Chereads / the Pain love you / Chapter 19 - part 18

Chapter 19 - part 18

Siang hari di bandara Narita, Jepang. Seorang pemuda tampan yang memiliki khas senyum kelincinya memakai kemeja sweater hitam di lapisi coat berwarna cokelat muda di lengkapi celana jeans hitam dengan memakai kacamata hitam yang melengkapi penampilannya yang tampak menawan terlihat menuruni pesawat menghela nafas lega kemudian tersenyum lebar.

"Akhirnya sampai juga." Pemuda itu tak lain adalah Jungkook. Ia kini berjalan menuju pintu keluar setelah mengambil kopernya.

"Aish, kemana dia? Katanya akan menjemput ku! Ck!" Jungkook berdecak kesal sudah 10 menit ia menunggu seseorang itu namun tak kunjung menunjukkan batang hidungnya.

"Jungkook-san!"

"Akhirnya si sialan itu datang juga." Gerutu jungkook namun bibirnya menyunggingkan senyumnya.

"Maaf tadi di jalan sedang macet."

"Nde, tidak apa-apa tetsuya." ucap jungkook sambil mengulas senyum meski di hatinya sedang kesal.

"Ayo ke rumahku. Di rumah sedang tak ada siapa-siapa saat ini Otosan dan haha sedang tak ada di rumah."

"Mereka kemana?"

"Otosan pergi ke hokaido untuk bertemu Ojisan karena ada kepentingan sedangkan Haha pergi ke rumah sobo karena sofu sedang sakit."

"Eh? Sakit?"

"Ya.. Sudah satu minggu sofu di rawat di rumah sakit mungkin sudah tua ada saja penyakit yang datang." Ucap tetsuya sambil menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi kemudi. Tak terasa mereka pun sampai di sebuah rumah yang bernuansa khas jepang.

Keduanya kini masuk ke rumah itu dengan jungkook yang menarik kopernya. "Sudah lama aku tak kesini." Ucap jungkook sambil memperhatikan suasana rumah yang masih sama seperti dulu.

"Ini kamarmu.ย  kemarinย setelah kau menghubungi ku, langsung saja ku bersihkan. Istirahatlah."

"Oh.. Ne terima kasih." Setelah tetsuya pergi meninggalkannya sendiri, jungkook pun segera mengeluarkan baju dari kopernya dan menatanya ke dalam lemari yang tersedia di kamar itu. Dan setelah semuanya selesai jungkook pun merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Mengeluarkan ponselnya kemudian menghubungi seseorang.

"Yoboseo, jimin?"

"๐˜š๐˜ช๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ช?"ย  Jungkook mengernyit saat mendengar suara yang bukan milik jimin.

"Kau yang siapa? kenapa ponsel kekasihku ada padamu?"

"๐˜–๐˜ฉ ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ข๐˜ง ๐˜ด๐˜ข๐˜บ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ฐ๐˜ฌ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ธ๐˜ข๐˜ต ๐˜ซ๐˜ช๐˜ฎ๐˜ช๐˜ฏ-๐˜ด๐˜ข๐˜ฏ, ๐˜ด๐˜ข๐˜ข๐˜ต ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ช ๐˜ซ๐˜ช๐˜ฎ๐˜ช๐˜ฏ-๐˜ด๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ช๐˜ด๐˜ต๐˜ช๐˜ณ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ข๐˜ต. ๐˜’๐˜ฆ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ต๐˜ถ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ข๐˜บ๐˜ข ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฌ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ซ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ต๐˜ช๐˜ฏ ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ด๐˜ช๐˜ฆ๐˜ฏ."

"Jimin berada di rumah sakit?"

"๐˜ ๐˜ข ๐˜ต๐˜ถ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ถ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ณ๐˜ช ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ณ๐˜ช๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ช๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ."

"Rumah sakit mana dok? Boleh saya tahu?"

"๐˜›๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ, ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ด๐˜ข๐˜ฌ๐˜ช๐˜ต ๐˜น๐˜น๐˜น๐˜น๐˜น๐˜น๐˜น๐˜น."

"Terima kasih dok!" Jungkook langsung mematikan sambungan telepon itu dan segera bangkit dari tidurannya. Jungkook pun pergi ke arah kamar tetsuya dan mengetuk pintunya.

๐™๐™ค๐™  ๐™๐™ค๐™  ๐™๐™ค๐™ 

"Tetsuya!"

๐˜พ๐™ ๐™ก๐™š๐™ 

"Ada apa jungkook-san?" Ucap tetsuya dengan wajah mengantuk nya.

"Bisakah kau mengantar ku ke rumah sakit xxxxxx? Jimin disana." Ucap jungkook.

"Eh? Hontลdesuka?" Tetsuya pun terkejut dengan apa yang di katakan oleh jungkook.

"Nde, jadi tolong antar aku ke rumah sakit itu." Tetsuya pun menganggukkan kepala seraya mengambil kunci mobil dan dompetnya kemudian keduanya pun keluarย  dari rumah itu menuju mobil yang terparkir di halaman luas depan rumah tetsuya.

"Bagaimana kau tau jungkook-san jika jimin-san berada di rumah sakit saat ini?" Tanya tetsuya seraya memakai seat beltnya.

"Tadi aku mencoba menghubungi ponselnya ku kira tak bisa di hubungi seperti beberapa hari yang lalu tapi, ternyata tersambung." Tetsuya pun mengangguk mengerti.

***

๐™†๐™ง๐™ž๐™š๐™š๐™š๐™ฉ

Terdengar suara pintu di buka perlahan. Jungkook sudah sampai beberapa waktu yang lalu langsung menuju ruangan rawat milik jimin. Tetsuya? Ia lebih memilih menunggu di mobil sambil kembali meneruskan tidurnya yang tertunda.

Dapat jungkook lihat, jimin tengah terbaring di atas ranjang pesakitan itu dengan sangat lelap terlihat sangat lelah. Jungkook pun melangkahkan kakinya mendekat sambil menyunggingkan senyum tipisnya namun sedetik kemudian tampak seringai mengerikan yang kini tampak di bibirnya itu.

"Akhirnya, aku mendapatkan mu." Ucapnya sambil mengulurkan tangan ke arah pipi jimin yang menirus.

Seakan terusik jimin pun menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan dan setelahnya perlahan jimin pun membuka matanya.

"Baby." Jimin terkesiap saat mendengar lirihan dari samping kanannya. Betapa terkejutnya dia saat mendapati jungkook berada di dekatnya. Jimin pun beringsut menjauh tak ingin berada di dekat pria itu. Namun dengan cepat jungkook menarik lengan jimin agar tak menjauhkan tubuh mungil itu darinya.

"Kenapa hum? Takut? Jika kau takut patuh lah." Ucap jungkook dengan suara rendahnya membuat jimin ciut saat ingin berontak.

"K-ku mohon b-biarkan aku p-pergi." Ucap jimin sambil terbata.

"Tak semudah itu kau bisa pergi dariku baby."

"T-tidak.. K-kumohon.. "

"Ssstttt... Baby dengar, aku tak ingin sia-sia kedatanganku ke jepang hanya untuk menjemputmu sayang. Jadi ikutlah jangan membuatku marah, oke." Jimin pun menggeleng.

"Kau punya taehyung, jungkook. Ku mohon lepaskan aku." Mata Jimin mulai berkaca-kaca dan jungkook pun mengusap wajah manis jimin dengan lembut. Namun jimin dengan cepat menepisnya. Jungkook pun di buat geram karena penolakan jimin alhasil jungkook dengan tega menarik rambut jimin dengan erat membuat jimin jimin memekik kesakitan.

"Akhh!!"

"Kau harus patuh padaku sayang. Jika tidak aku akan menyeret mu sekarang juga. Mau?" Jimin kembali menggeleng. Membuat jungkook tersenyum lebar akan patuhnya jimin saat ia mulai mengancamnya.

"Kapan kau keluar dari tempat ini?"

"T-tidak tahu kook, d-dokter belum mengatakan a-apapun."

"Baiklah, aku akan membicarakannya pada dokter dan setelah itu kita akan pulang baby." Jungkook terkekeh melihat jimin yang kini meneteskan air matanya. Terlihat sangat ketakutan saat berinteraksi dengannya.

"Dan satu hal lagi baby, kau tak akan pernah ku lepaskan." Jungkook melepas tangannya dari rambut jimin kemudian mengusapnya lembut seakan merasa bersalah pada jimin. Tapi, hatinya saat ini menertawakan kelemahan jimin yang sangat ketakutan jika di dekatnya.

***

"Jihyun-ah, jangan keras kepala seperti ini. Apa kau tak merasa kasihan pada kakakmu?" Ucap takuya yang saat ini meyakinkan jihyun agar memaafkan jimin. Ia berusaha meyakinkan jihyun agar mengerti bahwa jimin benar-benar tak bersalah akan kematian orang tuanya karena sedari tadi jihyun selalu menyalahkan kakaknya yang tanpa di ketahui oleh nya, jimin saat itu tengah terkena musibah akibat seseorang yang sudah melakukan pelecehan pada pemuda mungil itu.

"Sudahlah hyung jangan membelanya terus. Aku tahu dia adalah mantan kekasihmu tapi bukan berarti kau harus membelanya seperti itu."

"Bukan begitu jihyun..."

"CUKUP!! Aku tak ingin mendengar apa-apa lagi!"

"Oke baiklah, tapi ku harap kau tak akan menyesal di kemudian hari." Takuya pun menghela nafas dan beranjak pergi dari sana. Namun saat akan keluar dari rumah itu, takuya berhenti di depan pintu rumah keluarga park.

"Dengarkan ucapan ku ini. Kau tak mengetahui apa yang telah di alami oleh kakakmu. Kau tak tahu jihyun-ah... ia lebih menderita daripada dirimu yang saat ini merasakan kehilangan orang tua kalian." Takuya pun akhirnya pergi dari sana meninggalkan Jihyun yang kini tertegun atas ucapan takuya.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Dan apa yang tak ku ketahui?" Lirih jihyun sambil menatap lurus ke arah pintu yang terbuka itu.

๐™๐˜ฝ๐˜พ