"Coba buka bajumu, Mawar," suara halus itu membimbing Mawar untuk membuka seluruh pakaiannya tak tersisa. Tubuh putih, molek dan seksi itu, kini sudah tak terhalang oleh apapun.
"Tubuhmu indah sekali, kecantikanmu melebihi manusia normal lainya, aku menyukaimu Mawar, maukah kamu menjadi kekasihku?" Pria itu tersenyum manis sambil mengecup pungguh tangan sang gadia yang terlihat malu-malu.
"Kamu siapa? Kita bahkan belum berkenalan." Gadis itu mencoba mengenakan kembali pakaiannya.
"Aku Bisma, Mawar. Panggil aku Bisma." Pria itu tersenyum sambil menatap Mawar yang kini sedang mengenakan kembali pakaiannya.
"Bisma?" sapa Mawar pelan.
"Iya, anggap saja begitu," kata Bisma dengan senyuman manisnya.
Pria yang bertubuh tegap, gagah dan tampan itu menyebut namanya Bisma, sangat tampan sesuai dengan namanya. Mawar yang terdiam dengan rasa malu akhirnya berjalan menjauhi Bisma, tetapi Bisma mengejar Mawar dan mereka akhirnya main di taman hanya sekedar melihat keindahan bunga-bunga yang mekar.
"Bunga itu indah sekali, apa ini kebun bunga milikmu?" tanya gadis itu sambil melihat ke arah Bisma.
"Iya, seperti halnya kamu, bunga ini adalah milikku, bunga ini indah tetapi tidak seindah dirimu." Pria itu memetik satu buah bunga Mawar berwarna merah, lalu menyelipkan di telinga Mawar. Seolah mawar seperti gadis Bali yang mengenakan bunga di telinganya.
"Kecantikanmu sudah membuat aku datang dan menghampiri dirimu, mulai sekarang kamu adalah bunga milikku Mawar, aku akan sering berkunjung untuk mengajakmu berjalan-jalan," kata pria itu sembari menatap wajah Mawar yang begitu ayu.
"Bisma, tetapi kamu datang dari mana?" tanya Mawar dengan tatapan sendu penuh dengan tanda tanya.
"Aku dari hatimu, kamu sendiri yang membuat aku hadir, aku selalu berada dalam hatimu." Bisma lalu pergi tiba-tiba saja. Membuat Mawar kebingungan dan akhirnya tiba-tiba alarm berdering. Mengejutkan sehingga gadis itu terbangun.
"Duhh, jam berapa ini," leguh Mawar sambil melihat ke arah ponsel miliknya dengan mata setengah terbuka.
Gadis itu ternyata tadi bermimpi bertemu dengan seorang pria bernama Bisma, pria yang begitu tanpan dan belum pernah dia temui sebelumnya.
"Jadi tadi itu mimpi ya, tampan sekali pria itu, bahkan dia mengenakan pakaian yang lembut seperti sutra, ahh ... aku sepertinya terlalu banyak melihat drama Korea, jadi pikiranku sedikit aneh," kata Mawar sambil beranjak dari posisi tidurnya. Terlihat Jam menunjukkan angka 6. Dan dia harus segera bangun karena harus membantu adiknya.
Mawar memiliki seorang adik laki-laki yang masih sekolah menengah atas, dan dia pun hanya tinggal bersama sang ibu. Ibunya sudah tua renta, dan mereka bukan keluarga yang kaya raya. Mawar bekerja di sebuah toko bunga di Kota B. Tidak menyangka bahwa mimpinya terasa sangat nyata, selain dia bekerja di toko bunga, Mawar pun mengunjungi taman bunga yang indah yang baru saja dia lihat semalam bersama Bisma.
"Taman Bunganya indah sekali, aku baru melihat taman bunga seperti itu, selama ini aku melihat banyak sekali bunga di toko, tetapi bunga di sana beda, wanginya sangat menyengat dan membuat aku tidak bosan, rasanya ingin lagi aku pergi berkunjung ke taman bunga mimpi itu, dan Bisma itu siapa? Kenapa begitu tampan, ah sepertinya dia bukan manusia, mana ada manusia tampan itu," kata Mawar sambil mencoba melepaskan semua pakaiannya, dia mencoba untuk membasuh seluruh tubuhnya dan menyabuni tubuhnya dengan sabun mandi.
Saat dia menggosok seluruh tubuhnya, tiba-tiba saja dia melihat di sekitar pahanya banyak sekali warna biru. Wanita itu terkejut, kapan dia terjatuh. Kenapa banyak sekali memar di pahanya.
"Apa ini! Perasaan aku tidak jatuh, tapi kenapa memar seperti ini, dan rasanya pun tidak sakit sama sekali. Ada tiga memar di pahaku, memangnya aku habis apa ya, aku habis ngapain?" Mawar terus memperhatikan daerah pahanya, dia terus membilas tubuhnya dengan air, warna biru pada bagian pahanya membuat dia kebingungan, padahal semalam tidak ada warna tersebut, anehnya warna biru itu muncul ketika pagi hari, setelah dia bermimpi bertemu dengan pria yang bernama Bisma.
Tapi Mawar tidak ambil pusing. Mungkin saja dia tertidur terlalu lelap dan sampai tidak sadar kalau pahanya telah menyentuh benda tumpul, atau bersentuhan dengan ujung meja. Dia pun mengakhiri kegiatan mandinya, wanita itu langsung mengenakan pakaian dan hendak pergi ke dapur.
"Kak Mawar, kali ini biarkan aku yang membuat nasi goreng," kata panji pada sang kakak.
"Memangnya kamu bisa memasak? Panji sudahlah dari pada lama dan hasilnya tidak enak sebaiknya kakak yang masak, sudah kamu duduk manis aja bersama Ibu," perintah Mawar kepada sang adik, wanita itu memang sudah terbiasa membuatkan sarapan untuk keluarga tercinta, mereka hanya bertiga di rumah, karena setahun lalu sang ayah sudah pergi meninggalkan dia ke surga.
"Tadinya aku ingin belajar tapi sudahlah, kalau kakak tidak memperbolehkan Panji untuk belajar, panji hanya bisa melihat saja," kata Panji sambil terkekeh.
"Sudah duduk saja, tidak usah banyak bicara." Mawar berkata sambil tersenyum kepada sang adik, dia pun langsung memasakkan sarapan untuk keluarganya.
Setelah beres memasak, Mawar dan keluarga menyantap sarapan paginya, lalu Mawar pun berangkat menggunakan sepeda motor ke toko bunga, tempat dia bekerja. Mawar memang terbiasa datang lebih pagi dari pada yang lain. Mawar tergolong gadis yang rajin. Sesampainya di toko Mawar membersihkan seluruh lantai di toko tersebut, sehingga bosnya Mawar sangat takjub karena gadis itu begitu rajin.
"Mawar tolong siapkan 1 ikat bunga melati ya, untuk seseorang," kata bosnya kepada Mawar.
"Untuk siapa? Apakah harus ditulis?" tanya Mawar kepada bosnya.
Nagita adalah bosnya Mawar, dia sebenarnya teman SMA-nya Mawar. Nagita memang berniat membuka toko bunga sedari kecil, sehingga pada saat lulus SMA akhirnya Nagita membuka toko bunga tersebut dan mengajak Mawar untuk menjadi pekerjanya.
Ajakan Nagita sontak membuat Mawar begitu senang, karena gadis cantik itu tidak punya pekerjaan sepeninggal sang ayah. Karena itulah Mawar begitu senang bekerja di toko bunga ini. Sudah hampir 1 tahun setelah ayah meninggal, Mawar menghidupi keluarganya dari gaji yang diberikan oleh Nagita padanya.
Dan itu sangat membantu perekonomian keluarga Mawar.
"Tidak perlu, dia mengatakan meminta satu ikat bunga melati saja, hanya itu," ungkap Nagita sambil mencoba membereskan beberapa bunga tulip.
"Baiklah akan aku bingkai seindah mungkin ikatan bunga melatinya," kata Mawar sambil beranjak mengambil bunga-bunga melati untuk disusun menjadi sebuah karangan bunga yang indah.
Saat dia sedang menyusun karangan bunga, tiba-tiba saja seseorang masuk kedalam toko bunga dan menyapa Nagita. Tetapi Mawar seolah mengenali suara tersebut, Mawar lalu menoleh dan melihat ke arah pria itu. Alangkah terkejutnya Mawar dia tidak bisa berkata apapun, matanya membulat dan mulutnya menganga, tidak percaya dia bisa melihat seorang pria yang tidak asing untuknya.
_b_e_r_s_a_m_b_u_n_g_