"Bagaimana kalau kita pacaran?" ucapan itu meluncur begitu saja dibibir Kira. Entah setan apa yang merasuki tubuh Kira hingga berani mengajak laki-laki berhati dingin berpacaran dengannya.
"Apa maksudmu?" ujar Atha datar.
Kira memanyunkan bibirnya sebal "Ya kita pacaran udahkan! Oh iya nama lo siapa?" tanya Kira tak tau malu. Bodoamat dengan siapa dirinya sekarang. Perkataan itu meluncur begitu saja dimulut Kira yang bisa dibilang ceplas-ceplos.
"Atha." jawab Atha datar tidak mempedulikan ekspresi Kira yang sebal melihat Atha yang tidak berekspresi sama sekali termasuk saat Kira mengajaknya berpacaran.
"Yaudah bye! Gue mau mandi dulu!" ujar Kira dan beranjak pergi meninggalkan Atha dengan secepat mungkin.
Gadis itu tiba-tiba merasa malu dengan ucapannya sendiri. Coba bayangkan seorang gadis mengajak seseorang berpacaran namun setelah itu menanyakan nama orang yang diajak pacaran tadi. Dan lebih ngenesnya laki-laki yang diajak berpacaran tidak merespon sama sekali. Hanya menjawab siapa namanya saja.
Sungguh memalukan bagi Kira sendiri.
Sedangkan Atha yang masih setia duduk dibar dapurnya menyunggingkan senyum tipisnya. Dirinya tidak perlu berjuang untuk mendapatkan persetujuan Kira agar bisa bertanggung jawab.
Jika Atha ingin. Dia bisa saja melupakan kejadian malam itu namun, Atha sejak dulu telah dididik untuk bertanggung jawab atas apa yang telah ia lakukan. Termasuk dengan kejadian malam itu yang merenggut harta seorang perempuan.
"Cewek aneh!" gumam Atha dan beranjak pergi menuju kamarnya sendiri untuk menyiapkan perlengkapan sekolah miliknya.
Membiarkan Kira membasuh tubuhnya dikamar mandinya. Yang Atha pikirkan adalah sekolah dan sekolah. Hanya itu untuk sekarang.
Atha menyiapkan perlengkapan sekolah miliknya dengan tenang. Kamarnya yang tertata rapi membuatnya sangat mudah untuk menumkan buku-buku pelajaran miliknya.
'Tha." suara seseorang yang memanggil namanya membuat Atha menghentikan aktivitasnya sejenak dan menoleh kearah seseorang yang sedang berdiri mematung didepan kamarnya.
"Ada apa?" tanya Atha menatap Kira yang berdiri kaku dengan sebuah handuk yang melilit dikepalanya dan sebuah kemeja putih tipis yang melekat ditubuhnya.
Jangan harap Atha terkejut dan bernafsu melihat pakaian yang melekat ditubuh Kira. Atha tidak merasakan hal seperti itu sama sekali.
"Lo bisa nggak ambilin seragam gue diapartemen, gue nggak bisa keluar dengan pakaian kayak gini." ujar Kira menatap Atha memohon.
"Nggak." jawab Atha final dan kembali sibuk dengan buku-buku pelajarannya.
Kira menyebikan bibirnya sebal dan berjalan mendekati Atha tidak peduli dengan pakaiannya yang bisa saja membuat Atha menyerang dirinya.
Toh mungkin Atha tidak bernafsu melihatnya kecuali soal malam itu.
Kira mendaratkan bokongnya tepat diatas kasur milik Atha menyilangkan kedua kakinya menatap Atha dengan pandangan sebal. Jangan pernah berpikir Kira hanya menggunakan kemeja putih tanpa celana. Karena faktanya Kira menggunakan celana pendek entah milik siapa yang berada dipintu kamar mandi tadi.
"Atha iya masa lo mau biarin pacar nggak sekolah." ujar Kira tak tau malu.
Pacar? Sejak kapan mereka official? Bahkan Atha belum menerima tawaran Kira beberapa menit yang lalu.
"Sejak kapan gue jadi pacar lo? Dan sekalipun lo sekolah juga cuma mau pamer tubuh lo kesemua murid, jadi nggak ada gunanya lo sekolah juga." ujar Atha datar.
Kira mencebikan bibirnya. Rasa amarah telah berada diubun-ubun gadis itu. Dengan keras Kira melempar kepala Atha dengan sebuah bantal putih.
"Bodoamat! Pokoknya lo pacar gue sekarang titik!" ujar Kira sudah terlanjur malu dengan perkataannya 10 menit yang lalu dan baginya jika malu, malu aja sekalian.
"Cih pemaksaan." ujar Atha diikuti dengan tangannya yang mengusak-usak rambut hitamnya yang tadi terkena bantal putih.
Dalam hati Atha tersenyum tipis. Entah apa yang ada dipikiran Atha sekarang namun, yang pasti Atha menerima semua ucapan Kira sekalipun setelah ini hidupnya tidak akan tenang seperti 1 tahun ini.
"BODOAMAT!" teriak Kira sudah terlanjur kesal dan marah secara bersamaan.
Atha berdiri dan hendak pergi dari kamarnya membuat Kira tertegun.
"Cowok ini serius? Nggak mau bantuin gue? Dasar cowok sarap!" batin Kira sebal.
"Kalau lo nggak mau bantuin gue, yaudah gue bakal keluar dari apartemen lo dengan baju kayak gini!" ancam Kira dan beranjak turun dari ranjang pergi melewati Atha yang hanya memandangnya datar.
"Terserah." ujar Atha menatap punggung Kira yang berjalan menjauh sebelum ia kembali kekamar untuk mengambil seragamnya dan bersiap siap kesekolah.
Atha melangkah menuju kamar mandi dengan santai hingga sebuah suara menghentikan langkahnya.
"AAAA DASAR COWOK MESUM NGGAK TAU DIRI, ATHAAAA?!!!"
-0-
Kira menatap pintu apartemen Atha dengan pandangan panik. Sejujurnya gadis itu takut keluar apalagi dengan pakaian yang seperti sekarang.
06:00
Kira melirik jam yang menempel didinding lalu kembali menatap pintu apartemen dengan ragu. Gadis itu memikirkan apakah ada seseorang yang keluar dari apartemen sepagi ini. Sekalipun Kira dikenal sebagai seorang bad girl dan bitch sejujurnya itu hanya cover dari dirinya.
"Bodoamat! Tinggal buka pintu terus lari kepartemen lo sendiri Kir susah amat!" gumam Kira dengan sedikit ragu meraih handle pintu dan membuka.
Grep
Baru saja Kira ingin melangkah keluar sebuah pelukan erat menghentikan langkahnya. Mata gadis itu membulat terkejut.
"Tha bantuin gue, bantuin gue yak!" dan memeluk Kira lebih erat.
"AAA DASAR COWOK MESUM! NGGAK TAU DIRI! ATHAAAA!" teriak Kira dengan spontan dan mencoba mendorong tubuh laki-laki yang memeluknya.
"ATHAAA TOLONGIN GUE!!" teriak Kira lebih histeris. Pasalnya Kira paling benci dipeluk oleh orang lain.
Atha yang mendengar teriakan Kira semakin kencang, melangkahkan kakinya sedikit dipercepat hanya sedikit.
Mata Atha berkedip beberapa kali melihat Kira yang memukul-mukul seseorang yang sejak tadi masih saja memeluknya.
"ATHAAAA!!!"
Grep Brak
"ASTAGA PUNGGUNG GUE REMUK INI!" teriak seseorang yang tak lain Zefan orang yang sama yang memeluk Kira secara tiba-tiba.
Kira segera berlari kebelakang tubuh Atha dan bersembunyi dibalik punggung laki-laki.
"Lo ngapain kesini?" tanya Atha datar membuat Zefan yang sibuk merenggangkan tubuhnya yang tadi dibanting oleh Atha mendelik.
"Lo nggak berperasaan banget sih! Gue dateng udah main dibanting aja terus nggak minta maaf lagi!" cerocos Zefan kesal.
Dirinya yang notebanenya sebagai tamu yang harus dihormati dan disambut baik malah dibanting.
"Gue nggak salah kenapa harus minta maaf?" ujar Atha tak peduli dengan Zefan yang ingin sekali melempar bom kearah Atha sekarang juga.
"Gue cuma salah meluk orang doang dibanting. Kejam amat lo!" ujar Zefan yang sebenarnya mengetahui sudah salah memeluk orang setelah dibanting Atha tentunya.
"Yang lo peluk pacar gue goblok!"
-0-