Chereads / Madu Dua Cinta / Chapter 23 - Perdebatan

Chapter 23 - Perdebatan

Ardi Ibrahim Axcell masih sibuk dikantornya hingga sore hari saat Bella mengirimkan sebuah pesan WhatsApp padanya.

"Ardi, jangan lupa nanti malam pukul tujuh ada pesta ulang tahun papi dirumah, kamu jangan sampai tidak datang"

Ulang tahun papi mertuanya, artinya dia akan berada dalam keramaian yang sepi lagi. Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, sebagian karyawan sudah pada pulang. Hanya beberapa saja di bagian pengolahan yang masih lembur, dan Ardi pun ikut memantau mereka.

Sementara itu dikediaman keluarga Fernando terlihat ramai, Aurabelle beserta anak dan suaminya hadir disana, Rachell yang baru datang pun ikut dalam suasana sukacita itu.

"Dimana suamimu Rachell?",tanya Alfian menyambut kedatangan si bungsu.

"Entahlah, Pi. Mungkin sedang bersenang-senang dengan istri mudanya",jawab Rachell sembarang.

"Istri muda?"

Rachell hanya tersenyum lalu masuk kedalam. Alfian mengerutkan dahinya.

"Wen ... ", panggil Alfian pada sekretaris pribadinya.

"Ya, Tuan"

"Apa yang terjadi antara Rachell dan Ardi?"

Wen diam sesaat dia mengatur nafasnya, karena dia tahu apa yang akan dikatakannya nanti akan membuat geger keluarga Fernando.

"Maaf tuan, saya belum sempat melaporkan. Saya sedang mencari informasi dan bukti yang menguatkan"

"Tentang apa?"

"Seperti yang Nona Rachell katakan tadi Tuan, tentang. .. pernikahan kedua tuan Ardi"

Alfian melotot mendengarnya. Wajahnya memerah menahan amarahnya. Nafasnya jadi tak teratur. .

"Kamu yakin dengan apa yang kamu katakan, Wen?"

"Yakin Tuan. Beberapa hari lalu Tuan Ardi baru saja pulang dari HongKong liburan bersama istri barunya"

"Hongkong? Liburan?"

"Ya , Tuan"

"Panggil Ardi kemari sekarang!!",titah Alfian.

Alfian kembali keruang makan dimana Aurabelle dan keluarganya serta Rachell sudah menunggunya. Pesta pun dimulai. Lalu dilanjutkan dengan makan malam keluarga. Hati Alfian yang masih panas tak tenang menikmati pesta ini, Wen datang menyampaikan sesuatu.

"Maaf Tuan, Tuan Ardi baru saja kembali dari kantornya dan dia sedang dalam perjalanan kesini. Mungkin sebentar lagi beliau sampai"

"Jika dia datang suruh dia menghadap keruang kerjaku, dan kamu Rachell ikut papi kesana", titah Alfian lagi.

Alfian berjalan menuju lantai dua, melewati lorong-lorong rumah besar itu, lalu berhenti di sudut kanan. Sebuah pintu besar ada dihadapannya. Dia membukanya lalu masuk kedalamnya. Ruangan itu terasa mencekam saat Alfian masuk kedalamnya dengan wajah menakutkan. Dia membenamkan diri lebih dalam disofa empuk itu.

Cekreeeeekkk ...

Alfian menoleh kearah pintu. Rachell dengan tenangnya masuk dan duduk dihadapannya.

"Ada apa papi memintaku kemari?",tanyanya.

"Katakan pada papi Rachell, apa yang terjadi antara kamu dan Ardi?"

"Sepenting itukah papi ingin mengetahui nya?",tanya Rachell balik.

"Jawab saja pertanyaan papi, Rachell"

"Aku dan Ardi memang sudah tidak cocok sejak awal. Dan sejak awal aku tidak menyetujui pernikahan ini, karena hal itu akan menghambat karirku sebagai seorang artis terkenal. Pernikahan kami hanya kepura-puraan saja demi menyenangkan hati papi. Re harap sekarang papi senang dengan apa yang menimpa kami"

"Jaga bicaramu Rachell!! Apa kamu sadar apa yang kamu ucapkan barusan, haahhh!!!", bentak Alfian.

"Sejak awal Re sadar, Pi. Re sadar kalau pernikahan ini adalah sebuah kesalahan. Dan itu adalah pilihan papi sendiri"

"Rachell ... Keterlaluan kamu!!", pekik Alfian.

Ardi yang baru datang menghentikan langkahnya didepan pintu besar itu, dari luar dia mendengar jelas pertengkaran ayah dan anak itu. Dia menarik nafas panjang, mempersiapkan diri dan hatinya untuk menghadapi apapun yang terjadi didalam.

Tok ... Tok ...

Cekreeeeekkk...

"Selamat malam, Pi. Maaf aku terlambat, ada sedikit pekerjaan yang belum selesai dikantor"

"Masuklah !!!", Alfian mengatur lagi deru nafasnya yang tak teratur akibat emosinya tadi.

Ardi melirik pada Rachell yang juga sama-sama sedang meninggi. Dia duduk, diam dan memperhatikan.

"Ardi. .. Papi kecewa dengan kamu!", ucap Alfian memulai pembicaraan.

"Maaf, Pi. Ini mengenai apa?", tanya Ardi.

"Jawab papi dengan sejujur-jujurnya, Ardi. Apa yang terjadi dengan kalian berdua? Apa benar kalau berita yang papi dengar dari orang-orang papi, bahwa kamu sudah menikah lagi dengan perempuan lain?. Kamu mempunyai seorang istri muda, bukan?!"

"Benar, Pi. Aku sudah menikah lagi",jawab Ardi tegas.

Alfian membelalakkan matanya, menatap tajam kearah Ardi yang tetap tenang ditempat duduknya.

"Kamu tahu apa yang kamu lakukan itu, Ardi. Dan apakah kamu sadar perbuatan mu itu, Ardi?!"

"Aku tahu, Pi. Dan aku sadar saat melakukannya"

"Dan apakah kamu tahu itu adalah kesalahan terbesarmu, Ardi Ibrahim Axcell??!"

"Ya, Pi. Tapi ini bukan kesalahan. Hanya saja aku tak bisa menolak takdir"

"Tidak dapat menolak takdir?! Apa alasan kamu melakukan itu, Ardi?", tanya Alfian yang mulai kesal.

"Maaf, Pi. Aku tak bisa mengatakannya. Yang jelas saat ini aku mempunyai dua tanggungjawab terhadap Rachell dan juga Tania"

Alfian makin terbawa dengan emosinya saat dia mendengar ucapan Ardi barusan. Ardi dengan tenang menjawab semua pertanyaan Alfian. Nyaris saja Alfian menyerang menantu bungsunya itu saat Ardi menolak mengatakan alasannya. Namun, Bella yang sedari tadi mendengarkan semua pembicaraan itu dari luar, tiba-tiba menyerobot masuk.

"Papi ... Bella mohon papi dengarkan dulu cerita Bella ini, agar papi paham apa yang terjadi sebenarnya", kakak ipar Ardi datang membelanya.

"Bella ...!!", ucap Ardi sambil menarik tangan Bella.

"Papi harus tahu ini Ardi. Dan walaupun Rachell adalah adik kandung ku, aku tak akan membelanya untuk semua kesalahannya", ucap Bella tegas.

"Apa yang kamu ketahui Bella? Jelaskan pada papi!!", Alfian menangkap sesuatu dari ucapan putri sulungnya.

Bella duduk dihadapan Alfian dan menceritakan semuanya. Tentang keegoisa. Rachell, tentang program bayi tabung dan mother inplant mereka yang gagal, tentang pernikahan kedua Ardi dan tentang semua ide gila adik perempuannya. Dan wajah Alfian makin memerah mendengar semua cerita putri sulungnya itu. Tangannya mengepal dan rahangnya mengeras menahan amarahnya.

"Dimana akal sehatmu, Rachell!!",bentak Alfian.

Rachell yang tak terima dipojokkan seperti itu marah dan pergi meninggalkan mereka. Ardi pun keluar mengejarnya.

"Rachell. ..", Ardi menahan tangan istrinya yang sedang marah itu.

"Lepaskan aku, Ardi. Puas kamu melihatku terpuruk seperti ini. Puas kamu bersenang-senang dengan perempuan kampung perusak itu. Ceraikan dia, Ardi. Aku muak dengan semua ini!!"

"Dengarkan aku Rachell, tak bisakah kamu sedikit berdamai dengan keadaan ini? Bukankah aku memberimu lebih daripada apa yang aku berikan pada Tania, Rachell"

"Kamu mencintai perempuan itu bukan, Ardi?!"

Ardi diam menatap tajam pada Rachell yang sedang dirasuki amarah. Dia menarik pinggang langsing Rachell lalu tangan kanannya memegang kepala perempuan itu. Bibirnya melahap habis bibir sexy Rachell, pipi dan leher indahnya, perempuan bertubuh sintal itu hanya pasrah pada perlakuan suaminya.

"Apakah itu belum cukup membuktikan rasa sayang dan cintaku padamu, Rachell", ucap Ardi sambil memeluk perempuan pertamanya itu dalam pelukannya.

Jauh didalam lubuh hati nya, kali ini Rachell merasakan kedamaian dan ketenangan saat berada dalam pelukan Ardi. Namun lagi-lagi keangkuhannya menolak segalanya. Dia berlari kekamar dan menghempaskan tubuh indahnya di atas tempat tidur. Dia mencoba untuk menenangkan hatinya yang sedang acak-acakan itu, sampai akhirnya Rachell pun tertidur.

******