.
.
.
.
Saat ini jimin berada di taman rumah sakit. Jimin bosan bila harus berbaring di atas bed pasiennya. Maka dari itu jimin meminta jihyun untuk menemaninya jalan-jalan untuk menghilangkan kebosanannya dan menyegarkan fikirannya.
Jimin masih memikirkan ucapan yoongi tadi pagi. Jimin bingung harus memberikan jawaban seperti apa karena bagaimana pun jimin masih menyandang status kekasih dari Jungkook. Namun jika dia masih mempertahankan hubungannya dengan jungkook, dia akan terus-terusan sakit hati. Dan jika jimin menerima yoongi, jimin akan menyakiti yoongi karena jimin tak mempunyai perasaan apapun pada yoongi.
'...ung'
'.....yung'
"Jimin hyung!" Jimin baru tersadar dari lamunannya. Ia segera menolehkan kepalanya pada jihyun.
"Ha.. Oh Ya jihyun, kenapa?!" Ucap jimin sambil mengerjap ngerjapkan mata nya.
"Eoh? Hyung melamun?" Tanya jihyun.
"T-tidak! hyung tidak melamun." Ucap jimin sambil menggelengkan kepalanya.
"Hyung tak bisa berbohong pada ku. Aku tau seperti apa hyung jika berbohong." Jimin pun menunduk, memang jihyun lebih tau seperti apa Hyung nya, serapat apapun jimin menutupi sesuatu, jihyun pasti mengetahuinya.
"Hyung bingung jihyun."
"Hyung bingung kenapa?"
"Tadi pagi yoongi hyung bilang kalau dia menyukai ku."
"Terus apa yang membuat hyung bingung?"
"Jihyun, hyung masih kekasih jungkook kalau kau lupa dan hyung masih mencintai jungkook."
"Hyung, Dengar! Jika jungkook hyung mencintaimu dia pasti tetap menunggumu sampai akhir. Hyung lihat, apa dia ada saat kau bangun? Tidak. Terakhir kali aku mengatakan sesuatu padanya dan berakhir dia pergi begitu saja."
"Memang apa yang kau katakan padanya?"
"Aku mengatakan, jika dia menunggumu hanya karena rasa bersalah lebih baik berhenti. Dan lihat, dia pergi sampai sekarang pun dia tak datang lagi." Jimin pun diam mencerna ucapan jihyun barusan. Benar saja saat dia membuka mata, jimin tak mendapati jungkook ada di kamar rawatnya.
"Sebaiknya kita kembali hyung, matahari semakin terik." Jimin pun mengangguk mengiyakan ucapan adiknya.
.
.
.
Di sebuah cafe xxxx, jungkook dan taehyung sedang menikmati minuman mereka dengan sepotong cake yang menemani. Tak berapa lama mereka pun beranjak dari sana dan berencana ke apartemen jungkook untuk menghabiskan waktu mereka bersama.
Kini keduanya sudah berada di dalam apartemen jungkook. Duduk di sofa dengan jungkook memeluk bahu taehyung dan taehyung menyandarkan kepalanya di dada jungkook.
"Kook, aku tak menyangka kita bisa kembali seperti ini, aku sangat senang." Ucap taehyung sambil mengeratkan pelukannya pada jungkook.
"Ne, aku juga tae." Jungkook tersenyum namun entah kenapa hatinya saat ini bimbang akan apa yang di rasakan saat ini. Namun saat jungkook hanyut dalam pikirannya, tiba-tiba saja taehyung dengan cepat merubah posisinya yang kini berada di pangkuan jungkook.
"Kook, aku merindukanmu." Ucap taehyung di samping telinga jungkook dan sedikit memberikan jilatan pada cuping telinga jungkook. Jungkook pun tersenyum kecil dan setelahnya memberikan senyum smirk nya. Dan dengan cepat jungkook mengangkat tubuh taehyung bridal style membawanya ke dalam kamarnya dan mengunci pintunya kemudian tak berapa lama terdengar desahan-desahan kenikmatan dari balik pintu itu.
.
.
.
14 𝙛𝙚𝙗𝙧𝙪𝙖𝙧𝙞 2018
09.22𝙖𝙢
Satu bulan sudah jimin keluar dari rumah sakit dan bertepatan pula dengan hari Valentine.
Saat ini jimin tengah duduk di sebuah sofa ruang keluarga dengan dua ikat karangan bunga mawar merah dan Lili putih. Dengan di masing-masing bunga terdapat kartu ucapan dan jangan lupakan 2 box besar cokelat dan strawberry berlabur cokelat di atas meja yang terkirim bersama bunga Lili itu. Saat ini jimin sangat bingung siapa yang mengirim bunga Lili dengan 2 box cokelat itu? Karena cokelat itu adalah kesukaannya. Apalagi strawberry berlabur cokelat itu karena harus di pesan khusus kalau tidak si strawberry tak akan bertahan lama dan membusuk.
"Ekhem." Jimin yang sibuk berfikir dan menatap bunga di tangannya tersentak akibat seseorang mengejutkannya dengan deheman yang berada tepat di samping telinganya.
"Astaga! Jihyun kau mengagetkan hyung!" Ucap jimin sambil mengusap dadanya.
"Hyung sendiri kenapa melamun?" Ucap jihyun sambil menaik turunkan alisnya.
"Aish.. Kau ini!" Ucap jimin sambil memukulkan 2 ikat bunga itu pada adiknya.
"Yah.. Hyung sayang bunganya. Lihat kelopak bunganya berhamburan." Jimin pun beranjak dari sofa dan melangkahkan kakinya menuju ke lantai dua dimana kamarnya berada, sampai suara jihyun menghentikan langkahnya yang masih menginjak tangga pertama.
"Kau tak mau cokelatnya hyung? Kalau tidak untuk ku saja ya.." Jimin pun membalikkan tubuhnya menampilkan wajah datarnya dan kemudian melangkah kembali ke arah adiknya. Setelahnya dengan cepat jimin meraih dua boxs yang berisi cokelat itu dan membawanya pergi dari sana.
"Yak! Kau pelit sekali hyung!" Jihyun pun kesal melihat Hyung nya yang dalam mode menyebalkan.
.
.
.
Siang ini jimin dan jihyun pergi ke sebuah restoran untuk makan siang karena jimin ingin sekali makan dumpling.
"Hyung, kau sudah pernah makan di sini?" Tanya jihyun sambil menikmati jajangmyeon di depannya.
"Belum, tapi banyak yang bilang makanan di sini enak. Oh ya jihyun bagaimana sekolahmu? Sudah satu bulan kau tidak sekolah." Ucap jimin lembut.
"Tak apa hyung aku mengambil ijin satu semester untuk menemani hyung yang sedang tahap pemulihan."
"Apa? Satu semester? Yah.. Jihyun-ah jangan seperti itu, sama saja itu merugikan dirimu. Nanti kau akan tinggal kelas."
"Kesehatan hyung lebih penting dari apapun. Aku ingin hyung kembali sehat seperti dulu."
"Tapi, hyung tidak apa-apa jihyun" Jimin tak enak hati karena menjadi penghambat dari pendidikan adiknya.
"Hyung...
"Maaf jika hyung jadi penghambat pendidikanmu... Sekarang habiskan makananmu." Setelah itu jimin diam sambil menikmati makan siangnya. Dan jihyun hanya menatap sendu pada hyungnya
.
.
.
Jungkook dan taehyung saat ini sedang berada di taman kota manikmati suasana taman yang begi asri menenangkan.
"Kook, aku lapar. Kita makan siang yuk!"
Ucap taehyung pada jungkook.
"Baiklah kita ke restoran jungdamun saja. Disana makanannya terkenal sangat enak." Ucap jungkook menawarkan.
"Emm, boleh!" Ucap taehyung antusias.
Kini taehyung dan jungkook beranjak dari taman itu menuju ke sebuah restoran yang ada di daerah Nambusunhwan-Ro Hana Building, Seoul.
"Wah.. Tempatnya bagus sekali kook!" Ucap taehyung dengan pandangan berbinar dengan mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut restoran itu.
"Ya tentu sa... .jungkook menghentikan ucapannya saat pandangannya terkunci pada salah satu meja yang ada di dalam restoran itu. Jantungnya berdegub kencang dan rasa rindu memenuhi relung hatinya. 'J-jimin?' batin jungkook dan masih menatap sosok yang sangat ia rindukannya. Saat itu hanya jungkook lah yang menyadari keberadaan jimin di tempat itu tidak dengan taehyung yang lebih asik mengagumi suasana di sana.
Jungkook sekarang bisa melihat jimin dan adiknya beranjak dari sana menuju kasir untuk membayar makanan mereka.
"Kook? Kau kenapa?" Taehyung mengernyit heran karena melihat jungkook yang bergeming dari tempatnya.
"Ah oh t-tidak, aku tidak apa-apa." Jungkook lantas membawa taehyung ke salah satu meja yang kosong.
Jungkook masih saja menatap dua orang yang sedari tadi mengalihkan perhatiannya, lebih tepatnya pada salah satu sosok bertubuh mungil dan ramping yang sampai saat ini membuatnya kebingungan dengan perasaannya sendiri.
'Jimin-ah apa aku masih bisa menetapkan hati?'
𝙏𝘽𝘾