Pukul sebelas malam Ardi memarkirkan mobilnya di halaman kamar kost Nia. Dia baru saja sampai dari perjalanan luar kotanya, dan berhasil memenangkan tander proyek barunya itu. Lampu kamar masih terang-benderang saat dia sampai di depan pintu.
Tok .... Tok. ...
Cekreeeeekkk ....
"Mas Ardi. ..?!", Nia langsung menyalami suaminya itu.
Mengambil tasnya. Ardi melepas jasnya dan dasinya. Nia mengambilnya lalu menyimpannya di hanger. Ardi duduk meluruskan kakinya di atas kasur. Nia datang memberinya segelas air minum. Rasa sejuk dan segarnya aliran air yang masuk kekerongkongannya membuat dia seolah bernyawa lagi. Sudah tiga bulan dia tidak menemui Tania. Ardi menunggu amarah Rachell mereda dulu. Tania duduk bersisian dengan suaminya.
"Mas Ardi mau aku buatkan sesuatu?!"
"Tidak usah sayang, kemarilah"
Tania lebih mendekatkan duduk nya. Ardi memeluknya, melepaskan semua kerinduannya pada perempuan keduanya itu. Dia membelai-belai rambut indah Nia dengan tangan kanannya. Mencium pucuk kepalanya lebih lama.
"Maaf ya, sayang ... Aku baru bisa datang sekarang"
"Tidak apa-apa, Mas"
"Rachell tak membiarkanku menemuimu"
"Lalu sekarang apa Mas Ardi tidak apa-apa jika berada disini bersamaku?"
"Dia sedang ada shooting di luar kota beberapa hari"
"Mas, jika kebersamaan kita bisa membuatmu dalam masalah, aku tak masalah jika kamu tak datang. Temanilah mbak Rachell disana"
"Aku rindu padamu, sayang"
Tania menyandarkan kepalanya pada Ardi.
"Aku juga rindu sama Mas Ardi"
******
Ardi bermalas-malasan di atas kasurnya. Waktu menunjukkan pukul enam pagi. Tania sedang menyiapkan sarapan pagi mereka.
"Mau mandi dulu, Mas?"
"Hmmm...",Ardi bangun dari tidurnya lalu menuju kamar mandi.
Setelah selesai membersihkan diri dan berganti pakaian dia duduk dan sarapan bersama.
"Kamu ada kuliah hari ini, sayang"
"Ya, Mas. Ya sudah aku antar"
Tania yang sudah siap berangkat kekampusnya, Ardi mengunci pintu dan mereka pun masuk kedalam mobil. Hanya butuh waktu sebentar mereka sudah tiba dikampus. Tania mengambil tangan suaminya dan mencium punggung tangannya.
"Hati-hati dijalan ya, Mas"
"Semangat belajarnya ya,sayang"
Fortuner hitam itu lalu menuju ke pusat kota, menuju kantor Ardi.
******
Tania masih fokus dikelasnya, kurang sepuluh menit lagi jam kedua akan berakhir. Dan akhirnya menit terakhir itu pun tiba, semua mahasiswa bersorak kegirangan saat keluar dari kelas yang membosankan itu.
"Nia ...",sapa Dito yang tiba-tiba muncul di hadapan Tania.
"Hi, Dito ... Lama tidak melihatmu. Bagaimana kabarmu?",jawab Tania
"Kabarku baik, Nia. Lebih baik dari kabarmu"
"Maksudmu apa, Dito. Aku tak mengerti"
"Aku sudah tahu semuanya, Nia"
"Sudah tahu semuanya? Aku tak paham arah pembicaraan mu ini, Dito?"
Dito menarik tangan Nia, mereka masuk kembali kedalam ruang kelas yang kosong itu, duduk berhadapan di bangku kelas.
"Aku tahu semuanya. Aku tahu bagaimana laki-laki itu memperlakukan mu"
"Laki-laki?"
"Laki-laki yang menikahimu dan menjadikanmu istri cadangannya. Nia, aku tak terima dia memperlakukan mu seperti ini. Aku tak bisa menerima dia menjadikanmu sebagai alat pemuas nafsunya saja, sebagai alat untuk mencapai tujuannya saja. Aku akan buat perhitungan dengan laki-laki itu",ucap Dito sambil melayangkan tinjunya ke udara.
Tania melotot mendengar ucapan Dito. Dia tahu laki-laki, sahabatnya itu, telah salah paham pada suaminya. Dia mencoba menjelaskannya pada Dito.
"Dito ...!!! Aku tak suka kamu mengatakan hal yang buruk tentang Mas Ardi. Akulah yang mengenal benar siapa dan bagaimana Mas Ardi sebenarnya. Ini semua bukan mutlak kesalahan Mas Ardi. Ada andilku dan juga Mbak Rachell dalam masalah ini. Jadi jangan kamu berfikiran buruk tentangnya. Dan satu hal lagi, aku tak ingin mengenalmu lagi selamanya jika kamu berbuat sesuatu yang menyakitinya",tegas Nia.
Dito memandang tajam kedalam manik mata perempuan yang disayanginya itu. Dia mencari sesuatu dalam manik mata indah milik Tania.
"Kamu mencintai laki-laki itu, Tania?"
"Ya, Dito. Aku sangat mencintai Mas Ardi. Walaupun status ku hanya sebagai perempuan kedua dalam hidupnya, namun aku tak bisa membunuh rasa sayang dan cintaku padanya. Aku tahu ini hanya sebuah mimpi bagiku, namun asalkan dia masih datang dan ada bersamaku, aku sudah merasa sangat bahagia. Sangay bahagia, Dito", Tania menahan airmatanya agar tidak jatuh dihadapan sahabat kecilnya itu.
Walaupun sebenarnya jauh didalam lubuk hatinya yang terdalam, dia ingin sekali menangis dan berteriak melepaskan semua beban yang dia rasakan dari kehidupan pernikahan nya ini. Namun dia tak ingin membuat Ardi cemas dan khawatir akan dirinya, Nia cukup tahu diri tentang siapa dia. Perempuan yang disewa oleh Rachell dan dinikahkan dengan suaminya demi sebuah tujuan.
Perempuan itu menyadari tidak mungkin dia mengambil tempat teratas dalam hati Ardi. Rachell sangat jauh di atasnya. Perempuan cantik, sexy dan kaya raya yang lebih dulu mengisi hati dan hari-hari suaminya itu.
"Nia. ..", panggil Dito perlahan.
Nia menoleh pada sahabatnya itu.
"Maafkan aku. Aku terlalu tak bisa menerima kenyataan ini. Aku terlalu mencintaimu, Nia. Sehingga akal sehatku tak lagi bekerja dan dibutakan oleh amarahku. Aku senang mendengarnya, aku turut bahagia atas pernikahanmu yang penuh cinta. Aku harap kamu berada dijalan yang benar"
"Terima kasih atas pengertianmu, Dito. Terima kasih juga atas rasa sayang dan cintamu untuk ku. Dan aku minta maaf karena tak bisa membalas semua itu"
"Tidak apa-apa, Nia. Aku cukup tahu diri terhadap posisiku ini. Dan kedatangan ku kali ini untuk menemuimu terkahir kalinya. Malam ini aku akan berangkat ke San Diego, ada perusahaan disana yang menerimaku bekerja"
"San Diego?"
"Ya, cukup jauh dari sini. Tapi aku akan selalu berdoa untuk kebahagianmu dari sana. Sampaikan salam hormat ku untuk suamimu. Selamat tinggal, Nia"
Dito mengambil tangan Tania, memegangnya erat-erat dan mencium punggung tangan Nia lebih lama. Merasakan kembali kenangan kebersamaan mereka selama sembilan tahun ini. Dia pergi tanpa menoleh lagi pada Tania yang berada dibelakangnya. Dito tak ingin hatinya kembali bimbang jika dia kembali menoleh pada perempuan yang disayanginya itu.
"Selamat jalan, Dito", ucap Tania lirih.
******
"Mas ..."
"Hmm..."
"Tadi Dito menitipkan salam untuk mu"
"Dito?"
"Ya, dia akan pergi malam ini ke San Diego, dia diterima bekerja disana. Tadi dia kekampus berpamitan padaku"
Ardi diam, di berfikir sejenak. Lalu terlihat senyuman manis penuh kemenangan dari ujung bibir nya. Artinya saingannya telah hengkang dari bumi negeri ini, andai saja tidak malu ingin rasanya diloncat-loncat kegirangan.
"Kenapa senyum-senyum sendiri, Mas?"
"Karena aku senang"
"Senang?"
"Ya, Aku senang. Artinya salah satu pengacau yang mau merebutmu dariku lenyap dari sini. Tadi dia bilang bahwa dia akan melepaskan mu bukan?".
"Ya, Mas Ardi tahu dari mana?"
Hahahahahaha .... Ardi tertawa. Dia mendekat kearah Nia yang masih sibuk di depan laptopnya. Lalu merangkul nya dari belakang.
"Karena aku dan dia juga laki-laki. Dan jangan remehkan suamimu ini, sayang"
******