Sebelum malam naas itu terjadi.
"Mil, anter gue shopping yuk," ajak Syena beberapa menit sebelum jam pulang kantor tiba. "Eh elo ada acara ngga nanti pulang kantor?" tanyanya lagi memastikan.
Kamila menatap layar komputer dan mencoba mengingat apa ada kerjaan yang harus ia kerjakan. "Kayaknya ngga ada deh, Syen. Kenapa?"
"Yes! Mending elo temenin gue shopping. Gue mau cari gaun ini buat acara akhir bulan ini."
"Iya boleh. Ciye mau kencan ya pakai beli baju segala," goda Kamila.
"Eh dodol bukan kencan. Gue cari baju buat acara hari kemerdekaan kita. Masa lo ngga ingat sih?!" Kamila yang masih belum paham, semakin dibuat bingung.
"Eh elu yang dodol. Ini itu bulan November bukan bulan Agustus. Hari kemerdekaan itu di bulan Agustus bukan November. Elo ngga lulus ya pelajaran PPKNnya dulu."
"Ya ampun Mil... gemes banget gue lihatnya. Bego kok dipelihara. Bukan kemerdekaan itu yang gue maksud. Maksud gue acara ulang tahun perusahaan, seharian kita bebas tugas alias kantor off. Semua karyawan tanpa terkecuali harus mempersiapkan diri untuk menghadiri acara itu. Elo gimana sih."
"Ooh ulang tahun kantor ya. Gue kira ulang tahun Indonesia."
"Udah jangan banyak bacot. Nanti pulang kantor kita shopping di Mall, oke."
"Oke."
"Sip." Syena kembali ke meja kerjanya, Mila pun melanjutkan pekerjaannya yang tinggal sedikit lagi selesai. Menjadi sekretaris bos itu tidaklah mudah. Apalagi memiliki bos seperti Kevin Anggara yang notabene adalah manusia paling perfect yang pernah hidup di muka bumi.
Kevin tidak ingin list pekerjaan untuk besok belum masuk emailnya. Ia selalu meminta sekretarisnya untuk mengirimkan semua jadwal untuk besok. Dan itulah yang tengah Kamila kerjakan.
Beruntungnya jadwal Kevin di hari senin sedikit longgar, dan bisa tepat waktu pulang ke rumah setelah mengirimkn email kepada Kevin. Jari jemarinya bergerak lincah diatas keyboard. Ia kembali memeriksa hasil pekerjaannya sebelum ia mengirim. Setelah yakin Mila mengklik tulisan send dan hasil pekerjaannya pun terkirim ke email Kevin.
"Yeaay... finally." Kamila meregangkan tubuhnya yang terasa kaku. Berjam-jam di depan komputer membuat lehernya kaku dan tidak nyaman. "Gila! Lama-lama mata gue jereng ini melototin komputer."
Kamila berdiri dan menstretching tubuhnya. Ia juga membunyikan sendi-sendi di tubuhnya. "Ya ampun. Itu tulang apa kerupuk sih. Krutak krutuk begitu bunyinya," ucap Syena yang baru saja tiba di ruangan Kamila. Gadis cantik itu sudah bersiap dengan tasnya.
"Sudah bereskan?! Ayo balik. Kita ngemall. Sudah ngga sabar ini gue hunting-hunting baju kece."
"Sudah tenang saja. Bentar gue beberes dikit terus kita cuss."
***
Di sebuah Mall di Kota Bandung.
Kamila menyesal diajak Syena pergi mencari dress untuk acara ulang tahun perusahaan. Sudah satu jam mereka berkeliling Cihampelas Walk Mall tapi belum juga menemukan dress yang menarik perhatian Syena.
Ada saja alasan Syena untuk menolak dress yang di tawarkan kepadanya disetiap toko pakaian yang mereka kunjungi. Terlalu sempit lah, ukuran dressnya ngga sesuai dengan bentuk tubuhnya lah, harganya terlalu mahal dan lain sebagainya.
"Aduh! Elo beli dress apa cari harta karun sih? Capek tahu naik turun lift terus keliling bolak balik di Mall segede dan seluas ini," gerutu Kamila merajuk.
"Ya elah Mila. Namanya juga belanja. Harus nemu yang sreg dihati sama di kantong." Syena membela diri. "Tapi ngga harus naik turun muterin Mall segede ini kali. Emang elo ngga capek apa kesana kesini kelilingin Mall?"
"Ngga lah. Itulah seninya belanja. Kalo belom ngulik dari atas sampai bawah, periksa setiap lantai demi lantai Mall buat dapetin yang kita mau, bukan belanja namanya."
"Gila! Gue mau pulang ah. Ngga kuat kaki gue jalan kesana kemari ngga jelas."
Kamila yang merajuk memilih pergi meninggalkan Syena. "Eeh... tunggu dulu donk."
"Ogah! Gue mau pulang."
"Ayo donk dikit lagi ya. Gue janji abis ini gue traktir elu makan enak di Hanamasa deh ya." Syena mencoba menyogok Kamila dengan makan disebuah tempat makan All you can eat yang selama ini diinginkan oleh Kamila.
"Elo nyogok gue?"
"Iya. Mau ya, please..." Syena memohon dengan sangat. Wajahnya dipaksa dibuat seimut mungkin yang membuat Kamila mendadak mual melihatnya. "Ayo donk, Mil... Elo baik deh." Syena merayu.
"Oke gue setuju."
"Yeaaayyy..." seru Syena sambil menarik tangan Kamila masuk ke dalam Mall. "Tapi awas ya kalo ngga jadi makan di Hanamasa?! Males gue anterin elo lagi."
"Iya iya. Gue janji habis ini kita makan ke Hanamasa."
"Deal?"
"Deal." Kedua gadis itu lebih tepatnya Syena kembali berburu dress yang sudah ia incar di sebuah toko pakaian. Setelah itu mereka pun segera menuju ke tempat makan all you can eat seperti yang sudah dijanjikan.
***
Malam itu Syena dan Kamila terpaksa harus menunggu antrian masuk ke dalam restoran jepang tersebut. Jika tadi Kamila yang merajuk karena Syena belanja, kini giliran Syena yang merajuk karena harus menunggu lama untuk bisa makan di tempat itu.
Tidak biasanya mereka harus menunggu karena penuhnya pengunjung restoran tersebut. Tapi demi makan makanan all you can eat secara gratis, Kamila rela menunggu satu jam. "Syena..Kamila..."
Kamila dan Syena menoleh ke belakang. Mata mereka membulat melihat Kevin berdiri tepat dibelakang mereka. Di sebelahnya berdiri sang kekasih, Paula dan tak lupa antek-antek Paula, Desi dan Mella.
"Kevin?" ucap Kamila.
"Lagi ngapain kalian disini?" tanya Kevin yang langsung dijawab oleh Syena. Sebuah pertanyaan bodoh. "Ya mau makan kali, Kev. Masa iya mau boker," celetuk Syena. Kamila menyikut lengan Syena.
"Emang mampu bayar makanan disini?" ucap Mella menyebalkan. Desi yang mendengarnya tertawa ngakak. "Ya ampun sekali makan langsung bangkrut." Paula yang berada di samping Kevin berusaha menahan senyumnya.
Dasar manusia-manusia menjijikkan.
"Ya mampu lah. Secara kita makan disini bayar pake duit. Emangnya kalian yang doyannya nebeng makan sama orang lain. Dasar parasit pohon!" Syena tak mau kalah menghina Desi dan Mella yang memang doyan mencari gara-gara.
"Apa loe bilang?!"
"Kenapa? Tersinggung? Ya baguslah kalo tersinggung. Orang-orang eh kebagusan deh. Parasit kayak kalian itu ngga pernah mikir pake otak. Tahu deh punya otak apa kagak."
Baik. Kalo urusan hina menghina balik Syena jagonya.
"Bisa diem ngga kalian berdua!!" seru Kevin jengah. Kamila langsung menundukkan kepalanya mendengar nada tinggi Kevin. Belum lagi pengunjung sana mulai penasaran dengan apa yang terjadi.
"Udah dong Syen. Malu diliatin orang-orang." Kamila mencoba untuk mengabaikan ocehan Desi dan Mella. Syena nyaris beradu mulut dengan kedua cucunguk itu kalau tidak dihentikan oleh Kevin.
"Lebih baik kalian masuk."
"Iyalah mau. Kita udah antri sejam disini. Ya kali batal."
Dengan angkuhnya, Syena berjalan masuk dan menarik Kamila. Saat akan membayar, Kevin lebih dulu menyodorkan black credit card miliknya ke arah kasir. "Keduanya teman saya. Tagihkan langsung kesini," ucap Kevin yang segera pergi berlalu.
"Eeh...Vin. Kevin... Makasih ya traktirannya," seru Syena yang langsung berjingkrak-jingkrak karena Kevin sudah membayar tagihannya. Otomatis Syena terbebas dari janji untuk mentraktir Mila. Kamila dibuat bingung dengan sikap Kevin. Kadang pria itu menyebalkan, tapi sebenarnya dia baik hati.
"Dasar parasit!"
"Elo yang parasit. Kemana-mana ngekor si Paula. Dasar otak udang."
"Sttt. Syena udah donk. Ngga usah ditanggepin napa. Mereka tuh semakin ditanggepin semakin ngeselin. Udah biarin aja."
"Habis gue kesel banget. Kalo bukan karena si kucluk Paula, mana bisa cucunguk itu makan ditempat kayak gini. Dasar manusia-manusia ngga berguna."
"Udah udah. Mending makan aja yuk."
Syena mengangguk. Setelah memilih mejanya, Syena dan Kamila segera berburu makanan yang ada disana. Mereka benar-benar memanfaatkan makanan itu dengan baik.