Chereads / the Pain love you / Chapter 10 - part 9

Chapter 10 - part 9

β€’

β€’

β€’

15 𝙅π™ͺπ™£π™ž 2016

08.05𝙖𝙒

"Jimin lihatlah musim gugur telah tiba, apa kau tak ingin bangun Melihat daun maple yang kering berguguran? Bukankah kau sangat menyukai saat daun maple kering berguguran?" Ucap jungkook sambil menatap sendu jendela besar yang ada di samping kiri ranjang jimin

Hanya hening yang menjadi jawaban di ruangan itu. Jungkook tersenyum miris melihat jimin yang masih setia dengan tidur panjangnya.

"Jimin-ah apa kau tak bosan tidur terus hum? Sudah hampir dua tahun kau tidur dan juga dua minggu lagi hari kelulusan."

Jungkook terus bercerita sampai nyonya Park datang ke ruangan itu.

"Jungkook? Kau sudah datang?" Ucap nyonya park pada jungkook.

"Ne eomma, karena hari ini libur jadi pagi ini aku ingin datang lebih awal. Dan karena eomma sudah datang, aku harus pergi dulu karena harus ke sekolah untuk latihan basket karena lusa ada pertandingan."

"Ah, begitu. Baiklah semoga nanti kalian memenangkan pertandingan itu."

"Terima kasih eomma. Baiklah aku pamit"

"Ne, hati-hati" Ucap nyonya park pada jungkook. Setelah membungkuk sopan pada nyonya Park, jungkook pun keluar dari ruangan itu dan segera pergi dari rumah sakit.

.

.

.

.

Setelah 15 menit perjalanan dari rumah sakit, jungkook sudah sampai di gedung sekolahnya.

Di halaman sekolahnya terlihat beberapa temannya yang sudah datang dan segera saja jungkook ke lapangan basket dan segera berganti pakaiannya.

"Jungkook-ah! Bagaimana dengan kondisi jimin?" Ucap salah satu teman jungkook bernama Mark. Ya.. Semua siswa/siswiΒ  dan para guru sudah tau akan kondisi jimin yang koma dari setahun yang lalu. Awalnya mereka semua terkejut dengan berita itu namun seiring berjalannya waktu mereka yang mengenal jimin pun mulai membesuk jimin di rumah sakit.

"Belum ada perkembangan, dia masih betah dengan tidur panjangnya." Ucap jungkook lesu dan Mark pun menepuk bahu jungkook memberi semangat pada jungkook agar tak menyerah.

"Hei, bersabarlah. Taku yakin dia akan baik-baik saja tidak akan ada hal buruk yang akan terjadi." Mark pun berusaha menenangkan jungkook yang terlihat murung.

"Ne, terima kasih Mark." Ucap jungkook dengan tersenyum menyembunyikan rasa sedih yang ia pendam setiap harinya menanti jimin bangun dari komanya.

Kini jungkook dan Mark sudah berada di lapangan basket. Di sana tengah lapangan sudah banyak anggota lain yang sudah menunggu mereka.

Setelah satu jam berlatih, mereka pun beristirahat. Saat jungkook tengah duduk sambil menghapus keringatnya, sebuah botol air mineral berada tepat di depan wajahnya. Jungkook pun menolehkan kepalanya ke samping, ia melihat taehyung tersenyum manis padanya dan kembali mengulurkan tangan yang memegang botol air mineral dan memberikannya pada jungkook.

"Hai, bagaimana keadaan jimin?" Tanya Taehyung pada jungkook sambil mendudukkan diri di samping jungkook.

"Masih sama." Ujar jungkook kemudian membuka tutup botol air dan segera meminumnya.

"Kook, aku merindukanmu." Ucap taehyung sambil menyandarkan kepalanya ke bahu jungkook.

"Hum, aku juga merindukanmu. Tapi aku juga merindukan jimin, aku ingin meminta maaf padanya." Taehyung menegakkan tubuhnya dan menatap jungkook dengan tatapan tajamnya.

"Kook, bisakah saat bersama ku tak usah membahas tentang jimin." Seru Taehyung menaikkan nada bicaranya.

"Maaf tae, dia juga kekasihku kalau kau lupa. Dan bukankah kau yang menginginkan hubungan itu." Ujar jungkook sambil beranjak dari duduknya.

"Tapi kook...

"Sudahlah tae, aku tak ingin berdebat saat ini. Aku akan kembali latihan." Ucap jungkook seraya berjalan kembali ke tengah lapangan.

'Sepertinya aku menyesal telah menyatukan kalian.' batin Taehyung sambil menatap sendu pada jungkook yang kembali berlatih.

Taehyung pun beranjak dari duduknya dan pergi dari lapangan itu. Taehyung pun menuju ke kantin meski di sana tak ada siapa pun karena sekolah sedang libur. Taehyung duduk termenung di sana. Ia memikirkan hubungannya dengan jungkook karena entah sadar atau tidak hubungan mereka seakan merenggang seiring berjalannya waktu. Jungkook mulai mengacuhkannya. Komunikasi pun, jungkook tak pernah membalas pesan atau teleponnya. Jika bertemu, seperti tadi jungkook selalu berusaha menghindarinya dan lebih memilih meninggalkannya.

"Kenapa kau berubah kook? Apa aku salah dengan keputusanku untuk memberikan kebahagiaan pada orang lain? Meski aku tak ingin perasaanmu nantinya akan terbagi." Taehyung mulai menangis, ia menangisi semua yang telah terlanjur terjadi.

"Aku benar-benar bodoh!" Tambah taehyung.

"Tae? Kau baik-baik saja?" Taehyung pun mendongakkan kepalanya melihat seseorang yang baru saja menepuk bahunya.

"Hoseok? Kau ada di sini?" Ucap taehyung yang mengetahui bahwa orang itu adalah hoseok.

"Hei, aku di sini sedang membantu anggota klub ku dan yang lain untuk menghias aula. Kau lupa satu minggu lagi acara Prom night terakhir kita di sekolah ini." Ucap hoseok yang ikut mendudukkan diri di samping taehyung.

"Eh? Benarkah?"

"Iya, bahkan di sana sudah ada jin hyung yang membantu."

"Boleh aku ikut? Hari ini aku sedang tak ada kerjaan. Daripada aku hanya bermalas-malasan di rumah." Ucap taehyung menawarkan diri untuk membantu.

"Wah, tentu saja tae! Ayo kita kesana sekarang." Taehyung menganggukkan kepala sebagai jawaban. Mereka pun akhirnya beranjak dari area kantin dan pergi ke aula untuk membantu teman-teman mereka.

.

.

.

18.08π™₯𝙒

Jungkook saat ini sudah berada di area parkir rumah sakit. Setelah memarkirkan motor sportnya, jungkook bergegas masuk ke gedung rumah sakit menuju lantai 3 dengan lift dimana kamar VVIP tempat jimin di rawat.

Setelah pintu lift terbuka jungkook pun berjalan menyusuri koridor rumah sakit sampai langkahnya terhenti di depan ruangan jimin.

π˜Ύπ™šπ™ π™‘π™šπ™ 

Jungkook pun segera masuk ke dalam. Saat jungkook sudah di dalam, jungkook mengernyit bingung saat melihatΒ  seseorang yang sangat asing baginya dan berada di samping ranjang dengan menatap jimin lembut dan memperlihatkan wajah sedihnya.

"Maaf, kau siapa?" Tanya jungkook pada pemuda tinggi di samping ranjang jimin. Pemuda tampan itu pun menoleh dan tersenyum pada jungkook.

"Aku Takuya Terada, mantan kekasih jimin." Jungkook membelalakkan matanya mendengar ucapan pria yang ada di depannya.

"Mantan kekasih? Jadi... β€”jungkook tersenyum remeh pada Takuya dengan melipat tangannya di dadaβ€” Untuk apa kau datang ke sini?"

"Aku hanya ingin membesuknya sekaligus bertemu dengannya." Ucap Takuya yang kini mengusap kepala jimin lembut.

Jungkook yang melihat Takuya mengusap kepala jimin pun geram. Jungkook dengan cepat berjalan ke arah takuya dan menepis kasar tangannya.

"Berani sekali kau menyentuhnya!" Takuya pun tersenyum maklum melihat pria di depannya ini bersikap posesif pada jimin.

"Kau kekasih jimin?"

"Kalau iya kau mau apa?" Takuya pun tertawa melihat respon pria di depannya.

"Apa kau mencintainya em.."

"Jungkook, jeon jungkook."

"Apa kau mencintainya jungkook?"

"Tentu saja aku mencintainya." Takuya mengangguk dan tersenyum.

"Ku harap kau bisa menjaganya dengan baik. Jimin adalah pemuda yang lembut, tak pandai mengekspresikan perasaannya dan juga dia pemuda yang rapuh meski diluar nya dia terlihat kuat." Dalam hati jungkook merasa kesal karena pria tinggi di depannya mengetahui jimin lebih dari yang ia ketahui selama ini.

"Iya aku tahu itu. Tak perlu kau mengingatkan ku." Takuya kembali tersenyum dan menepuk pundak jungkook.

"Baiklah aku pergi sekarang. Tolong jaga jimin." Jungkook bergumam membalas ucapan Takuya.

Setelah melihat takuya menghilang di balik pintu ruangan itu jungkook menatap tajam ke arah luar jendela dengan menggerutu.

"Meski tanpa kau menyuruh pun aku akan menjaganya, Sialan!"

π™π˜½π˜Ύ