Chereads / Madu Dua Cinta / Chapter 17 - Damai Bersamamu

Chapter 17 - Damai Bersamamu

Pukul sembilan malam mereka baru sampai di kamar kost Nia. Tania membereskan semua belanjaan tadi saat Ardi menemui ibu kost Tania untuk melaporkan kedatangannya dan melunasi semua biaya sewa nya sampai akhir tahun, jadi dia bisa dengan leluasa menginap dikamar kost Tania. Dia tak ingin istrinya mendapatkan masalah dengan penghuni sekitarnya, dia juga membawa bukti buku nikahnya agar ibu kost itu percaya padanya.

Cekreeeeekkk ...

Nia baru selesai berganti pakaian saat dia kembali.

"Mas Ardi mau langsung mandi?",tanya Tania.

"Ya ...", jawabnya sambil melepaskan pakaiannya dihadapan Nia.

Perempuan itu langsung memalingkan wajahnya, lalu cepat-cepat mengambilkan handuk untuk suaminya.

"Kenapa sayang?",tanya Ardi.

Sifat jahilnya mulai muncul. Dia mendekat dan memeluk istrinya dalam keadaan bertelanjang dada. Wajah Nia memerah. Ardi memegang dagu perempuan halalnya itu dengan sebelah tangannya, dan tangan lainnya melingkar di pinggang indah Tania.

"Kenapa malu? Apa suamimu ini terlihat begitu sexy?",godanya.

Tania mencubit pinggang Ardi. Laki-laki itu tertawa senang melihat ekspresi malu-malu dan manja istrinya. Dia makin menguatkan pelukkannya sehingga tubuh mereka makin mendekat. Lagi, Ardi jadi lebih agresif jika berhadapan dengan Nia. Dia mendekatkan wajahnya pada Tania. Dekat dan semakin dekat. Dan lagi-lagi dia beraksi, bibir manis Nia di lahapnya tanpa ragu, sensai manis yang dirasakan membuat hormonnya makin naik. Tangannya mulai bergerilya melepaskan satu persatu kancing baju Nia. Dan bibir nya mulai melakukan gerakan yang sama di leher Nia yang mulai medesah dan mengerang pelan. Tanpa banyak basa-basi, Ardi menggendong tubuh istrinya lalu merebahkannya diatas tempat tidur. Lalu malam indah itu mereka habiskan dalam lautan kasih sayang. Dia tersenyum saat melihat bercak darah yang melekat seprei. Dan Ardi mendapatkan yang dia tidak dapatkan dari Rachell.

******

Tania membuka matanya, sedetik pertama dia terdiam. Lalu menoleh kesamping. Ada sosok laki-laki halalnya tidur disebelahnya. Sejenak dia menatap pada laki-laki itu dan tersenyum. Dia melepaskan dekapan Ardi pelan-pelan, dia tak ingin membangunkan suaminya itu. Perlahan dia berdiri dari tempat tidurnya, namun rasa nyeri itu menahan gerakannya. Dia memegang perut bawahnya. Menarik nafas dalam-dalam agar rasa nyeri itu sedikit hilang.

"Mau kemana sayang?",tanya Ardi

"Menyiapkan sarapan mu, Mas"

Ardi menarik tangan Nia sehingga perempuan itu kembali jatuh dalam dekapannya.

"Tidak usah sayang, nanti kita makan diluar saja"

"Makan diluar? Mas Ardi tidak kekantor lagi hari ini?"

"Aku sudah menyuruh sekretaris ku mereschedule jadwalku minggu ini"

"Apa tidak masalah nantinya, Mas"

"Tidak apa-apa, sayang. Kamu tenang saja",Ardi menatap wajah bidadari halalnya itu, ada seukir senyuman di bibirnya.

"Kenapa, Mas?"

"Benar dugaanku, kamu akan lebih cantik jika merubah tatanan rambutmu ini. Aku suka melihatmu seperti ini, sayang"

"Aku buatkan teh panas dulu ya, Mas. Biar perutmu hangat"

"Hmmm..."

Tania merebus panci berisi air lalu membersihkan diri dan mengganti pakaiannya. Setelah itu Ardi gantian masuk kekamar mandi. Saat dia keluar segelas teh panas dan sebuah roti tersaji. Bagi Tania yang terbiasa makan nasi, ini bukanlah sarapan tapi sekedar mengganjal perutnya.

******

Kali ini Ardi membawa istrinya berkeliling, menikmati hari-hari kebersamaan mereka. Agak jauh mereka berjalan, menuju luar kota. Menikmati alam pegunungan yang indah serta perkebunan teh yang menghijau.

"Kamu senang sayang",tanya Ardi.

"Senang sekali, Mas. Pemandangan nya sangat indah. Aku suka"

"Syukurlah kamu menyukainya"

Saat matahari mulai mecondong kebarat mereka menikmati santap sore menjelang malam disebuah floating market. Keseruan beberapa hari ini membuat tali hati mereka semakin erat. Pukul sepuluh malam mereka tiba di kamar kost Nia.

Tania duduk bersisisan dengan suaminya. Untuk beberapa saat mereka tak saling bicara. Hanya menikmati hangatnya pelukan pasangan mereka.

"Sayang. ..",ucap Ardi membuka obrolan.

"Ya, Mas. ..",jawab Nia lembut.

Ardi memegang kedua pundak Nia, lalu menatap matanya dalam-dalam. Manik matanya menyampaikan isi hatinya yang tulus.

"Maaf ya, mungkin nanti aku tak akan selalu bersamamu. Maksudku, ada Rachell disana yang menunggu ku. Aku harap kamu bisa mengerti dan sabar menjalani semua ini", Ardi mencium punggung tangan Nia lebih lama, memohonkan maaf pada bidadari cantiknya itu.

Ada segores luka diujung hati Tania mendengar ucapan suaminya. Dia sadar posisinya siapa, hanya perempuan kedua dihati Ardi. Nia berusaha mengendalikan hatinya, mengatur deru nafasnya agar airmatanya tak mengalir dihadapan laki-laki halalnya. Kali ini kedua mata mereka bertemu, saling bicara dan saling menguatkan.

"Mas ... "

"Hmmm..."

"Mas Ardi tidak usah khawatir. Aku paham betul dengan keadaan kita sekarang. Aku sadar posisiku ini siapa. Jangan dipaksakan mas, kasihan mbak Rachell. Aku paham benar bagaimana perasaan nya, aku juga seorang perempuan, aku tahu apa yang dia rasakan. Aku mohon pada Mas, jangan sakiti dia ya mas. Bagaimanapun dia lah yang pertama mengisi hati mas Ardi dengan cintanya. Aku akan bersabar disini. Bersabar menunggu mu datang, Mas"

"Terima kasih, sayang. Mulia sekali hatimu. Yakinlah, kamu juga ada disini. Dihatiku"

"Ya, Mas. Aku percaya pada Mas Ardi. Aku berjanji, aku akan menjaga hati ini, jiwa dan ragaku untuk mu"

Malam itu mereka saling bicara, saling mencurahkan isi hati dan saling menguatkan. Tania menyandarkan kepalanya pada dekapan Ardi malam itu, tidur malam mereka yang indah ditemani dengan nyanyian bintang-bintang dilangit malam.

******

Tania sudah selesai memasak saat Ardi bangun pagi itu. Dia menyiapkan handuk yang diambilnya dari dalam lemari untuk mandi Ardi. Lalu dengan cekatan dia menggosok pakaian kerja suaminya dengan rapi dan menggantungnya di dinding. Ardi menyeka rambutnya sampai kering lalu memoleskan pomade pada rambutnya. Memakai kemejanya yang sudah tergantung rapi. Melihat itu Tania langsung membantu suaminya mengancingkan kemejanya, tangan Ardi merangkul di pinggang Tania saat perempuan halalnya itu membantunya memakai dasi.

"Sarapan dulu, Mas", ucapnya.

"Hmmmm.... "

Sarapan pagi mereka sudah tersaji. Ardi melahap makanan itu dengan nikmat, baginya masakan yang dimasak oleh istri adalah makanan yang terenak dan tak tertandingi oleh chef manapun didunia ini. Perutnya kenyang, pakaiannya rapi dan hatinya nyaman. Dia melangkah dengan pasti hari ini menuju kantornya.

"Aku pergi dulu ya sayang?"

"Hati-hati dijalan ya, Mas. Jangan lupa makan dan jaga kesehatan Mas disana", Nia mengambil tangan suaminya lalu mencium punggung tangannya.

"Ingat ya sayang, kabari aku tiap hari agar aku tahu keadaanmu disini"

"Ya, Mas"

Ardi mencium pucuk kepala perempuan halalnya itu lalu masuk kedalam mobil. Menghidupkan mesinnya dan memutar kemudi mobilnya membelah jalanan kota pagi itu menuju kantornya di pusat kota.

******