•
•
•
"Jangan menyentuhnya, atau aku akan menghajar mu."
Jimin terkejut saat ia tahu siapa yang menolongnya. Jimin merasa sangat senang bahwa jungkook datang menolongnya dan jimin semakin menyukai sosok yang masih mendekapnya.
"Hei, apa urusanmu? Apa dia kekasihmu? Kau mengganggu saja!" Ucap jaebum pada jungkook dan sontak orang-orang yang berada di sana menatap heran pada mereka.
"Aku memang bukan siapa-siapanya dan kami hanya teman tapi, saat temanku mendapat kesulitan aku akan menolongnya."
"Cih!" Seok Jin pun menghampiri mereka saat melihat ada yang tak beres pada mereka. Saat setelah berada di antara mereka seok jin dapat melihat jimin yang berada didalam pelukan jungkook dan jungkook yang menatap tajam pada jaebum.
"Ada apa ini?" Tanya seok jin.
"Temanmu ini sudah melakukan pelecehan pada jimin." Ucap jungkook yang masih menatap jaebum dengan tajam.
"A-apa? -seokjin pun menatap jaebum penuh tanya- jae, apa benar yang di katakan jungkook barusan?" Seokjin menatapnya penuh tanya seakan meminta penjelasan.
"Jin-ah aku hanya ingin mendekatinya. apa itu salah?" Ucap jaebum santai.
"Tapi tidak dengan melecehkannya. Sialan!" Ucap jungkook dengan meninggikan nada bicaranya. Tak berapa lama teman-teman jungkook dan jimin datang mendekati mereka.
"Ada apa ini?" Ucap taehyung pada mereka yang terlihat sedang bertengkar.
"Tae, jungkook bawa jimin ke kamarku. Lebih baik baik bawa jimin ke rempat yang lebih tenang dulu." Keduanya pun mengangguk dan segera membawa jimin ke Kamar seok jin.
Saat ini Jimin, Jungkook dan Taehyung sudah berada di dalam kamar Seok jin. Kini Jimin sedang duduk di sofa yang ada di kamar itu dengan Jungkook yang tengah duduk di sebelahnya dan taehyung berada di depan jimin berlutut menggenggam tangan jimin.
"Jimin, apa kau tidak apa-apa?" Tanya taehyung yang terlihat sangat khawatir.
"Aku tidak apa-apa tae, tenang saja ne." Ucap jimin pada taehyung meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja.
"Kook, tolong jaga jimin sebentar aku akan ambilkan minum untuknya." Taehyung pun keluar dari kamar itu menuju dapur untuk mengambil minum untuk jimin.
Setelah taehyung keluar kamar, suasana dikamar itu berubah canggung. Karena bagaimana pun berada di satu tempat dengan seseorang yang di sukai akan merubah suasana tempat itu. Seperti saat ini jimin benar-benar merasa canggung dan gugup dan ingin sekali menghilang namun ia juga senang di saat yang bersamaan.
"Em, kook..... Jungkook pun menoleh pada jimin yang sedari tadi diam saja. .....em, t-terima kasih sudah menolongku."
"Hm ya, tidak apa-apa. Apa kau sudah tidak apa-apa?" Ucap jungkook yang terlihat sangat khawatir.
"Aku baik-baik saja." Ucap jimin dengan senyum manis yang mengembang.
Kini keduanya hanya diam membisu dengan jimin yang asik dengan dunianya sendiri namun jungkook sesekali melirik ke arah jimin. jungkook pun mengunci tatapannya pada jimin yang kini menunduk dan sedang asik memainkan jarinya. Pandangannya tak pernah lepas dari sosok di sebelahnya.
Lama keheningan menemani keduanya di dalam ruangan itu dengan jungkook yang masih setia menatap jimin lamat dan entah dorongan dari mana tangan jungkook perlahan terulur meraih dagu jimin menariknya ke samping mempertemukan wajah mereka untuk saling menatap dan tatapan jungkook turun kearah bibir merah plum dan ranum milik jimin. Tentu saja jimin terkejut dengan tindakan jungkook yang tiba-tiba. Ada rasa senang yang kini hinggap di hati jimin dan seakan ribuan kupu-kupu yang terbang menggelitik perutnya karena tanpa di duga jungkook mendekatkan wajahnya ke wajah jimin mengikis jarak hingga mempertemukan bibir yang beda ukuran itu. Entah sadar atau tidak jungkook melakukannya.
Jungkook mengecup bibir plum itu memberikan lumatan-lumatan pada bibir jimin dan sesekali menggigit bibir bawah jimin. Jimin pun membalas ciuman itu menikmatinya dan kini tangan jimin sudah melingkar di leher jungkook. Jungkook pun melesakkan lidahnya ke dalam mulut jimin di saat jimin membuka mulut memberi jalan pada lidah jungkook untuk masuk dan mengabsen semua yang ada di dalamnya. Lidah mereka pun saling bertautan menyesap bergantian. Mereka menikmati ciuman itu tanpa tau Taehyung sudah berada di dalam kamar itu. Tubuhnya mematung menyaksikan semua dengan perasaan yang berkecamuk dan setetes air mata lolos jatuh membasahi pipinya. Taehyung pun segera menghapus air mata itu dan pergi dari kamar itu dengan hati yang hancur.
.
.
.
Seok jin memijit pelipisnya saat mengingat kejadian yang terjadi pada pestanya. Dia telah mengusir Jaebum di saat pria itu tak bisa di ajak bicara dengan baik-baik dan berakhir Seok jin mengusirnya dan Jaebum dengan kesal pergi begitu saja. Seok jin pun menghela nafas lelah.
"Tae, bagaimana keadaan jimin?" Ucap Seok jin saat melihat taehyung datang dan duduk di sampingnya. Dan taehyung yang masih mengingat kejadian di kamar beberapa menit yang lalu hanya bisa menghela nafasnya dan merebahkan tubuhnya di sandaran sofa. Dengan tenang ia menjawab pertanyaan dari seok jin.
"Dia sudah baik-baik saja hyung. Sekarang jungkook yang menemaninya." Seok jin menoleh ke arah Taehyung dan menaikan sebelah alisnya saat melihat Taehyung tak baik-baik saja.
"Kau kenapa tae?" Tanya Seok jin khawatir.
"Aku tak apa hyung."
"Kau yakin? Sepertinya ada sesuatu yang terjadi padamu. Katakan saja ada apa." Taehyung pun kembali menghela nafas sungguh berat jika mengingat apa yang ia lihat beberapa waktu yang lalu.
"Aku melihat jungkook dan jimin berciuman hyung." Ucap Taehyung yang kini menundukkan kepalanya.
Seok jin melebarkan matanya tak percaya dengan apa yang di ucapkan taehyung. "A-apa? Kau apa?" Taehyung menoleh ke arah seok jin tersenyum miris yang menjelaskan bahwa yang di lihatnya benar terjadi.
"Tae, kenapa kau diam saja? Kenapa tak.... Taehyung dengan cepat menyela ucapan seok jin.
"Hyung aku sebenarnya tau jimin menyukai jungkook dari awal namun, ia tak pernah mengatakannya apapun dan pada siapapun. Dia memendamnya sendiri."
"Tapi tae, tak seharusnya kau diam seperti ini. Jungkook itu kekasihmu!" Seok jin menatap tak percaya pada taehyung.
"Hyung, kau tahu jimin adalah seseorang yang baik meski aku baru mengenalnya. Dia orang yang tak mudah mengekspresikan perasaannya. Aku mempelajari sifatnya saat aku bersamanya. Aku tak ingin menyakitinya hyung."
"Tapi bukan berarti kau memberikan kekasihmu demi kebahagiaannya. Bagaimana kalau dia mengetahui yang sebenarnya?"
"Aku akan pastikan jimin tak akan mengetahuinya."
"Hah.... -Seok jin menghela nafas- baiklah jika seperti itu. Dan ku harap suatu saat kau tak menyesal." Ucap seok jin yang kini bangkit dari duduknya menuju bar pribadinya. Dan taehyung menatap kosong kepergian seok jin.
.
.
.
𝙎𝙠𝙞𝙥
.
.
.
Saat ini jimin sudah berada di rumahnya dengan tadi diantar jungkook dan taehyung. Jimin sudah memakai kaos putih dan boxer ketat warna hitam miliknya setelah membersihkan diri.
Kini jimin tengah berbaring di atas ranjang king size nya. Jimin menyentuh bibirnya mengingat saat dia dan jungkook berciuman beberapa waktu yang lalu. Seakan masih bisa ia rasakan saat bibir tipis jungkook menyentuh bibir plum miliknya.
Jimin merasa sangat malu dan senang saat mengingatnya kemudian ia menarik selimutnya sampai menutupi kepalanya.
𝙏𝙞𝙣𝙜 𝙏𝙤𝙣𝙜 𝙏𝙞𝙣𝙜 𝙏𝙤𝙣𝙜
Jimin pun menyingkap selimutnya saat mendengar suara bel pintunya yang berbunyi. Dilihatnya jam dinding di kamarnya sudah menunjukkan pukul 11.16pm.
"Siapa yang datang malam-malam begini?" Gumam jimin sambil beranjak dari ranjangnya dan keluar dari kamarnya. Jimin melangkah turun melewati tangga menuju pintu rumahnya.
Setelah sampai di pintu ia tak langsung membukanya. Jimin menunggu jika saja orang yang di luar sana sudah pergi atau membunyikan bel nya kembali.
Dan jimin tak mengira orang itu membunyikan bel nya kembali dan perlahan membuka kenop pintunya. Sebenarnya jimin juga takut karena seseorang datang malam-malam seperti ini. Sesaat setelah jimin membuka pintunya, jimin dibuat terkejut melihat orang yang kini berdiri di depannya.
"J-jungkook?"
𝙏𝘽𝘾