai terpejam.
𝙎𝙧𝙚𝙚𝙩
Sebuah lengan kekar meraih lengan jimin yang mengambang. Kemudian menarik tubuh mungil yang sudah tak bergerak itu dengan susah payah akibat derasnya aliran air sungai. Terus berusaha untuk mencapai permukaan sungai.
Hingga beberapa waktu pria itu, jeon jungkook berhasil mencapai permukaan dan berhasil membawa tubuh jimin ke tepi sungai.
"Uhuk uhuk.. Hah... Hah.. J-jimin.. Uhuk uhuk.. Hah.. B-bangun.. Hei.. Hah.. Hah..." Ucap jungkook sambil menetralkan nafasnya akibat menahan nafas terlalu lama di dalam air hingga nafasnya tersengal. Jungkook merangkak ke arah tubuh jimin yang tak bergerak ia mendekatkan telinganya di dekat wajah jimin, "t-tidak.. Tidak.. Tidak mungkin.." Racau nya saat ia tak merasakan nafas jimin. Kemudian ia beralih ke arah dada mencari suara detak jantung jimin, namun nihil jungkook tetap tak menemukan suara itu.
"T-tidak baby, kau tak boleh pergi. Tidak!" Jungkook menggeleng kencang kemudian mencoba melakukan CPR pada jimin. Berulang kali ia lakukan sampai memberikan nafas buatan pun tak ada respon dari tubuh jimin. Jungkook jatuh terduduk sambil menangis meraung ia menarik rambutnya frustasi. "Tidak! Tidak! Kau tak boleh pergi! Kau tidak boleh pergi baby! Aku membutuhkan mu!" Racaunya dengan tangisan keras di malam dingin dan sunyi itu.
Jungkook meraih tubuh jimin membawanya kepangkuan nya kemudian memeluknya erat sambil mengusap kepala jimin lembut masih dengan tangis pilunya ia merasa sangat kehilangan saat ini. Ia baru sadar telah melukai cintanya. Cinta?Entah kapan ia mulai mencintai obsesinya.
"Baby, jangan tinggalkan aku... Hiks.. Aku mencintaimu... Hiks.. Hiks.. Kembalilah sayang.. Hiks... Kumohon.. Maafkan aku.. Hiks.. Hiks.. Maafkan aku... Hiks.." Jungkook terus memeluk tubuh jimin yang telah pucat dan dingin itu seakan tak ingin melepaskannya. Jungkook masih di tempatnya memeluk tubuh jimin, hingga terdengar suara sirine mobil polisi dan beberapa mobil lain mendekat ke arahnya.
𝙏𝙖𝙥 𝙏𝙖𝙥 𝙏𝙖𝙥
Suara derap langkah cepat beberapa orang mendekat ke arah jungkook yang memeluk jimin.
"H-hyung...?" Langkah jihyun terhenti saat melihat tubuh jimin yang basah dan pucat berada di depan matanya. Kemudian dengan cepat meraih tubuh sang kakak dan mendorong tubuh jungkook.
"Minggir!" Sentak jihyun setelah mengalihkan tubuh jimin ke dekapannya tak perduli kini pakaiannya ikut basah.
"Hyung, bangun hyung.... Ku mohon bangunlah hyung.. Hyung!" Jihyun pun menangis memeluk tubuh mungil itu dengan erat.
"Hyung.. Hiks... maafkan aku.. Jangan pergi hyung.. Hiks... Aku sendirian hyung... Jangan tinggalkan aku... Hiks.." Yoongi menghampiri jihyun yang kini menangis mengusap bahunya.
"Kita bawa ke rumah sakit, ambulan sudah datang." Ucap yoongi lembut meski tak dapat di pungkiri jika hatinya juga sakit melihat tubuh jimin yang sudah tergolek lemas. Jihyun pun mengangguk kemudian sebuah brankar khusus datang di samping jihyun kemudian para anggota medis mengangkat tubuh jimin ke atas brankar itu dan segera membawanya ke rumah sakit di ikuti oleh 2 buah mobil. Mobil Pertama, mobil yoongi yang di dalam nya ada namjoon, hoseok, dan seokjin. Sedang mobil yang satunya ada takuya, jihyun dan kyuhyun.
Di sisi lain jungkook tengah memberontak saat petugas kepolisian memborgol dan membawa paksa jungkook untuk mereka bawa ke kantor polisi.
"Lepas! Lepaskan aku! Apa yang kalian lakukan!" Ucap jungkook tak terima.
"Tentu saja menangkap mu, kau sudah melakukan penculikan, penyekapan dan penganiayaan jungkook-ssi. Mari ikut kami ke kamtor polisi." Ujar taemin sambil memasangkan sebuah borgol pada kedua pergelangan tangan jungkook.
"T-tidak! Lepas! Aku ingin melihat jimin ku! Lepaskan aku brengsek! Lepas!"
"Ya, nanti kami akan mengijinkan mu untuk melihatnya. Cepat bawa dia ke kantor" Ucap taemin pada rekan nya.
"Baik pak!" Rekan taemin pun segera membawa jungkook ke arah mobil polisi tak memperdulikan tubuh jungkook yang memberontak.
***
Di rumah sakit, semua orang sama-sama sedang gelisah menunggu di depan pintu UGD. Jihyun sudah menangis di samping takuya dengan kedua tangannya yang menutupi wajahnya takuya sendiri wajahnya terlihat muram. Sedang yoongi kini mondar-mandir dengan menggigiti kuku jarinya karena rasa gugupnya. Dan yang lainnya bersandar pada dinding dengan hati yang gelisah sambil menatap lurus ke arah pintu di depan mereka.
𝘾𝙚𝙠𝙡𝙚𝙠
Pintu ruangan di depan mereka pun akhirnya terbuka menampilkan sosok seorang dokter muda yang terlihat sekali wajahnya sangat muram sambil melepas masker yang tadinya ia kenakan. Mereka pun segera menghampiri sang dokter dengan perasaan di hati mereka yang berbeda-beda.
"Dokter bagaimana keadaannya?" Ucap yoongi yang menghampiri dokter itu lebih dulu. Tampak dokter itu menghela nafasnya lelah kemudian menggelengkan kepalanya.
"Maafkan kami, kami sudah berusaha melakukan apa yang kami bisa. Dengan menyesal kami mengucapkan jika kami tak dapat menyelamatkan nyawa pasien. Maaf." Semua yang ada di sana seketika membeku di tempat masing-masing sedangkan jihyun tubuhnya meluruh ke lantai dengan tangisnya yang kembali pecah.
"Tidak hyung! Tidak! Aaargggghhh.... Hiks.. Hiks.." Jihyun menarik rambutnya frustasi kemudian ia bangkit dan berlari masuk ke ruangan itu.
"Jihyun!" Takuya mengejar jihyun ke dalam di ikuti yoongi dan yang lainnya.
Setelah berada di dalam ruangan itu, jihyun dengan perlahan melangkah kearah brankar dimana tubuh jimin berada dengan isakan yang keluar dari belah bibirnya. Dapat jihyun lihat di atas brankar itu tubuh Hyung nya yang sangat pucat. tak ada tanda-tanda hyung nya itu untuk bangun dari tidurannya dan memeluknya.
"H-hyung.. Jimin hyung kenapa kau meninggalkan ku eoh? Kau tega sekali, kenapa kau menemui Eomma dan Appa lebih dulu hyung? Kau tidak tahu, kalau aku juga merindukan mereka kenapa kau curang eoh.. Hiks.. Hiks.. Kenapa kau pergi sebelum aku bisa meminta maaf padamu? Hyung tega sekali meninggalkan ku dengan rasa bersalahku ini pada mu... Hiks.. Hiks..." Ucap jihyun yang kini telah merengkuh tubuh jimin yang terasa sangat dingin.
"Jihyun-ah relakan dia pergi, biarkan jimin pergi dengan tenang ne? Ia Mungkin sudah lelah dengan apa yang sudah terjadi padanya biarkan jimin beristirahat dengan tenang." Ucap takuya sambil merengkuh tubuh jihyun membawanya ke dalam pelukannya dan jihyun pun kembali menangis keras di dalam dekapannya.
"Jimin-ah ku harap kau tenang sekarang. Maaf jika aku belum bisa membahagiakanmu selama beberapa waktu yang lalu. Maaf..." Yoongi pun mengecup kening jimin begitu lembut. Dan setelahnya tangis pilu jihyun kembali terdengar saat seorang perawat masuk ke dalam ruangan itu untuk menutup seluruh tubuh pucat jimin dengan kain putih.
***
1 𝙩𝙖𝙝𝙪𝙣 𝙠𝙚𝙢𝙪𝙙𝙞𝙖𝙣.
13 𝙊𝙠𝙩𝙤𝙗𝙚𝙧
Seorang pemuda memakai baju serba hitam berjalan memasuki area pemakaman di siang itu dengan di tangannya membawa sebuket bunga soba. Setelah sampai di depan salah satu makam, pemuda itu meletakkan buket bunga soba itu di depan foto seorang pemuda manis yang tersenyum bulan sabit.
"Annyeong jimin hyung~! Aku datang hari ini karena merindukanmu. 1 tahun tak terasa ya hyung? Ternyata secepat ini. Ah ya hyung.. Aku sekarang sudah lulus dari beberapa bulan yang lalu dan sekarang aku sudah menjadi seorang mahasiswa di universitas impian mu, Seoul University. Aku masih mengingat dulu hyung sangat bersemangat saat ingin masuk ke universitas itu. Sekarang aku mewujudkan impian mu hyung. Aku di sini hidup dengan baik bersama takuya hyung meski posisimu sebagai hyung terbaik untuk ku tak pernah tergantikan." Jihyun terkekeh dengan air mata yang kini menetes di sudut matanya.
"Ah.. Baiklah hyung aku pergi sekarang ne.. Aku berjanji akan melanjutkan hidupku dengan baik. Hyung tenang saja ne.. Jangan khawatirkan aku di sana. Dan satu hal lagi, selamat ulang tahun hyung. Aku akan selalu merindukan mu hyung." Ucap jihyun seraya mendekat ke arah batu nisan jimin dan mengecupnya. Jihyun pun bangkit dan segera berbalik ia tak ingin berlarut-larut dalam kesedihan. Jihyun sudah berjanji akan menjadi seorang yang lebih kuat dan tegar menjalani hidup yang berat ini, "selamat tinggal hyung." Ucap jihyun untuk terakhir kalinya dan segera berjalan meninggalkan area pemakaman itu.
𝘽𝙧𝙪𝙠𝙠
"Ah.. Maafkan aku! Kau tidak apa-apa?" Ucap seorang pemuda mungil yang tak sengaja menabrak jihyun saat sedang berjalan berpapasan dengan nya.
"Nde tidak apa-apa." Ucap jihyun sambil membersihkan lengan bajunya yang terkena debu. Pemuda yang menabrak jihyun mengulurkan tangannya.
"Mari ku bantu!" Ucapnya pada jihyun yang masih belum memandang ke arahnya.
"Nde terma ka...j-jimin hyung?" Pemuda itu pun bingung dengan apa yang di katakan pemuda di depannya ini.
"Maaf, nama ku Jinan, Kim Jinan dan aku masih 15 tahun jangan memanggil ku hyung." Ucap pemuda bernama jinan itu sambil tersenyum lebar hingga menunjukkan eye smile nya.
𝙀𝙉𝘿