Chereads / Madu Dua Cinta / Chapter 18 - Pertengkaran

Chapter 18 - Pertengkaran

Hampir tengah hari Ardi masih disibukkan didalam ruang meeting. Tepat pukul dua belas rapat selesai. Semua staff kembali keruang nya masing-masing untuk break siang. Ardi masih di ruang rapat, duduk membenamkan diri lebih dalam lagi di kursi besarnya itu.

Drr.... Drrr...

Dia mengambil ponsel dari saku nya. Sebuah pesan WhatsApp dari Tania.

"Jangan lupa makan siang ya, Mas"

"Ya, sayang ... Kamu sudah makan siang?"

"Belum, Mas. Aku baru keluar kelas"

"Nanti ada kelas lagi sayang?"

"Ada Mas. Nanti jam dua"

"Yang rajin belajarnya ya, sayang. I love you"

"I love you too, Mas Ardi"

Ardi tersenyum membaca pesan WhatsApp itu. Dia memandang layar ponselnya sambil membayangkan kalau Tania benar-benar ada dihadapannya.

"Tampaknya kamu bahagia sekali, Ardi",tegur Bella yang tiba-tiba ada di depan pintu.

"Bella..."

"Maaf, tadi aku mengetuk pintunya tapi sepertinya kamu tak mendengarkan"

"Ah, maaf ... Masuklah"

"Ada apa kamu mencariku, Bella?"

"Tidak ada apa-apa, kebetulan aku sedang ada urusan di sekitar sini jadi aku mampir. Oiya, bagaimana tawaran Papi tempo hari?"

"Ah... Aku lupa. Aku belum sempat menemuinya. Maaf, aku menolaknya. Aku ingin membesarkan perusahaan ini sendiri. Aku ingin berada dalam bayanganku sendiri, berdiri diatas kakiku sendiri"

"Sudah ku duga kamu akan mengatakan hal itu. Aku paham benar watakmu, Ardi. Baiklah nanti akan aku sampaikan pada Papi"

Hanya senyuman kecil yang terlukis di wajah tampan Ardi menanggapi ucapan Bella. Mata tajam Bella sebagai seorang psikolog ternama mendapati adanya aura berbeda dari sahabatnya sekaligus adik iparnya itu.

"Apa kamu merasa nyaman dengan istri barumu itu, Ardi. Aku lihat cahaya wajahmu berbeda. Kamu sepertinya menemukan apa yang kamu cari selama ini pada diri perempuan itu, bukan?!"

"Iya, kamu benar Bella. Aku memang tak bisa membohongi mata sakti seorang psikolog handal rupanya"

"Kamu ini berlebihan Ardi. Ya, sudah.. aku permisi dulu"

Setelah Bella pergi, Ardi mengambil kunci mobilnya lalu memacu kendaraannya menuju kampus. Entah kenapa hatinya ingin kembali melihat senyuman surganya itu.

Tuuuut .... Tuuut ....

Klik

"Kamu dimana sayang?", tanya Ardi.

"Dikampus, Mas. Ada apa?"

"Sedang dalam kelas?"

"Kelas belum mulai, satu jam lagi"

"Kalau begitu keluarlah sebentar. Aku tunggu diparkiran"

"Eehh..."

Klik.

Ardi menutup teleponnya. Tania hanya bengong mendengarnya. Dua detik kemudian dia berjalan menuju parkiran. Dia mendapatkan mobil kesayangan suaminya di parkiran kampus.

"Mas Ardi, ada apa mencariku?"

"Apa aku tak boleh menemuimu, sayang?"

"Tentu saja boleh, Mas. Hanya saja bukannya Mas Ardi ada meeting proyek lagi sore ini?

"Ya, nanti pukul tiga sore. Kalau begitu sekarang temani aku makan siang"

Mereka mencari kafe terdekat. Ardi makan dengan lahap sedangkan Tania yang sudah makan siang hanya duduk dan menemaninya. Dia hanya memandang sambil tersenyum geli melihat suaminya makan dangan lahab.

"Mas Ardi seperti orang kelaparan", ucapnya.

"Hmmm.... Lapar sekali"

******

Hari ini Ardi dipenuhi semangat dan keceriaan yang terpancar dari wajahnya. Para karyawan juga merasa heran dengan perubahan yang ditunjukkan oleh bos mereka. Bahkan lembur persiapan proyek baru mereka tidak dirasa melelahkan oleh Ardi. Malam itu dia pulang mengendarai mobilnya sambil bersenandung kecil. Dia memarkirkan kendaraannya di basement apartemen nya. Dia melihat ada mobil Rachell terparkir disana.

Dia segera menuju lantai kamar apartemen nya.

Ting.... Tong....

Cekreeeeekkk. ..

"Darimana kamu Ardi, tiga hari ini kamu tidak pulang dan juga tidak masuk kantor?"

Ardi langsung saja masuk kamar mendengar todongan pertanyaan Rachell. Dia melepas jas nya lalu menggantung nya di hanger. Melepaskan dasi lalu menggantung nya juga di hanger. Tanpa banyak basa-basi dia membersihkan diri dan berganti pakaian.

"Jawab pertanyaan ku tadi, Ardi", todong

Rachell saat melihat Ardi keluar dari kamar mandi.

"Aku ada urusan sedikit diluar?"

"Urusan diluar? Yang pasti bukan urusan kantormu, karena sekretaris mu mengatakan kalau kamu mereschedule jadwalmu dan tidak masuk kantor tanpa keterangan"

"Kamu tahu banyak rupa nya, Rachell"

"Jangan bilang kalau kamu pergi menemui perempuan kampung itu, Ardi?"

"Tania. Dia bukan perempuan kampung seperti yang kamu katakan itu, Rachell. Dia perempuan baik-baik"

"Jadi selama tiga hari ini kamu bersama perempuan itu, Ardi?"

"Ya...", Jawab Ardi singkat.

"Kamu tidak tidur dengan nya bukan?"

Ardi diam. Dia hanya duduk diam di tepi tempat tidurnya. Dia tak menjawab pertanyaan Rachell tadi.

"Kenapa kamu diam Ardi. Jawab pertanyaan ku dengan jujur. Kamu tidak tidur dengan perempuan itu, bukan?"

Huuuhhh.... Lengusan nafas Ardi terdengar.

"Ya, tentu saja aku melakukan itu"

"Apaa...!!! Kamu jahat Ardi"

Rachell makin mengamuk dia melemparkan semua barang yang ada didekatnya. Ardi mendekap Rachell, mencoba menenangkan nya.

"Tenangkan dirimu, Rachell"

"Bagaimana aku bisa tenang sedangkan kamu bersenang-senang dengan perempuan lain dibelakang ku!"

"Dengar ... !!! Bukankah ini kemauanmu agar aku menikahi Tania"

"Benar. Tapi bukan untuk tidur dengannya. Dia hanya sebagai Mother Implant kita. Kamu menggagalkan semua rencanaku, Ardi"

"Aku?!! Kamu bilang aku yang menggagalkannya. Coba kamu fikir baik-baik Rachell. Dokter menyuruhmu istirahat dari kegiatanmu itu, namun kamu bersikeras tak ingin meninggalkan dunia keartisanmu itu. Dan apa hasilnya? Dua kali program IVF kita gagal bukan. Lalu itu salahku?!", ucap Ardi.

"Lalu jika aku memperhatikan Tania selayaknya seorang istri itu pun salah dimatamu, Rachell"

"Aku tidak suka kamu mendekatinya lagi",tegas Rachell.

"Kamu tidak berhak melarangku, Rachell. Aku berhak membagi kasih sayang ku pada kalian berdua. Padamu dan juga Tania. Tak mungkin aku mengabaikannya begitu saja. Itulah kenapa semula aku menolaknya, Rachell. Aku memikirkan segala yang akan terjadi. Segala beban dan tanggung jawab yang harus aku pikul terhadap kalian berdua",papar Ardi.

"Terserah apa katamu, kalau aku bilang tidak suka ya tidak suka"

******

Selama seminggu ini Ardi dan Rachell seperti anjing dan kucing, tiap bertemu selalu bertengkar. Ardi selalu mencoba berfikir rasional dan mengontrol emosinya. Rachell masih menyibukkan diri dengan jadwal keartisannya yang padat. Dan sebulan ini Ardi tidak datang menemui Tania. Komunikasi mereka dilakukan hanya lewat pesan WhatsApp dan video call. Rasa rindu begitu menumpuk dihatinya. Rindu pada kelembutan sikap Tania.

"Rachell ... Aku ingin bicara padamu", ucap Ardi pada suatu malam sebelum mereka tidur.

"Katakan",jawab Rachell singkat.

"Aku akan berusaha bersikap adil pada kalian berdua. Aku kan memberimu empat hari dalam seminggu dan sisanya aku akan bersama Tania disana. Aku tak mungkin mentelantarkan dia, Rachell. Nia juga istriku"

"Aku tidak terima, Ardi. Aku benci kamu"

"Kalau kamu bersikeras memonopoli aku, itu sama saja kamu berbuat tak adil pada Nia. Pikirkan juga perasaan nya itu Rachell"

Rachell diam. Dia tak menjawab ucapan Ardi. Dalam hatinya masih tidak terima dengan keberadaan Tania diantara mereka. Perempuan kedua dalam hidup suaminya itu. Entah apa yang sekarang dia rasakan, dulu dia sama sekali tak mencintai Ardi. Kenapa sekarang dia begitu marah saat Ardi bersama perempuan kedua yang dia pilihkan sendiri. Rachell tak menemukan jawaban nya. Dia hanya menghela nafas panjang lalu tidur.

******