•
•
•
Jungkook sudah berada di kamar rawat inap jimin. Jimin sudah di pindahkan dari ruang UGD ke kamar rawat VVIP 20 menit yang lalu. Namun ada yang aneh dari sikap Jungkook, karena saat ini dia duduk diam tak bergerak di tempatnya. Jungkook masih mengingat apa yang di katakan pada nya setengah jam yang lalu setelah dokter keluar dari ruang UGD.
𝙁𝙡𝙖𝙨𝙝𝙗𝙖𝙘𝙠
Jungkook masih menunggu dengan perasaan khawatir di depan ruangan UGD dimana jimin mendapat penanganan saat ini dan sudah 2 jam lamanya belum ada tanda-tanda dokter keluar dari ruangan itu.
Jungkook merasa frustasi bukan karena lelah menunggu melainkan ia ingin mengetahui keadaan jimin. Jungkook mengusap wajahnya kasar dia mencoba bersabar agar tak mendobrak pintu di depannya itu.
"Sayang.. Bertahanlah kumohon.."
𝘾𝙚𝙠𝙡𝙚𝙠
Suara pintu terbuka menyadarkan jungkook dari kekalutan hatinya dan dengan cepat beranjak dari duduknya kemudian berjalan ke arah dokter yang baru saja keluar.
"Dok, bagaimana keadaannya?"
"Maaf, anda siapa?"
"Saya kekasihnya dok." Ucap jungkook pada dokter.
"Bisa ikut ke ruangan saya?"
"Ne dok mari." Jungkook pun mengikuti dokter itu di belakangnya. Setelah sampai di ruangan dokter itu, jungkook di persilahkan duduk lebih dulu.
"Bagaimana keadaan jimin dok?"
"Akibat tabrakan itu pasien mengalami patah tulang kaki kiri dan lengan kanannya. Pasien juga kehabisan banyak darah namun beruntung stok darah yang di butuhkan masih tersedia. Namun yang terberat untuk saya sampaikan adalah pasien mendapat cidera pada otak akibat benturan keras pada kepala dan membuat pasien mengalami koma."
𝙁𝙡𝙖𝙨𝙝𝙗𝙖𝙘𝙠 𝙤𝙛𝙛
Jungkook masih mengingat jelas ucapan dokter dan seakan berputar di kepalanya.
"Arghh.. Sial!" Jungkook menoleh ke arah ranjang dimana jimin tengah terbaring lemah dengan berbagai alat kedokteran menempel di tubuhnya juga di samping ranjangnya terdapat tabung oksigen dan monitor pendeteksi denyut jantung yang suaranya menggema di ruangan itu.
Jungkook pun beranjak dari sofa dan berjalan menuju kursi yang berada di ranjang jimin. Jungkook pun duduk di kursi itu sambil matanya menatap wajah jimin yang terlihat tenang dengan perban di kepalanya. Perlahan tangannya menyentuh tangan mungil milik jimin yang kini terasa dingin.
"Sayang, maaf Karena kesalahanku kau jadi seperti ini. Selamat ulang tahun untukmu cepat lah bangun sayang." Jungkook mengecup punggung tangan jimin. Jungkook kembali menatap wajah manis jimin yang pucat dan terlihat tenang dalam lelapnya.
.
.
.
.
18 𝙈𝙖𝙧𝙚𝙩 2015
Lima bulan telah berlalu jungkook tetap setia menemani jimin di rumah sakit meski di rumah sakit sudah ada orang tua jimin yang turut menjaganya.
"Nak jungkook, kau pulang lah dulu. Kau baru saja pulang dari sekolah bukan? Lebih baik kau istirahat dan biar eomma yang menjaga jimin." Ucap eomma jimin pada jungkook yang tengah duduk di kursi samping ranjang jimin.
"Biarkan aku menjaganya eomma."
"Baiklah, setidaknya kau pulang untuk mengganti baju dulu, ne.." Jungkook pun mengangguk dan beranjak berdiri dari kursinya.
𝘾𝙚𝙠𝙡𝙚𝙠
Pintu kamar rawat jimin pun terbuka. Di sana terlihat Seok jin, Namjoon, Yoongi, Hoseok dan Taehyung datang menjenguk. Setiap minggu sekali mereka selalu datang dan berceloteh di sana. Menceritakan keseharian mereka meski jimin tak pernah membalas ucapan mereka dan hanya diam dengan mata yang setia terpejam.
Saat ini jungkook sudah pulang untuk mengganti pakaiannya. Di kamar rawat jimin kini tinggal Seokjin, Hoseok dan Yoongi. Karena Taehyung dan Namjoon sudah pamit pulang lebih dulu.
"Jimin-ah, aku mengakui kau sangat hebat karena kau mampu bertahan mencintai jungkook yang selalu menyakitimu." Ucap Seok jin pada jimin yang masih terpejam.
"Untungnya jimin tak pernah mengetahui semuanya. Jika ia tahu...
"Dia tau jin." Ucap yoongi menyela yang sedari tadi diam mendengar temannya yang tak hentinya bicara.
Hoseok dan Seok jin menatap Yoongi meminta penjelasan dengan apa yang dia ucapkan.
"Saat itu...
𝙁𝙡𝙖𝙨𝙝𝙗𝙖𝙘𝙠
𝘠𝘰𝘰𝘯𝘨𝘪 𝘴𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘵𝘢𝘮𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘭𝘢𝘬𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘬𝘰𝘭𝘢𝘩. 𝘔𝘦𝘳𝘦𝘣𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘶𝘣𝘶𝘩 𝘭𝘦𝘭𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘰𝘭𝘢𝘩𝘳𝘢𝘨𝘢 𝘥𝘪 𝘣𝘢𝘸𝘢𝘩 𝘱𝘰𝘩𝘰𝘯 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘪 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘳𝘶𝘮𝘱𝘶𝘵 𝘩𝘪𝘫𝘢𝘶. 𝘔𝘦𝘯𝘪𝘬𝘮𝘢𝘵𝘪 𝘶𝘥𝘢𝘳𝘢 𝘴𝘦𝘫𝘶𝘬 𝘥𝘪 𝘴𝘪𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘯𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘮𝘢𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘴𝘦𝘯𝘨𝘢𝘫𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘬𝘦 𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘳𝘶𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘬𝘰𝘴𝘰𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘨𝘶𝘥𝘢𝘯𝘨.
𝘠𝘰𝘰𝘯𝘨𝘪 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘭𝘦𝘸𝘢𝘵𝘪 𝘳𝘶𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘯𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘢𝘯𝘦𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘦𝘯𝘵𝘪 𝘥𝘪 𝘥𝘦𝘱𝘢𝘯 𝘱𝘪𝘯𝘵𝘶 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘳𝘶𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘬𝘰𝘴𝘰𝘯𝘨 𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘴𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘱𝘪𝘯𝘨.
𝘠𝘰𝘰𝘯𝘨𝘪 𝘵𝘦𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘵𝘢𝘱𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘵𝘶𝘱 𝘮𝘶𝘭𝘶𝘵𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘭𝘦𝘭𝘦𝘩𝘢𝘯 𝘢𝘪𝘳 𝘮𝘢𝘵𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘫𝘢𝘵𝘶𝘩 𝘴𝘦𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘴𝘶𝘢𝘳𝘢 𝘪𝘴𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘱𝘢 𝘭𝘢𝘮𝘢 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘢𝘯𝘢.
𝘠𝘰𝘰𝘯𝘨𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘯𝘢𝘴𝘢𝘳𝘢𝘯 𝘮𝘶𝘭𝘢𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘯𝘫𝘢𝘬 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘳𝘦𝘣𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘬𝘦 𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘳𝘶𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶. 𝘠𝘰𝘰𝘯𝘨𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘯𝘵𝘪𝘱 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘤𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘱𝘪𝘯𝘵𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵𝘪 𝘫𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘥𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘦𝘩𝘺𝘶𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘱𝘦𝘭𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘭𝘪𝘯𝘨𝘢 𝘺𝘰𝘰𝘯𝘨𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘳 𝘬𝘢𝘵𝘢-𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢 𝘨𝘦𝘳𝘢𝘮 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘳𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘢𝘯𝘢.
"𝘈𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪𝘮𝘶 𝘬𝘰𝘰𝘬."
"𝘈𝘬𝘶 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪𝘮𝘶 𝘵𝘢𝘦."
.
.
𝙏𝙞𝙜𝙖 𝙗𝙪𝙡𝙖𝙣 𝙠𝙚𝙢𝙪𝙙𝙞𝙖𝙣..
.
.
" 𝘈𝘪𝘴𝘩 𝘬𝘦𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘕𝘢𝘮𝘫𝘰𝘰𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪? 𝘈𝘬𝘶 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘣𝘢𝘯𝘵𝘶𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢." 𝘚𝘢𝘢𝘵 𝘪𝘯𝘪 𝘺𝘰𝘰𝘯𝘨𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘬𝘰𝘳𝘪𝘥𝘰𝘳 𝘴𝘦𝘬𝘰𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘦𝘬𝘢𝘵 𝘭𝘢𝘱𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘴𝘬𝘦𝘵 𝘪𝘯𝘥𝘰𝘰𝘳. 𝘠𝘰𝘰𝘯𝘨𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘢𝘳𝘪 𝘯𝘢𝘮𝘫𝘰𝘰𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘯𝘵𝘶𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘭𝘦𝘴𝘢𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘯𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘺𝘰𝘰𝘯𝘨𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘥𝘪 𝘥𝘦𝘬𝘢𝘵 𝘭𝘢𝘱𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘴𝘬𝘦𝘵, 𝘺𝘰𝘰𝘯𝘨𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘫𝘢𝘮𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘬𝘦 𝘥𝘦𝘱𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘴𝘵𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘩𝘸𝘢 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘪𝘵𝘶 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘥𝘦𝘱𝘢𝘯 𝘱𝘪𝘯𝘵𝘶 𝘭𝘢𝘱𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘪𝘯𝘥𝘰𝘰𝘳.
𝘛𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘱𝘢 𝘭𝘢𝘮𝘢 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘢𝘪𝘳 𝘮𝘢𝘵𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘴𝘢𝘩𝘪 𝘱𝘪𝘱𝘪𝘯𝘺𝘢.
"𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯? 𝘋𝘪𝘢 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢?" 𝘠𝘰𝘰𝘯𝘨𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘯𝘢𝘴𝘢𝘳𝘢𝘯 𝘱𝘶𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘦𝘬𝘢𝘵 𝘬𝘦 𝘱𝘪𝘯𝘵𝘶 𝘪𝘵𝘶 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘢𝘱𝘢 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨𝘪𝘴.
𝘋𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘪 𝘥𝘦𝘱𝘢𝘯 𝘱𝘪𝘯𝘵𝘶 𝘪𝘵𝘶 𝘺𝘰𝘰𝘯𝘨𝘪 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘬𝘦 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮. 𝘉𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨𝘪𝘴 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘥𝘪𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘴𝘢𝘯𝘢 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘫𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘥𝘢𝘯 𝘛𝘢𝘦𝘩𝘺𝘶𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘯𝘨𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘤𝘶𝘮𝘣𝘶.
"𝘚𝘪𝘢𝘭𝘢𝘯!" 𝘠𝘰𝘰𝘯𝘨𝘪 𝘱𝘶𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵 𝘪𝘵𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘯𝘫𝘶𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘢𝘳𝘪 𝘕𝘢𝘮𝘫𝘰𝘰𝘯.
𝙁𝙡𝙖𝙨𝙝𝙗𝙖𝙘𝙠 𝙤𝙛𝙛
"Jadi selama ini jimin mengetahui semuanya!" Ucap Seok jin terkejut dengan apa yang di katakan oleh yoongi.
"Ne, jin-ah aku tau semua perasaan terluka jimin yang selama ini dia pendam. Aku tak menyangka sebegitu cintanya dia pada jungkook selama ini tapi, dengan teganya mereka menyakiti perasaan jimin."
"Aku juga tak menyangka sepandai itu jimin menutupi rasa sakit hatinya. Demi jungkook membalas perasaannya dia mampu bertahan selama ini. Aku tak habis pikir." Ucap hoseok pada kedua temannya.
"Sebuta itukah cintanya pada jungkook?" Yoongi dan hoseok hanya menaikkan bahunya tak tau atas ucapan Seokjin. Yoongi, Hoseok dan Seok jin pun menatap jimin yang masih setia terpejam dengan wajah sendu mereka.
.
.
.
.
"Sayang, aku merindukanmu. Kau setiap hari menjaganya apa kau tak rindu padaku eoh?" Taehyung saat ini berada di rumah jungkook. Ia tadi pamit pulang hanya untuk bertemu jungkook.
"Maaf tae aku harus kembali ke rumah sakit." Ucap jungkook acuh sambil merapikan pakaiannya
"Kook aku kekasihmu apa kau lupa?!"
"Dia juga masih kekasih ku tae. Jimin koma karena aku."
"Oh, jadi kau menjaganya hanya karena rasa bersalah dan kasihan?"
"T-tidak aku..
"Ya aku tau kau hanya kasihan. Bukan karena hal lain."
"Tae kau salah."
"Apa maksudmu aku salah. Memang seperti itu bukan?"
"Sepertinya.. Aku mulai mencintainya tae."
"Apa? —taehyung tersenyum remeh pada jungkook— mencintainya eoh? Benarkah?"
"Ya aku mencintainya." Ucap jungkook yakin
𝙋𝙡𝙖𝙠
Taehyung menampar jungkook. Taehyung tak percaya dengan apa yang jungkook katakan.
"K-kau.. Kau mencintainya! Kau tau jungkook, kau kusuruh hanya memberi kebahagiaan di setiap harinya bukan mencintainya!" Ucap taehyung yang kini tengah meluapkan amarahnya.
"Apa kau tak pernah berfikir? Jika suatu saat aku bisa saja beralih mencintainya?" Ucapan jungkook membuat taehyung bungkam. Taehyung memang tak pernah sekalipun memikirkan sampai sejauh itu.
Sekarang Taehyung hanya bisa memandang punggung jungkook yang sudah meninggalkan dirinya yang masih terdiam dan mulai menitikkan air matanya saat jungkook telah hilang dari jangkauan penglihatannya.
𝙏𝘽𝘾