Chereads / DEVIL FLOWER / Chapter 11 - Rasa Cinta Arjuna, Untuk Rose

Chapter 11 - Rasa Cinta Arjuna, Untuk Rose

"Mawar maafkan aku ya, sudah membuat kamu menunggu di sini agak lama," kata Arjuna.

"Tidak apa-apa Kak Juna, memangnya Kak juna tadi ngapain dulu?" tanya Mawar dengan kening yang mengerut.

"Tadi aku nelepon dulu Rumah Sakit sebentar, sebenarnya aku menyukai mengunjungi tunanganku Rose," lirih Arjuna, dengan nada yang rendah.

"Apakah kak Rose belum sadarkan diri?" tanya Mawar.

"Masih belum juga, dia masih lemah seperti biasanya. Tetapi walau begitu, aku tidak bisa meninggalkan dia begitu saja, karena dia adalah segalanya untukku," ungkap Arjuna dengan mata yang berkaca-kaca.

Pria itu memperlihatkan rasa cintanya kepada Rose sangat besar. Bahkan ada gadis cantik di hadapannya sekelas Mawar, tidak mempunyai Arjuna goyah.

"Sangat seru sekali, kalau melihat perjuangan cinta kakak untuk Kak Rose, kalian memang pantas untuk bersama." Mawar berkata dengan senyumnya yang manis.

"Tetapi kedua orang tuaku selalu menginginkan aku untuk segera menikah dengan orang lain, padahal aku tidak bisa jatuh cinta pada wanita lain selain Rose," tutur Arjuna, memperlihatkan semua isi hatinya.

"Kenapa bisa seperti itu?" Rose mengerutkan dahinya.

Wanita itu merasa kasihan dengan apa yang Arjuna katakan padanya barusan.

"Karena ayah dan ibuku menginginkan seorang cucu, mereka ingin aku segera menikah dan memberikan mereka keturunan, itu adalah salah satu penyebab kenapa aku harus segera menikah dengan wanita lain selain Rose," lirih Arjuna tak terbantahkan lagi.

Pria itu terlihat begitu sedih, ketika harus memutuskan membagi cintanya kepada wanita lain.

"Tolak saja Kak, karena aku yakin wanita yang akan menikah dengan kak Juna pasti akan sakit hati, jika hanya di manfaatkan saja," ungkap Mawar.

"Aku pikir juga seperti itu, tetapi akan sangat berat untuk menolak keinginan mereka," lirih Arjuna dengan mata yang berkaca-kaca.

"Apakah mereka sudah memiliki kandidat, untuk dijadikan sebagai menantu?" tanya Mawar.

"Apakah kamu tidak merasa, bahwa kamu adalah kandidatnya?" tanya Arjuna sambil menatap Mawar dengan tajam.

"Loh--kenapa bisa seperti itu? Padahal aku baru saja bertemu dengan ayah dan ibunya kakak, bagaimana bisa aku menjadi seorang kandidat?" Mawar merasa sangat heran, karena memang dia itu baru pertama bertemu dengan Tuan Indra dan Ibu Sri tadi pagi.

"Karena kamu sangat cantik, kecantikan kamu sudah membuat Ayah ku terpikat, dan menginginkan kamu untuk menjadi menantu di keluarga ini, ketika Ayah mengajak ibu ke toko bunga, mereka pasti memiliki sebuah misi tertentu, bukan hanya sekedar membeli bunga saja, dan aku sudah bisa menebak tentang hal itu," tutur Arjuna menjelaskan semuanya.

Mawar terdiam, dia merasa bingung mendengar ucapan dari Arjuna barusan.

Kini bahkan mawar sedang berada di kediaman rumah Arjuna yang luas dan juga sangat bersih.

Tuan Indra dan Ibu Sri bahkan membiarkan mereka untuk bertegur sapa berdua.

Dan itu yang menjadikan Mawar menjadi yakin, bahwa ucapan Arjuna barusan adalah benar, dia adalah kandidat sebagai menantu di keluarga tersebut.

"Kak Juna, kalau begitu antarkan aku pulang," pinta Mawar.

"Kenapa kamu harus pulang cepat?" tanya Arjuna kepada Mawar.

"Itu karena apa yang Kak Arjuna katakan barusan sepertinya benar, kedua orang tua kakak membiarkan kita berdua saja, mungkin mereka ingin kita lebih dekat dari pada ini, tetapi pada kenyataannya kita tidak bisa bersama walau pun aku menyukai kak Juna sekali pun, hati kak Juna hanya milik Kak Rose bukan milikku. Jadi untuk apa lagi dilanjutkan?" kata Mawar.

"Benar apa yang kamu katakan, hatiku memang milik Rose, aku menjadi sangat bersalah kepadamu" kata Arjuna.

"Tidak perlu merasa bersalah seperti itu. Aku tahu kalau perasaan cinta seseorang tidak bisa di ubah begitu saja," seru Mawar.

"Kamu membenci aku, Mawar?" Arjuna bertanya kepada wanita cantik itu.

"Tentu saja aku tidak membenci kakak, untuk apa aku membenci kak Juna, tidak ada yang salah di sini," Mawar tersenyum kecil kepada Arjuna, dan Arjuna membalas senyuman tersebut.

"Baguslah kalau kamu tidak membenciku, karena setelah ini aku ingin mengajak kamu ke rumah sakit," kata Arjuna.

"Untuk apa kita ke rumah sakit?" Mawar mengerutkan keningnya.

"Aku ingin kamu bertemu dengan Rose. Aku ingin melihat apakah kamu masih berpikiran sama seperti saat ini atau berubah," seru Juna.

"Sekarang juga?" tanya Mawar.

"Tentu saja kita ke rumah sakit sekarang juga," kata Arjuna.

"Baiklah aku sih bagaimana kak Juna saja, tetapi aku harap itu tidak terlalu lama, karena aku ingin beristirahat di rumah saja, setelah ini," tukas Mawar.

"Iya aku tidak akan membawamu lebih lama dari pada ini, aku hanya ingin kamu berkenalan dengan Rose sebentar saja," kata Arjuna dengan senyumannya.

Saat mereka mau pergi tiba-tiba saja ibu Sri datang.

"Eh kalian mau pada ke mana, tunggu dulu. Ibu sudah selesai memasak makanan untuk Mawar," tukas ibunya Arjuna kepada Mawar.

"Terima kasih banyak Ibu, tetapi Mawar sudah makan tadi di rumah, ibunya Mawar memasak untuk Mawar," ucap Mawar sedikit berbohong kepada ibunya Arjuna.

Padahal pada kenyataannya, setiap hari yang memasak adalah Mawar, setiap pagi Mawar memasak untuk ibu dan adiknya Panji.

"Cicipilah sedikit, Nak. Ibu benar-benar sudah bersusah payah memasak, buat kamu," kata ibu Sri.

Mawar sebenarnya ingin segera pergi dari rumah itu, tetapi dia tidak tega melihat Ibu Sri memelas dengan mata yang berkaca-kaca seperti itu.

"Baiklah kalau begitu, Kak Juna Mawar akan mencicipi masakan ibu Sri dulu sebelum kita berangkat," ungkap Mawar sambil menatap Arjuna dengan tajam.

Arjuna tertegun, ia tidak percaya bahwa Mawar sangat baik hati, wanita itu rela meluangkan waktu sebentar, hanya untuk mencicipi masakan ibunya. Padahal sudah jelas tadi Mawar menolak.

"Lakukan saja sesukamu, Mawar," kata Arjuna.

Arjuna menatap Mawar dengan tajam, sekilas dia merasa kagum pada wanita tersebut, tetapi dengan segera pria itu menghilangkan rasa kagum tersebut.

"Aku mencintai Rose dan sangat mencintainya, tidak akan aku biarkan ada wanita lain masuk ke dalam hatiku, sekali pun itu Mawar," lirih Arjuna menyangkal perasaannya, karena sudah takjup kepada Mawar.