Chereads / Manere / Chapter 7 - Bab 7 Sebuah Keputusan

Chapter 7 - Bab 7 Sebuah Keputusan

Atha meletakan tubuh Kira diatas ranjangnya membiarkan gadis untuk sekali lagi menempati ranjangnya yang tidak pernah ditempati kecuali oleh Atha.

"Dasar nggak tau diri!"

"Cowok munafik!"

Umpatan demi umpatan selalu keluar dari mulut gadis itu membuat Atha menatap gadis itu heran. Apa tidak ada kata yang terlontar dari gadis itu kecuali kata-kata kasar?

Atha menunduk melepas sapatu high heels milik Kira dengan perlahan walau sebenarnya sangat sulit karena kaki Kira yang tidak diam.

"Gadis menyusahkan." gumam Atha menatap Kira yang sudah mulai tenang dan terlempar kealam mimpinya.

'Tapi melepaskannya dan menyetujui apa yang dia ingin itu tidak mungkin." batin Atha.

Atha berjalan keluar kamar untung menenangkan kepalanya yang terasa panas setelah bertemu dengan Revan tadi. Masalah dirinya dengan gadis yang sekarang tidur dikamarnya untuk kedua kalinya saja belum selesai ditambah dengan pertemuan dirinya dengan Revan kakaknya sendiri.

"Glek glek."

Atha menenggak minuman dingin dengan tenang sebelum akhirnya memilih merebahkan dirinya diatas sofa dan akhirnya terlelap disana dengan tenang.

05:00

Kira membuka matanya dengan tenang. Tiba-tiba saja dirinya terbangun dari tidur lelapnya yang jarang sekali ia rasakan.

Kira menuruni ranjang tempat ia berbaring dengan mata setengah terpejam. Berjalan menuju kulkas untuk meminum sesuatu.

"Tumben ada soda siapa yang beli?" gumam Kira mengambil sebuah minuman bersoda dan ingin menenggaknya sebelum sebuah tangan memegang soda tersebut dan merebutnya.

"Lo habis mabuk, nggak baik minum soda." ujar seseorang dibelakang membuat Kira berbalik dan hendak menyumpah serapahi siapapun yang berani dengan lancang masuk keapartemennya dan mengambil soda miliknya.

"Kalau lo lupa ini apartemen gue." ujar Atha datar sebelum berjalan melewati Kira dan menuangkan cairan teh hangat keatas gelas miliknya dan menyodorkan kepada Kira dengan wajah datar.

"Kalau lo nggak mau mati minum tehnya." ujar Atha yang membuat Kira segera meraih teh tersebut dan menenggaknya dengan cepat.

"Panas bego!" umpat Kira meletakan gelas milik Atha dan menatap Atha tajam. Bisa-bisanya laki-laki didepannya mengancamnya dengan kata-kata bodoh yang naasnya Kira dengan bodohnya percaya.

"Ngapain lo bawa gue kesini." ujar Kira sinis.

"Gue..."

"Kalau mau bahas soal kejadian itu gue udah bilang selesai! End artinya tamat." ujar Kira memotong ucapan Atha dan berjalan memutari meja pantry dan mendaratkan bokongnya diatas kursi dengan Atha yang ada didepannya hanya meja pantry yang menjadi jarak sekarang.

"Tapi sayangnya gue nggak nganggep masalah itu clear." ujar Atha datar.

"Itu urusan lo bukan urusan gue! Gue udah nganggep selesai berarti selesai ngapain lo nyenggol gue lagi." ujar Kira tak mau peduli.

"Sayangnya hati lo berkata lain." ujar Atha masih dengan tampang datarnya.

"Siapa lo tahu isi hati gue? Lo bukan dukun ataupun Tuhan seenak udel tahu isi hati gue."

"Biasanya seseorang yang mabuk akan mengeluarkan isi hatinya secara gamblang dan itu terbukti tadi malam." ujar Atha dengan seringai tipisnya membuat Kira terdiam.

Memang apa yang dia ucapkan tadi malam? Tidak mungkin dirinya mengatakan hal yang tidak-tidak bukan? Akh ingatan Kira sungguh buruk soal ini apalagi dengan kondisinya yang sedang mabuk berat.

Atha menyeringai melihat ekspresi Kira. Laki-laki itu masih ingat setiap ucapan gadis didepannya tadi malam saat sedang berjalan menuju apartemennya.

-0-

Atha berjalan dilorong gedung apartemennya dengan menggendong Kira yang sedang asyik mengumpat dan berkata asal-asalan.

"Dasar nggak tahu diri! Nggak pantes hidup, minta ditinju lo ya! Sini sini gue pukul!" ujar Kira mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi dan memperagarakan seolah dirinya sedang meninju seseorang.

"Tenanglah." gumam Atha mengeratkan gendongannya terhadap Kira takut-takut jika gadis itu terjatuh.

"Hei lo! Muka lo mirip cowok brengsek nggak tahu diri titisan dedemit itu! Lo tahu nggak? Cowok titisan demit itu nggak tahu diri. Masa iya dia dengan seenak jidatnya ngambil keperawanan gue dan nggak tahu diri nggak mau tanggung jawab." terang Kira menunjuk-nunjuk pipi Atha dengan jarinya.

"Dasar bodoh aku sudah bilang akan menyelesaikan semuanya. Dia saja yang menolak." batin Atha.

"Dia tadi nemuin gue dan minta agar dia tanggung jawab. Gue nolaklah gengsi kali nerima dengan lapang dada. Kayak dada dia lebar aja." gumam Kira membuat Atha mengharapkan gadis itu segera tidur dan kembali sadar dan masalah mereka akan selesai.

"Gue cuma mau minta dia tanggung jawab kayak cowok biasanya bukan kayak ayah gue yang brengsek!" guman Kira sebelum gadis itu menutup matanya sejenak.

-0-

"Emang gue ngomong apaan aja?" tanya Kira dengan wajah nyolotnya membuat Atha hanya terdiam.

"Memintaku untuk bertanggung jawab." ujar Atha tenang

Tangan Atha membuka tutup kaleng soda dengan tenang menikmati wajah kaget Kira dengan mata bulat yang seperti ingin keluar.

"Gue nggak mungkin ngomong itu! Gue nggak sejalang itu!" ujar Kira histeris.

"Lo emang jalang." ujar Atha namun tidak dipedulikan oleh Kira yang sibuk mengacak-ngacak rambutnya sendiri.

Sedikit tidak percaya dengan apa yang diucapkan Atha. Tidak mungkin dirinya mengatakan hal terlarang tersebut kepada laki-laki culun didepannya walau tidak dipungkiri bahwa Atha tampan. Apalagi dengan hanya memakai kaos putih polos dan celana trainning selutut.

"Lo pasti bohongkan! Lo mau ngadalin guekan." teriak Kira menarik kaos Atha yang sedang sibuk menenggak sodanya namun terganggu dengan tarikan tiba-tiba Kira.

"Nggak guna bohongin lo." jawab Atha tenang membuat Kira melepaskan tarikannya dan kembali duduk menatap kosong kearah depan.

"Iya masa gue ngomong gitu sama cowok culun, nggak tahu diri, banci kaleng kayak gini." gumam Kira menatap Atha yang sibuk menenggak sodanya sekali lagi.

"Tapi dia seksi nggak malu-maluin buat jadi pacar gue." batin Kira.

Mata gadis itu menatap bagaimana cara Atha menenggak soda tersebut. Jangkun yang tercetak jelas naik turun sedang menelan minuman bersoda itu membuat Kira menelan ludahnya. Dirinya tidak menyangka laki-laki culun didepannya bisa seseksi ini.

Kira meletakan kepalanya dengan mata masih menatap Atha yang kini sibuk meremuk kaleng soda dengan tenang dan melemparnya ketempat sampai.

Atha yang merasa diperhatikan menolehkan wajahnya dan menemukan sosok perempuan sedang menatapnya dengan dalam.

"Mata yang indah." batin Atha.

Atha dan Kira sama-sama terlarut dengan tatapan masing-masing bahkan saling mengagumi kelebihan masing-masing dalam diam tentunya.

Kira yang memiliki gengsi yang tinggi.

Dan Atha yang tidak agresif sama sekali.

Sungguh akan menjadi pasangan yang unik jika disatukan.

"Bagaimana kalau kita pacaran?"

-0-