Setelah pertemuan Mawar dan Arjuna tempo hari. Arjuna kini tidak bisa mengusir Mawar dalam pikirannya. Dia merasa tidak tenang. Karena kemarin bahkan Mawar terlihat mirip dengan Rose.
Ketika Mawar mengikat rambutnya, saat itu Mawar tanpak serupa dengan Rose.
"Apa ini, kenapa Mawar selalu ada di dalam benakku? Padahal sudah jelas aku begitu mencintai Rose, dan Rose tidak akan tergantikan," lirih Arjuna di dalam hatinya.
Pria itu menghela napas dalam-dalam. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Terkadang dia ingin bertemu Mawar. Tetapi dia merindukan Rose. Rose masih terbaring koma di Rumah Sakit. Wanita itu telah di vonis menderita kangker dan tidak bisa terselamatkan. Bahkan usia Rose hanya beberapa bulan lagi, itu kata Dokter. Karena kangker itu sudah stadium akhir.
Arjuna tidak tega melihat kekasihnya terus menderita. Tetapi Arjuna tidak mau Rose pergi.
"Juna kamu kenapa? tanya sang ibu kepada putranya.
"Ibu, Juna hanya sedang diam saja," jawab Arjuna pelan
"Bukankah kamu mau ke Rumah Sakit, untuk menjenguk Rose?" kata ibu Sri kepada sang putra.
"Iya bu sebentar lagi," tangkas Arjuna pelan.
"Kamu tidak perlu terlalu sering datang ke Rumah Sakit, Rose sudah parah seperti itu, sebaiknya kamu cari perempuan lain saja, Bapak sudah tua, dan kamu harus cepat memberikan Bapak seorang cucu, ingat bahwa kamu itu anak tunggal, Nak," ucap sang ayah kepada putranya.
"Bapak kalau bicara sembarangan," kata ibu Sri kepada suaminya.
"Pak, tidak semudah itu Juna mencari wanita lain, Juna begitu sayang kepada Rose, dan Rose tidak akan tergantikan," kata Arjuna dengan tatapan sendu.
"Bapak tahu kamu cinta sama Rose. Tetapi Rose sebentar lagi mau meninggal, kamu mau apa lagi, kalian tidak punya masa depan," tangkas sang ayah.
"Pak karena itu lah, di sisa hidup Rose, Juna ingin menemani dirinya, Juna ingin Rose tahu, bahwa ada Juna di sampingnya, walau mungkin Rose tidak akan bisa bertahan lebih lama," lirih juna dengan suara rendah.
"Ibu setuju dengan ucapanmu, kamu memang harus menemani Rose sampai akhir," kata ibu Sri.
"Ah sudahlah kalau memang maumu begitu, bapak kan hanya memberikan saran." Pak Indra langsung pergi meninggalkan istri dan anaknya.
"Sudah jangan dengarkan ucapan bapakmu, tenang saja, perbuatanmu itu memamg sudah betul, ko." Ibu Sri menguatkan sang putra.
"Terimakasih, Bu." Juna mengangguk, dan dia pun kini bersiap untuk pergi ke Rumah Sakit.
Sepanjang perjalanan dia memikirkan ucapan bapaknya. Agar dia mencari wanita lain untuk menggantikan Rose. Karena memang Rose tidak bisa bertahan lebih lama. Dan kini dia memikirkan seseorang, yaitu Mawar.
Hanya Mawar sepertinya yang bisa menggantikan Rose. Tetapi Juna sendiri belum memiliki rasa suka untuk Mawar. Walau wajah Mawar dan Rose sangat mirip. Bagi Juna mereka itu berbeda. Di mulai dari style dan gaya bicara serta kebiasaan. Rose dan Mawar itu berbeda.
Tetapi wajah mereka saja yang sama. Arjuna terus memikirkan wanita itu. Sampai akhirnya dia sampai di Rumah Sakit.
Pria itu melangkah dengan tubuh yang seolah berat. Perkataan sang ayah masih terngiang di telinganya. Dan sampailah kini di depan ranjang kesakitan Rose. Arjuna hanya bisa diam dengan mata yang berkaca-kaca.
"Sayang aku datang, kamu gimana kabarnya hari ini?" tanya Juna sambil menggenggam tangan Rose yang masih lemah tak berdaya. Rose sama sekali tidak bergerak atau merespon. Rose koma sudah lama, sekitar enam bulan yang lalu.
Tetapi juna masih setia dengan rasa cintanya. Arjuna menatap Rose dengan tajam. Rose terlihat pucat, matanya tertutup dengan tubuh yang dingin.
"Kasihan sekali kamu Sayang, Rose. Andai aku bisa menggantikan rasa sakitmu, aku bersedia." Arjuna mengecup punggung tangan Rose dengan lembut. Tetapi tiba-tiba saja seolah Rose tersenyum kepadanya. Tetapi senyum itu bukan milik Rose.
Senyum dalam bayangan Juna itu adalah senyum milik mawar.
"Rose? Mawar?" Arjuna merasa kebingungan. Entah kenapa bisa terlihat bayangan seorang gadis tersenyum kepadanya. Padahal sudah jelas kini Rose belum terbangun dan masih dalam keadaan koma.
"Ya Tuhan apa-apaan ini kenapa di dalam pikiranku ada bayangan Mawar?" Arjuna merasa kebingungan karena seharian ini di kepalanya hanya ada Mawar-Mawar-Mawar perkataan sang ayah untuk mencarinya gadis lain gadis yang akan menggantikan Rose memang benar.
"Haruskah aku mendekati Mawar, tetapi aku masih sangat mencintai Rose, tidak mudah untuk memasukkan orang lain ke dalam hatiku. Walau pun memang Rose dan Mawar begitu mirip, tetapi mereka orang yang beda, mereka sangat beda, uwh sungguh sangat menyebalkan, jika bayangan ini terus datang menghampiri tanpa bisa aku ketahui apa yang harus aku lakukan, dengan bayangan itu." Arjuna berkata di dalam hatinya sambil menatap kearah Rose yang masih terpejam.
________
"Kenapa bapak berkata seperti itu tadi di hadapan Arjuna? Bukankah Bapak tahu sendiri kalau Arjuna putra kita itu begitu mencintai Rose," kata Ibu Sri kepada bapak Indra.
"Itu karena sudah percuma. Arjuna mencintai Rose yang tidak kunjung bangun sudah 6 bulan dan sekarang katanya Rose sudah stadium 4, sudah tidak ada gunanya menunggu Rose, dia akan segera meninggal, karena itu bapak menyarankan Arjuna mencari wanita lain saja," kata pak Indra kepada sang istri.
"Tapi tidak mudah untuk Arjuna melupakan Rose, jadi kita tunggu saja kalau memang Rose umurnya pendek, kita tunggu sampai saat itu tiba, baru kita bertindak lebih jauh," ucap ibu Sri kepada sang suami sambil menyodorkan segelas kopi.
"Umur kita sudah tua, Bu. Kita juga butuh pewaris. Apa Ibu tidak memikirkan hal itu?" tukas pak Indra berkata dengan suara yang rendah, lalu dia pun meneguk kopi buatan sang istri.
"Kita sabar sebentar, Ibu yakin Arjuna pasti bisa memutuskan mana yang terbaik untuk hidupnya." Ibu Sri berkata sambil menatap ke arah sang suami.
"Tapi bapak menemukan satu perempuan yang sangat ayu Bu, Dia cantik sekali, dia tidak beda jauh dengan Rose, bahkan bapak pikir mereka adalah kembar. Bapak waktu itu membeli bunga di sebuah toko bunga di seberang jalan, dan wanita itu sangat mirip dengan tunangannya Arjuna. Bapak tidak tahu Arjuna sudah bertemu dengan dia atau belum. Mungkin wanita itu bisa menggantikan posisi Rose di hati Arjuna," kata pak Indra dengan bersungguh-sungguh.
"Apa iya ada orang yang mirip seperti itu, mungkin hanya mirip sekilas?" Ibu Sri mengerutkan dahinya.
"Bapak tidak berbohong, besok Ibu pura-pura membeli bunga toko bunga di seberang sana, lihat kemiripan wajah mereka. Ibu pasti akan terkejut saat melihat wanita itu sangat mirip dengan Rose," kata tuan Indra dengan suara yang rendah, namun penuh dengan penekanan. Ibu Sri sendiri hanya mengerutkan dahinya dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh sang suami.
_______
Catatan kecil author :
Halo maaf baru update. Gimana kangen engga?
Aku up seminggu sekali ya.