Chereads / the Pain love you / Chapter 11 - part 10

Chapter 11 - part 10

โ€ข

โ€ข

โ€ข

12 ๐™…๐™–๐™ฃ๐™ช๐™–๐™ง๐™ž 2018

Tiga tahun telah berlalu, di dalam sebuah ruangan bercat putih itu di atas ranjang pesakitan terbaring seorang pemuda manis  yang masih setia dengan tidur panjangnya.

Tak pernah lelah dengan kondisi antara hidup dan matinya. Membuat perasaan seseorang yang setia menunggunya membuka mata menjadi frustasi.

Jungkook merasa seakan kesabarannya selama dua tahun ini tengah di uji. Haruskah ia bertahan? Haruskah ia menyerah? Setiap harinya jungkook merasakan kebimbangan yang entah kapan akan berakhir.

"Jimin-ah! Apa kau tak lelah dengan tidurmu selama tiga tahun ini?" Ucap jungkook yang kini duduk di samping ranjang jimin.

"Kau tahu, sudah satu minggu ini aku bekerja di sebuah perusahaan entertainment sebagai penulis naskah. Aku sangat senang saat di terima bekerja waktu itu. Mereka menerima naskah ku dan untuk beberapa bulan ke depan mereka akan memfilmkan karya ku itu." Jungkook terkekeh selama ia bercerita.

Setiap hari jungkook datang setelah pulang dari bekerja ia akan menghabiskan waktu di rumah sakit untuk menemani jimin.

Tak berapa lama pintu kamar rawat jimin terbuka.

๐˜พ๐™š๐™ ๐™ก๐™š๐™ 

Jungkook pun menoleh saat pintu terbuka.

"Eoh? Hyung? Belum tidur?" Ucap jihyun saat melihat jungkook yang masih terjaga di tengah malam.

"Aku belum mengantuk, masih ingin menemani jimin yang tak bosan dengan tidurnya." Ucap jungkook lesu. Jihyun pun mendekat dan menepuk bahu jungkook.

"Kita tidak tahu sampai kapan jimin hyung seperti ini. Entah berakhir baik atau buruk. โ€”jihyun pun mendekat ke arah jimin dan menyentuh punggung tangan hyungnyaโ€” jika jungkook hyung ingin menyerah tidak apa-apa." Jihyun berucap dengan tatapan sendunya menatap wajah tenang jimin.

"Tidak jihyun, aku tak akan menyerah! Aku ingin menebus semua yang pernah ku lakukan padanya."

"Jika hanya karena rasa bersalah, lebih baik hyung berhenti saja." Jungkook pun bungkam setelah mendengar ucapan jihyun. Seakan ada sebuah belati yang menancap tepat di jantungnya. Hatinya seakan tak terima atas ucapan jihyun yang menyuruhnya berhenti untuk menunggu jimin terbangun.

Jungkook memang selama ini merasa bersalah atas semua yang ia perbuat. Namun jungkook juga merasakan perasaan yang lain yang tiba-tiba muncul dan alasan itulah jungkook bersabar untuk menunggu jimin bangun dari tidurnya.

Setelah keheningan yang cukup lama, jihyun pun memilih pergi ke sofa yang ada di ruangan jimin dan membaringkan tubuhnya di atas sofa itu dan berakhir ia tertidur.

Jungkook masih setia memandangi wajah manis jimin yang terlelap itu. Jungkook mengulurkan tangannya menyentuh rambut hitam pekat milik jimin kemudian menyentuh mata sipit yang masih enggan terbuka itu kemudian turun ke hidung mungil jimin kemudian turun ke bibir plum yang biasanya memerah kini sedikit memucat.

"Jimin-ah aku merindukanmu," Lirih jungkook kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah jimin dengan lembut jungkook menempelkan bibirnya pada bibir jimin dan sedikit melumatnya setelah itu jungkook melepas bibirnya dari bibir jimin. Memandangi wajah tenang jimin lamat hingga tak terasa air mata jungkook jatuh membasahi pipinya.

Jungkook yang tak tahan dengan perasaan dan pikirannya yang kacau, keluar dari ruangan jimin dengan air mata yang jatuh semakin deras menenangkan diri. Tanpa jungkook ketahui sebuah pergerakan kecil dari jimin setelah jungkook berlari keluar dari ruangan itu.

Terlihat jari mungil jimin bergerak dengan bibirnya yang menggumamkan  nama seseorang dengan sangat pelan hingga terdengar seperti berbisik.

"J-jung-kook.."

Jungkook saat ini berada di taman rumah sakit sedang menenangkan hati dan pikirannya. Jungkook saat ini merasa putus asa. Di sisi lain ia ingin bersabar untuk menunggu dan di sisi lainnya jungkook sudah lelah ingin berhenti, ia tau semuanya akan sia-sia saja karena tak ada yang tau kapan jimin bangun. Dan akhirnya jungkook memilih untuk pergi dari rumah sakit itu.

.

.

.

.

13 ๐™…๐™–๐™ฃ๐™ช๐™–๐™ง๐™ž 2018

06.30๐™–๐™ข

"Dokter bagaimana keadaan jimin?" Tanya tuan park pada Dokter Han yang menangani jimin selama ini.

3 jam yang lalu setelah jihyun menemukan jimin yang membuka mata, jihyun dengan perasaan senang memanggil dokter dan segera menghubungi ke dua orang tuanya. Namun yang membuat jihyun bingung adalah kekasih hyungnya sudah tak ada di ruangan itu.

"Syukurlah, jimin sudah siuman tuan. Kondisinya sudah lebih baik dan stabil. Untuk satu minggu ke depan saya akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut jika setelah satu minggu kondisi jimin lebih baik, saya mengijinkan jimin untuk pulang." Ucap Dokter Han dengan tersenyum.

"Syukurlah! Terima kasih dok. Kalau begitu saya permisi." Ucap tuan park dan kemudian beranjak dari ruangan dokter itu.

Tuan park pun kembali keruangan rawat jimin. Di sana sudah ada nyonya Park dan Jihyun yang menemani jimin.

Tuan Park pun mendekat ke arah jimin yang  kini sedang duduk bersandar dengan memakan bubur yang nyonya Park suapkan padanya. Tuan Park benar-benar senang karena putra sulungnya telah bangun dari tidur panjangnya.

"Bagaimana perasaanmu nak?" Tanya tuan Park pada putra manisnya.

"Sudah lebih baik ayah. Ayah tak perlu khawatir." Ucap jimin dengan tersenyum.

"Hyung, kau lama sekali tidurnya, aku merindukan mu hyung." Ucap jihyun sambil mencebikkan bibirnya.

"Memang berapa hari hyung tidur hum?" Tanya jimin sambil mengusap rambut adiknya.

"Bukan hari, bukan minggu, bukan bulan tapi, tahun hyung!" Jimin pun mengernyit tak paham dengan ucapan adiknya.

"Maksudmu jihyun-ah?"

"Hyung koma selama tiga tahun." Jimin pun mengangkat kedua alisnya 'heol.. 3 tahun? Yang benar saja!' batin jimin.

"Eomma, benarkah yang di katakan jihyun?" Tanya jimin yang kini telah menoleh pada nyonya Park.

"Ne sayang, selama itu kami di seoul menjagamu." Ucap nyonya park.

"Mianhe eomma, appa. Jimin merepotkan kalian." Ucap jimin sambil menunduk tak enak hati.  Tuan Park mengerti apa yang dirasakan oleh putranya, ia pun mendekati jimin yang masih menunduk dan menangkup wajah putranya.

"Sayang dengar, kau tak pernah merepotkan kami justru kami senang bisa menjagamu." Ucap tuan park meyakinkan jimin.

"Tapi appa pekerjaan kalian...

" Ssstt, sayang kau lebih penting dari pekerjaan kami. Kau dan jihyun adalah prioritas kami yang menjadi penyemangat bagi kami saat bekerja. Jadi, jimin jangan merasa tak enak hati karena kau dan jihyun adalah putra kami jadi sebagai orang tua sudah tugas kami menjaga dan melindungi kalian selama kalian masih tanggung jawab kami. Jimin mengerti kan?" Jelas tuan Park.

"Ne appa."

"Peluk?" Tuan park merentangkan tangannya dan jimin pun tersenyum kemudian menabrakkan tubuhnya kearah sang ayah dan tuan Park memeluk putranya dengan erat. nyonya park pun mendekat mengusap kepala jimin dengan mengulas senyumnya dan jihyun yang melihatnya pun ikut tersenyum ia merasa senang dan bangga memiliki keluarga yang penuh kasih sayang dan harmonis. Sampai seseorang membuka pintu ruangan jimin.

๐˜พ๐™š๐™ ๐™ก๐™š๐™ 

"Jimin?"

"Yoongi hyung?"

Yoongi yang melihat jimin yang telah siuman dari koma nya tanpa sadar berlari ke arah jimin dan memeluknya erat.

"Jimin, aku sangat senang kau bangun."

"Ne hyung, aku sudah bangun โ€”jimin melonggarkan pelukan yoongi dan menatapnyaโ€” oh ya, hyung mana jungkook aku merindukannya."

"Maaf jimin, yoongi kami akan keluar dulu ne.." Ucap tuan Park seraya menarik nyonya park dan jihyun keluar ruangan.

"Ne appa." "Ne tuan." Ucap mereka bersamaan. Dan setelahnya mereka pun keluar.

Diluar ruangan jimin, "appa kenapa kau menarik kami keluar?" Tanya jihyun yang mengernyit heran dengan tingkah appanya.

"Hei, ini sudah siang jihyun-ah. Mumpung hyung mu ada yang menjaga kita sarapan dulu di luar." Ucap tuan park sambil tersenyum lebar.

"Yak! Kau memikirkan perutmu dan menyuruh orang lain menjaga putramu? Ck! Kau benar-benar." Nyonya park berdecak kesal pada suaminya.

"Hei, lagian mereka ingin bicara berdua. Apa kau tidak peka dari pertanyaan jimin pada yoongi tadi? Sudahlah itu urusan mereka. Yang penting sayang aku sudah lapar."

"Aish! Ya sudah." Akhirnya nyonya park pun menuruti kemauan suaminya itu.

.

.

.

"Maaf jimin, bukan maksudku untuk mengadu domba kau dan jungkook tapi, saat tadi aku menuju ke sini, di perjalanan aku melihat jungkook bersama taehyung di  sebuah cafe. Mereka terlihat sangat menikmati waktu bersama mereka."

"Hmm.. Begitu ya?!" Jimin pun tersenyum miris mendengar ucapan yoongi.

"Jimin.. โ€”yoongi pun menggenggam kedua tangan jimin eratโ€” aku menyukaimu. Selama ini aku memendam perasaanku padamu dan sekarang aku sudah tak bisa memendamnya lagi. Jimin? Dia menjadi diam setelah mendengar ucapan yoongi.

"Jimin-ah, mau kah kau menjadi kekasihku?"

๐™๐˜ฝ๐˜พ