Manere
*6*
Atha menatap pintu apartemen didepannya dengan pandangan datar tanpa emosi dirinya sedikit ragu untuk memencet bel pintu apartemen tersebut.
Tangan Atha terjulur hendak memencet bel pintu apartemen milik Kira.
Ceklek.
Tiba-tiba saja pintu terbuka membuat Atha menghentikan tangannya dan menatap seorang gadis yang sedang berusaha memakai high heels merah miliknya dengan sebuah handphone yang diapit oleh bahu dan kepalanya.
"Bentar-bentar, ini gue lagi pakai high heels bitch!"
"Lo mau kemana?" ujar Atha dengan wajah datar membuat gadis didepannya menghentikan aktivitasnya dan menatap Atha sengit.
"Apa urusan lo? Dan ngapain lo kesini? Pergi sono hush!" ujar Kira mendorong tubuh Atha untuk menjauh dari apartemennya.
Atha segera meraih tangan Kira yang sedang berusaha mendorongnya menjauh dan menggenggamnya dengan erat.
"Urusan kita belum selesai." ujar Atha datar.
Mata Kira membulat dan menatap Atha kaget.
Apa-apaan laki-laki ini?! Bagi Kira urusan mereka sudah selesai! Dan Kira ingin melupakan kejadian kemaren dengan pergi clubbing mungkin.
"Lo tuli ya tadi? Gue udah bilang masalah kita udah kelar, dan lupain..."
"Gue nggak bisa." ujar Atha memotong ucapan Kira dengan cepat.
Kira mengernyitkan dahinya menatap Atha dengan alis bertaut.
"Nggak bisa apa? Maksud lo?" ujar Kira.
Atha terdiam mendengar pertanyaan Kira. Dirinya menjadi bingung untuk menjawab apa sekarang.
"Udahlah gue nggak peduli dengan apapun itu! Gue ada acara bye!" ujar Kira mendorong tubuh Atha untuk menyingkir dan meninggalkan Atha yang memilih berdiri kaku disana menatap Kira yang pasti akan pergi clubbing itu sudah kegiatan wajib yang Atha ketahui dari wanita itu.
-0-
Suara dentuman musik menggema didalam klub Asental. Seorang gadis sedang meliuk-liukan tubuhnya ditempat dance floor bersama beberapa temannya. Menggerakan tubuhnya dengan asal-asalan menikmati suara musik dengan ekspresi bahagianya.
Setidaknya ini yang bisa dilakukan gadis itu untuk menenangkan pikirannya.
"KIR!" teriak gadis yang memakai dress biru didepannya dengan suara sedikit keras karena berlomba dengan suara dentuman musik.
"APAAN!" teriak Kira masih dengan meliuk-liukan tubuhnya tak jarang para kaum lelaki yang berada didekat Kira memegang bagian tubuhnya namun, Kira membiarkannya toh tidak melewati batas wajar.
"ADA REVAN DIA NGELIHATIN LO TERUS!" teriak Diana teman malam Kira saat diklub.
Kira mengedarkan pandangannya dan menemukan Revan sedang duduk dimeja bar dan menghadap kearahnya.
Revan Sanjaya laki-laki tampan dan mapan yang sejak dulu telah mengincar Kira saat pertama kali Revan masuk diklub dan menemukan Kira gadis cantik dan seksi walau gadis itu masih sekolah SMA namun bagi Revan itu tak apa toh umurnya juga masih 20 tahun.
Kira menatap Revan sejenak dan mengedipkan sebelah matanya sebelum akhirnya kembali menari dengan riang.
"LO NGGAK NYAMPERIN ITU OM OM DIA KAYAKNYA NAKSIR SAMA LO KAN LUMAYAN BUAT DIMANFAATIN." ujar Diana membuat Kira tertawa.
"NTAR JUGA NYAMPERIN GUE KESINI." ujar Kira dengan tenang dan terus menari mengikuti irama musik.
"Hai." ujar seseorang disamping Kira memegang 2 gelas wine ditangannya.
Kira menyeringai dan menatap Diana seolah mengatakan bahwa yang dia ucapkan benar dan Diana hanya mengeluarkan senyumnya dan melangkah pergi mencari mangsanya seperti biasa.
"Oh hai." ujar Kira memutar tubuhnya menghadap Revan.
Revan menyodorkan segelas wine ditangannya dan dengan senang hati Kira menerimanya.
"Kamu kesini sendirian?" tanya Revan membuat Kira menyesap winenya sebelum menjawabnya.
"Yes, gue kesini sendirian emang kenapa?" ujar Kira dengan santai.
"Tidak apa-apa, bagaimana kalau kita minum?" ujar Revan membuat Kira mengangguk dan mengikuti Revan yang berjalan didepannya.
Bagi Kira hal ini sudah biasa dia alami dan Kira menikmatinya untuk menghibur dirinya sendiri dan mungkin membalas dengan kepada laki-laki.
Sekalipun Kira bisa dikatakan jalang atau bitch dikalangan teman-temannya atau bahkan seluruh orang disekolahnya sejujurnya ada sebuah rahasia yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri bahkan Natasha sahabatnyapun tidak tahu itu.
Rahasia yang disembunyikan dari siapapun walau sebenarnya rahasia itu sangat konyol bagi siapapun.
-0-
Kira berjalan sempoyongan dengan dibantu Revan yang dengan baik hatinya mengantarkan gadis itu untuk pulang keapartemennya.
"DASAR COWOK GILA! SARAP! BANCI!" teriak Kira membuat Revan hanya menengok kearah Kira dan tersenyum kecil.
Gadis yang sudah diincarnya sejak lama kini sedang mabuk hingga membuatnya berbicara ngelantur. Untung saja Revan menemukan alamat apartemen gadis itu didalam tasnya hingga Revan tidak kebingungan akan membawa gadis itu kemana.
Walau mungkin Revan bisa saja membawa gadis itu pulang kerumahnya namun, Revan masih menghargai Kira sebagai seorang perempuan terhormat seperti ibu dan adik tirinya yang sangat ia sayangi itu.
"Heh! Asal lo tahu cowok banci gue benci benci bahkan sangat benci sama lo! Bahkan gue bisa nendang lo kelaut dan dimakan sama paus wushh!" ujar Kira dengan mengayun-ngayunkan tangannya membuat Revan lebih baik menggendong gadis itu ketimbang menuntunnya karena itu sungguh menyulitkan karena Kira selalu bergerak kesana-kemari.
"Kira terbang ayah! Kira terbang wushh!" ujar Kira saat Revan membopongnya.
"Tenanglah." bisik Revan membuat Kira hanya memejamkan matanya dan menyenderkan kepalanya dibahu Revan.
"Kira kangen ayah." gumam Kira membuat Revan hanya terdiam menunggu lift itu terbuka.
Ting.
Lift akhirnya terbuka.
Revan ingin melangkah keluar namun terhenti saat melihat seseorang berdiri tepat didepannya dengan wajah datar.
Laki-laki didepan Revan mendekat dan segera meraih Kira dari gendongan Revan dan menggendongnya dengan tenang.
"Lo! Lo cowok banci! Nggak tahu diri dasar nggak tanggung jawab!" ujar Kira memukul rahang Atha dengan sedikit keras sebelum akhirnya tertidur dengan nyaman digendongan Atha.
Ya, laki-laki itu Atha.
"Berikan Kira kepadaku!" ujar Revan membuat Atha hanya mengangkat alisnya sebentar.
"Memang Kira barang? Hingga harus kuberikan? Kira seorang perempuan bukan barang camkan itu!" ujar Atha dan hendak berbalik untuk melangkah pergi meninggalkan lift jika saja pertanyaan Revan tidak menghentikan langkahnya.
"Memang kau siapa?" ujar Revan membuat Atha terdiam.
"Gue pacaranya." ujar Atha sebelum melangkah pergi meninggalkan Revan yang membeku ditempatnya.
-0-