Saat ini yang ingin aku pertanyakan adalah perasaan Mawar sendiri kepada ku, apakah wanita itu suka kepada ku, atau tidak. Dengan statusku yang masih memiliki tunangan yaitu Rose.
Aku tahu Mawar pasti tidak mau cintaku terbagi kepada wanita lain, tapi bagaimana lagi--aku tidak bisa meninggalkan Rose dalam keadaan seperti ini.
Mawar memang sangat cantik bahkan kecantikannya melebihi kecantikan yang di miliki Rose, wanita itu bersinar bagaikan bunga yang semerbak mewangi.
Bahkan kecantikan Mawar banyak membuat hati pria meleleh, luluh, dan takluk kepadanya.
Namun entah kenapa rasa suka ku sama Mawar tidak sebanding dengan rasa sukaku terhadap Rose.
Tapi anehnya kemarin aku mimpi bertemu dengan Mawar. Apa mungkin aku benar-benar bermimpi bertemu dengannya?
Kini Mawar bahkan tidak mau menjawab pertanyaanku, padahal sudah jelas ayah dan ibu sudah memilihnya untuk menjadikan dia sebagai istriku kelak.
Mungkin Mawar tidak suka jika hatiku terbagi kepada Rose, tapi maaf Mawar aku tidak bisa kalau harus fokus kepadamu, dan mengabaikan Rose begitu saja.
Aku kini menatap Mawar yang terdiam bagaikan patung.
"Kenapa kamu diam Mawar, harusnya kamu berbicara sepatah kata saja, sebagai kunci semua pertanyaanku?" tanya ku kepada wanita itu.
"Aku tidak tahu Kak Juna. Jangan tanyakan hal yang aneh-aneh lagi, belum tentu kan orang tua kakak akan datang ke rumah untuk melamar ku, nanti saja kita pikirkan lagi soal hal itu," kata Mawar sambil tersenyum.
Aku memang sedikit egois karena menginginkan dua wanita sekaligus, dan berharap Mawar mengerti kalau aku tidak bisa meninggalkan Rose.
Namun sayangnya Mawar sendiri seolah ragu padaku, jika aku harus memiliki dua wanita sekaligus, padahal kalau di pikir jika aku menikah dengan Mawar aku akan benar-benar menjadi miliknya, karena Rose sama sekali belum bangun.
Yang jadi masalah saat ini bagaimana kalau nanti aku menikah dengan Mawar dan Rose bangun, hanya itu yang membuat kepalaku pusing tujuh keliling.
"Kak antarkan aku pulang, aku tidak enak terus menerus berada di sini, rasanya aku seolah melihat diriku sendiri terbaring tak berdaya," kata Mawar kepada ku.
"Baiklah kalau begitu, aku antar pulang." Aku pun mengantar Mawar pulang ke rumahnya, sepanjang perjalanan kami tidak berbicara apa pun dan Mawar sendiri hanya terdiam membisu, seolah enggan untuk sekedar berbicara kepadaku.
Tanpa kami sadari akhirnya aku telah sampai di kediamannya.
"Apakah kak Juna mau mampir dulu ke rumahku. Maaf rumah aku tidak sebagus rumahnya kakak, tetapi rumah ini adalah surga untuk keluarga kami," kata Mawar kepadaku.
Aku melihat rumah Mawar yang sederhana, tidak seperti rumahku yang mewah, tetapi aku tahu dia begitu nyaman tinggal di sana.
Mawar memang bukan tergolong orang kaya. Tetapi dia memiliki pendidikan dan budi pekerti yang bisa di acungi jempol.
"Tidak terima kasih, aku pun ada keperluan lain," jawabku kepada Mawar.
Akhirnya aku pun memutuskan untuk pergi, Mawar menatapku sampai mobilku terlihat jauh dari rumahnya.
Aku memutuskan untuk pulang dan tidur karena perasaan ku sangat tidak nyaman saat ini, sesampainya di rumah aku langsung masuk ke kamar dan mengunci diri di kamar.
Permintaan kedua orang tuaku untuk melamar Mawar sungguh membuat aku bingung, karena Mawar sendiri seolah enggan untuk menerima tawaranku, karena aku masih menyukai Rose.
Wajar saja sih kalau Mawar menolaknya, karena memang aku sendiri yang egois menginginkan dua wanita sekaligus.
Rasa kantuk mulai menghantui jiwaku, akhirnya aku pejamkan saja mata ini, sampai rasanya aku tidak bisa mengingat apa pun lagi.
Tiba-tiba saja seseorang menyapaku dan langsung membuat aku terkejut.
"Rose?" Aku tertegun karena kini di hadapanku ada wanita cantik yang bukan lain dia adalah tunangan Rosemary.
"Kenapa seolah kamu sangat bingung melihatku, apakah kamu malas melihat aku bangun seperti ini, jadi kamu lebih senang ya kalau aku terus-terusan tidur?" Rose berkata kepada ku sambil memperlihatkan wajah manjanya.
"Terus kapan kamu datang? Kenapa aku tidak sadar bahwa kamu sudah ada di ruangan ini?" tanyaku kepada wanita tersebut.
"Aku sudah sedari tadi di sini menunggu kepulangan kamu, tetapi kamu lama sekali, sebenarnya tadi kamu kemana?" tanya Rose kepada Arjuna.
"Aku mengantar seseorang, dia sangat mirip denganmu," jawabku dengan ragu-ragu, karena aku sangat takut Rose kecewa kepadaku, dengan rencana pernikahan yang sudah disusun oleh ayah dan ibuku.
"Siapa dia, apakah dia secantik aku?" Wanita itu merajuk di hadapan ku, aku tahu setiap wanita pasti akan merasa cemburu jika kekasihnya mengantarkan wanita lain.
"Tidak ada yang cantik selain kamu di mataku, dan aku bahkan tidak bisa mencintainya selain kamu, walau wajah kalian begitu mirip tetapi aku tetap saja hanya mencintai kamu Rose," kata ku sambil mencoba untuk membelai lembut rambut panjangnya yang indah.
Wanita itu langsung mendekatkan tubuhnya kepada ku. Tetapi entah kenapa tiba-tiba saja dia membuka bajunya.
"Rose apa yang mau kamu lakukan?" Aku sedikit bergetar ketika wanita itu melakukan hal tersebut.
"Sudah lama kan kita tidak melakukannya?" Rose berkata sambil membuka satu persatu pakaian yang menempel pada tubuhnya.
Aku tidak bisa berkata apa pun dan kini hanya bisa menelan saliva, sambil terpana dengan apa yang ku lihat di hadapan ku.
Wanita itu mendekatiku dan membuat tubuhku semakin bergetar.
"Rose, bukankah kamu masih sakit?" tanyaku dengan ragu-ragu, aku merasa sangat bimbang saat ini, rasanya aku sudah kerasukan dan ingin segera memeluk Rose dengan erat.
Wanita itu tersenyum kepadaku dan membuat aku semakin menggila.