Suara bel menghentikan aktivitas Kira yang sedang sibuk menyantap berbagai makanan ringan diapartemen Atha tentunya. Dirinya sedang malas untuk kembali keapartemen miliknya yang bisa dibilang sangat sunyi.
Walaupun diapartemen Atha sama saja sunyi namun, entah mengapa Kira merasa nyaman berada diapartemen Atha hingga berakhirnya Kira disini sedang menonton film kartun dengan berbagai macam snack.
Ting Tong.
"Ash siapa sih! Ganggu aja!" ucap Kira sebal. Sejak tadi suara bel apartemen mengganggunya. Dengan malas Kira berjalan menuju pintu apartemen dan hendak membukanya jika saja sebuah suara membuatnya menghentikan aktivitasnya.
"Ngapain lo disini?"
"Tha pulang ya!"
"Lebih baik lo pulang!" usir seseorang didepan pintu apartemen.
Kening Kira mengernyit bingung. Itu suara Atha, Kira sangat mengenalinya namun Kira bingung dengan siapa Atha berbicara.
"Sebenarnya mau lo apa Tha? Semua orang pengen lo pulang dan ada disana bukan seenaknya pergi kayak gini!"
"Sekali gue bilang pulang mending lo pulang!"
Kira memajukan bibirnya dengan ekspresi sok mikirnya. Rasa penasarannya membuat Kira tak sengaja menjatuhkan barang diatas meja yang berada tepat disampingnya.
Prangg.
"EH ANJING BANGSAT SIAPA YANG NARUH BENDA KAYAK GINI DISINI!" teriak Kira spontan karena keterkejutannya.
2 orang diluar apartemenpun sama-sama menengok kearah pintu apartemen dengan pandangan yang berbeda saat teriakan Kira terdengar.
"Atha lo nyimpen cewek diaprtemen lo? Gue nggak nyangka lo pergi dari rumah ternyata cuma mau main cewek kayak gini?" ujar orang tersebut dengan wajah terkejutnya.
"Bukan urusan lo!"
"ATHA INI URUSAN GUE! LO MASIH REMAJA HIDUP LO MASIH PANJANG DAN LO MALAH ASIK-ASIKAN MAIN CEWEK KAYAK GINI! SEJAK KAPAN LO MANGGIL CEWEK PENGHIBUR KAYAK GINI!"
Teriakan itu tentu membuat Kira yang berada didalam tak terima. Se-bitchnya dia, dirinya bukan wanita penghibur.
Kelakuan Kira memang terlihat seperti seorang jalang tapi bukan berarti dia jalang yang seperti dipikirkan orang luar.
Ceklekk.
Dengan kasar Kira membuka pintu apartemen dan menatap tajam seorang yang kini sedang menatapnya.
"Jaga omongan lo ya! Gue akuin kelakuan gue emang kayak bitch tapi,.."
"Ngaku juga!" ujar Atha memotong ucapan Kira dengan ucapan seperti biasa.
Pedas dan tak berperasaan.
"LO DIEM DULU!" teriak Kira kepada Atha. Kini emosinya semakin memuncak melihat seseorang yang dengan kurang ajar menyentuh tubuhnya kini malah menghinanya secara tidak langsung.
"Tapi bener bukan? Kelakuan lo memang mencerminkan seorang jalang?"
Plak.
Satu tamparan mendarat tepat dipipi kanan Atha. Atha hanya menatap Kira datar berbeda dengan Kira yang kini menatapnya dengan tatapan marah.
"Iya kelakuan gue memang seperti jalang seperti diluar sana tapi, setidaknya gue bukan wanita penghibur seperti yang dibilang cewek disamping lo itu!" terang Kira dengan mata yang mulai berkaca saking tidak tahannya menahan amarah yang meluap.
Gadis yang berada disamping Atha tertegun mendengarnya. Sebenarnya gadis bernama Aluna itu hanya asal berbicara karena menahan emosi yang meluap saat menghadapi Atha.
Namun, ternyata ucapan yang dirinya katakan itu sepertinya melukai harga diri seorang gadis yang kini berada tepat didepannya dengan pandangan yang berkaca-kaca bercampur rasa emosi.
"S sorry maksud gue bukan gitu.."
"Lo diem! Dan lo!" tunjuk Kira kepada Atha yang hanya menampilkan wajah datarnya.
"Sekalipun gue bertingkah seperti jalang gue masih bisa menjaga harga diri gue! Sebelum, LO MENGAMBILNYA MALAM TADI!" ujar Kira menekankan setiap kata diakhir ucapannya membuat Atha tertegun.
Sepertinya Atha sempat melupakan kejadian semalam saat kedatangan Aluna tiba-tiba.
Aluna menatap Atha dengan pandangan tak percaya. Ucapan gadis didepan Atha setidaknya dapat Aluna serap dan mengerti arah pembicaraan tersebut.
Adiknya telah merusak seorang gadis.
Itulah yang bisa Aluna simpulkan.
"Dan soal masalah tadi malem? Gue anggap clear! Jadi jangan bingung karna gue nggak akan meminta pertanggung-jawabanan soal ini!" ujar Kira sebelum melangkah pergi dengan santai meninggalkan kakak-beradik tersebut dan masuk kedalam apartemen miliknya.
-0-
"
Jangan bilang apa yang gue pikirin itu benar?" ujar Aluna menatap Atha yang masih berdiri kaku didepan apartemennya.
Setelah kepergian Kira tadi, Atha tidak menggiring Aluna untuk masuk karna tidak ada gunanya juga. Mata Atha menatap pintu apartemen Kira yang sempat dibanting oleh sang empunya saat menutupnya.
"Gue yakin lo tidak terlalu bodoh! Jadi pergilah!" ujar Atha sebelum melangkah memasuki apartemennya meninggalkan Aluna yang berteriak meminta jawaban Atha.
Atha memejamkan matanya sejenak sebelum melangkah menuju ruang tamu.
"Gadis itu memang!" geram Atha melihat bagaimana pecahnya ruang tamunya. Sampah bungkus snack berserakan dimana-mana, televisi yang masih menyala dan sebuah selimut tebal putih miliknya yang tergeletak dengan asal.
Atha mengacak rambutnya sebelum mulai mengendorkan dasi sekolah miliknya dan mulai membereskan kekacauan yang ada tepat didepannya.
Atha memungut bungkus snack dengan sabar, hingga tangannya terhenti saat melihat sebuah roll pink tergelatak tepat diatas meja disamping bungkus snack dan beberapa kaleng minuman yang sudah habis.
Atha mengabaikannya begitu saja dan melanjutkan aktivitas bersih-bersihnya setelah itu, mebersihkan badannya yang berkeringat.
Namun, lagi-lagi fokus Atha kembali tentang roll pink tersebut atau lebih tepatnya tentang pemilik roll pink itu.
Seharusnya Atha merasa lega karena Kira tidak meminta pertanggung-jawaban soal kejadian tersebut dan membuat hidupnya runyam.
Namun, entah mengapa ada sesuatu yang mengganjal dihati dan pikirannya.
Kejadian saat awal mula mereka bertemu hingga kemarahan Kira berlarian dikepala Atha.
"Apa yang terjadi kepadaku?" ujar Atha dengan wajah suramnya dan berjalan kearah dimana roll itu tergeletak.
Atha meraihnya dan mengangkat roll itu tepat didepan matanya, Atha mengamati roll tersebut dengan wajah datarnya.
"Apa yang terjadi sebenarnya kepadaku?" gumam Atha menatap roll tersebut.
"Ya! Semua harus selesai!" ujar Atha dan menggenggam roll tersebut dan berajalan keluar apartemen dengan tenang.
-0-