"Apa kamu sudah lama bekerja dengan Nagita?" tanya sang ibu dengan senyumannya.
"Semenjak saya sekolah menengah atas, saya sudah bekerja part time di sini Nyonya."
"Ya Tuhan panggil Ibu saja," seru Ibu Sri dengan senyumannya.
"Baiklah terima kasih banyak, Ibu. Oh iya, Ibu mau membeli bunga apa, biar saya buatkan sebuah rangkaian bunga yang cantik," ucap Mawar sambil menorehkan senyum yang manis kepada Ibu Sri.
"Kami ingin menjenguk seseorang di Rumah Rakit, seseorang yang sedang sakit dan dia adalah orang yang berarti bagi kami, menurut Nak Mawar sendiri, bunga apa yang cocok untuk menjenguk orang sakit?
"Ibu bisa membawakan bunga anyelir untuk dia yang tersayang. Bunga anyelir melambangkan sebuah cinta dan kasih sayang. Warna anyelir yang cerah dan berwarna sering dipakai untuk hiasan. Memberikan bunga anyelir untuk orang sakit akan membawa kedamaian dan ketenangan bagi jiwa orang yang sakit. Itulah beberapa bunga untuk ucapan cepat sembuh yang bisa diberikan untuk orang sakit. Selain untuk bingkisan, memberikan bunga juga bisa menenangkan dan membawa pesan cepat sembuh untuk si pasien. Ibu bisa menemukan rangkaian bunga untuk orang sakit dan bisa menentukan bunga mana yang cocok untuk orang sakit." Mawar memberitahukan informasi tersebut dengan sangat lancar, sampai-sampai Ibu Sri dan bapak Indra sangat takjub melihat keahlian Mawar dalam menjelaskan perihal bunga.
"Selain bunga anyelir ada bunga apalagi, Nak?" tanya bapak Indra sengaja bertanya karena sangat penasaran dengan wawasan wanita tersebut.
"Selain bunga anyelir ada bunga krisan, Bunga krisan merupakan bunga yang berasal dari suku Asteraceae. Warna dari bunga krisan melambangkan sebuah emosi yang tinggi dan juga umur panjang. Sehingga memberikan bunga krisan untuk orang sakit merupakan pilihan yang tepat karena diharapkan orang yang sedang sakit akan segera sembuh dan berumur panjang." Sekali lagi penuturan dari Mawar membuat sepasang manusia paruh baya itu merasa sangat takjub.
Wanita itu sangat pintar dan cerdas sangat cocok untuk dijadikan sebagai menantu.
"Baiklah, Nak. Tolong buatkan rangkaian bunga dari bunga krisan dan bunga anyelir di padu padan bisa?" tanya ibu Sri kepada Mawar.
"Jelas bisa, Bu. Akan segera saya buatkan, sebuah vas bunga yang indah," kata Mawar sambil beranjak melangkah, mengambil beberapa bunga anyelir dan bunga krisan.
"Bu kalau nanti Arjuna berhasil menikah dengan Mawar, kita harus membuka toko bunga juga, lihatlah wanita ini sangat cerdas, selain cantik pengetahuannya sangat menarik," ucap Ayah Indra kepada sang istri.
"Kita harus upayakan mereka jatuh cinta terlebih dahulu, kita harus mendekatkan mereka kita harus membuat chemistry diantara keduanya, agar tidak ada rasa canggung," kata Ibu Sri kepada sang suami.
"Bagaimana kalau kita telepon Arjuna sekarang, agar Arjuna dan Mawar bisa mengobrol sebentar, serta saling berkenalan," ucap Ayah Indra sambil mengambil ponselnya.
"Lakukan saja apa yang menurut Bapak bagus, Ibu sih akan menurut," Ibu Sri tersenyum manis ketika kini sang suami mulai menelepon Arjuna.
"Juna, kamu sedang di mana, sekarang?" tanya bapak Indra kepada putra semata wayangnya.
"Juna sedang bekerja, Pak," kata Arjuna dengan singkat.
"Kapan kamu pulang, Nak. Bapak mau menjenguk Rose, tetapi sebelumnya, bapak ingin kamu menjemput bapak dan ibu di toko bunga," kata bapak Indra kepada putranya.
"Bapak mau membeli bunga buat Rose?" Arjuna bertanya.
"Iya benar sekali, kami ada di toko bunga milik temanmu, kamu datang ke sini ya, Bapak sedang menunggu gadis di toko ini, membuatkan karangan bunga, untuk ke rumah sakit, dan alangkah lebih baiknya jika bersama berangkat, untuk menjenguk Rose," kata bapak Indra kepada putranya.
"Baiklah Pak, Juna akan mengusahakan untuk pulang, Bapak tunggu dulu di sana, ya. Sampai Juna datang," kata Arjuna dengan sangat senang, karena mendengar ayah dan ibunya akan segera menjenguk kekasihnya Rose di Rumah Sakit.
Karena selama ini bapak memang selalu menyarankan Arjuna untuk memutuskan Rose, karena percuma Rose sudah tidak sadarkan diri, dia terbaring lemah tak berdaya di Rumah Sakit, selama berbulan-bulan dan Arjuna harus menunggu sampai kapan?
Tidak ada harapan untuk Rose bisa bangun kembali, karena itulah sang bapak memutuskan untuk mencarikan Arjuna gadis yang tepat untuknya, agar bisa menggantikan posisi Rose di hati Arjuna.
"Baiklah kami tunggu, Nak. Kalau begitu Bapak tutup dulu teleponnya, ya," kata pak Indra kepada putra kesayangannya, lalu sambungan telepon itu pun terputus.
"Bagaimana Pak, apakah Arjuna mau datang ke sini?" tanya Ibu Sri kepada sang suami.
"Iya, dia sangat senang, bapak dengar dari suaranya terdengar begitu jelas Arjuna sangat bersemangat, untuk datang ke toko bunga ini, sepertinya dia mendukung ketika kita mau datang ke Rumah Sakit," ucap bapak Indra kepada istrinya.
"Baguslah kalau begitu, Pak. Kita tunggu Arjuna datang, lalu mengenalkan Mabwar dengan dia, semoga saja Arjuna menyukai Mawar dan bisa secepatnya menghilangkan Rose dari dasar hatinya," tutor Ibu Sri dengan sangat jelas.
"Semoga, ya," ungkap bapak Indra dengan singkat.
Bapak Indra dan Ibu Sri kini memperhatikan Mawar, yang sedang membuat rangkaian bunga, untuk di bawa ke Rumah Sakit menjenguk Rose.
Bapak Indra dan Ibu Sri berharap kelak Mawar dan Arjuna bisa saling jatuh cinta, bahkan mereka ingin mereka bisa menikah.
Mereka tidak peduli latar belakang Mawar seperti apa, Mawar. Walau Mawar bukan keturunan orang kaya, mereka tidak akan mempermasalahkan tentang hal itu.
"Bapak, Ibu, ini saya sudah selesai membuat karangan bunga," kata Mawar sambil menyerahkan sebuah vas bunga yang sangat cantik.
"Wah terima kasih banyak, Nak. Tapi tunggu dulu ya, kami lagi menunggu anak kami datang," kata Ibu Sri sambil tersenyum ramah kepada Mawar.
"Oh ya sudah kalau begitu, saya permisi dulu ya," ungkap Mawar sambil tersenyum.
"Mau ke mana, Nak Mawar? Tunggu dulu di sini sampai anak kami datang." Ibu Sri mencoba untuk menahan Mawar.
"Tetapi, masih banyak pelanggan di sebelah sana yang harus saya layani, kasihan sekali Nagita sibuk sendirian. Ibu nanti jika anak Ibu sudah datang, maka saya akan datang kembali ke sini." Mawar mencoba menjelaskan tentang kesibukannya, kepada sepasang suami istri paruh baya itu.
"Oh ya sudah kalau begitu, Nak," ucap Ibu Sri dengan nada yang lemah, lalu Mawar pun mengangguk dan pergi meninggalkan mereka.
Tetapi beberapa saat kemudian Mawar terlihat sangat sibuk, dia mondar-mandir ke kiri ke kanan untuk mengambil beberapa bunga, sampai akhirnya seseorang datang dan mereka tanpa sengaja bertabrakan.
Mawar yang sedang memegang pas bunga, terkejut. Dan menjatuhkan vas bunga tersebut, sehingga akhirnya vas bunga tersebut jatuh tepat di kakinya.
"Adu du du, ya ampun," lirih Mawar kesakitan.