"Siapa namamu?", tanya Ardi
"Tania Rosella. Panggil saja Nia, Mas"
"Hmmm...."
"Kuliah?"
"Sementara ini cuti dulu, mas"
Rachell mengundang Nia untuk bicara dengan Ardi disebuah warung tenda pinggir jalan. Hanya Ardi dan Tania berdua. Ardi memandang gadis yang baru berusia 20 tahunan itu, empat belas tahun lebih muda darinya. Penampilannya sederhana, tanpa make up berlebihan, hanya sedikit polesan bedak tabur dan lip gloss. Tatapan matanya teduh dan lembut, cara bicaranya pun sopan. Ardi sengaja bersikap tidak ramah. Dia benar-benar menertawai dirinya yang menyetujui ide konyol Rachell.
Jika dibandingkan Rachell dan Tania bagaikan bumi dan langit. Rachell yang berlimpah harta, paras yang cantik dan terawat, serta penampilannya yang sexy dan glamour. Sedangkan Tania, wanita berkerudung sederhana. Pakaiannya, penampilannya semuanya serba minimalis.
Huuuuhhh.... Ardi menghembuskan nafas panjangnya. Melepaskan sedikit rasa sesak didadanya itu. Dia menatap pada perempuan muda yang duduk dihadapannya.
"Rachell sudah mengatakan nya padamu semua nya bukan?"
"Ya, mas", jawab Nia lembut.
"Kamu paham bukan konsekuensinya nanti?"
"Ya, aku paham"
"Aku tak tahu apa motif mu bersedia meladeni kekonyolan Rachell. Aku harap kamu bisa bersikap bijaksana nantinya. Karena dalam hal ini mungkin kamu lah yang posisinya akan sulit"
Nia tersenyum, dia paham arah pembicaraan calon suaminya itu. Ya, dia akan menjadi orang ketiga diantara Ardi dan Rachell. Namun apa pun akan dia lakukan demi kesembuhan neneknya.
Setelah surat menyurat selesai, dan Rachell menandatangani surat izin Ardi untuk menikah lagi, seminggu kemudian mereka melangsungkan pernikahan. Tidak ada pesta, hanya sebuah ijab kabul sederhana yang dilaksanakan di musholla desa dan disaksikan oleh perangkat desa setempat. Rachell tidak hadir dalam pernikahan itu. Dia tak mau menyaksikan peristiwa itu.
"Saya terima nikah dan kawinnya Tania Rosella binti Abraham alm. dengan mas kawin emas seberat dua puluh gram dibayar tunai", ucap Ardi lantang sambil menjabat tangan penghulu.
Serentak para saksi dan tamu yang hadir berteriak "saaahhh....", saat penghulu bertanya. Tania mengambil tangan Ardi dan mencium punggung tangannya, ada getaran hebat yang menjalar disekujur tubuh Ardi saat istri mudanya mencium punggung tanggannya.
Tatapannya menatap pada perempuan muda itu, ada kehangatan yang dia rasakan dari perlakuan istri barunya itu. Setelah akad berlangsung mereka kembali kerumah Tania di ujung desa.
Ardi menatap sekeliling rumah itu, rumah sederhana, berdinding kayu dan berlantai tanah. Tak ada berang berharga disana, ruang tamunya hanya sepetak kecil dengan sebuah kursi bambu. Kamar pengantin yang tak dihias apapun, terlihat begitu sederhana. Ardi melepas jasnya lalu menjatuhkan dirinya di atas kasur. Kamar kecil namun terlihat bersih dan rapi.
Nia masuk kekamar, dia duduk disamping suaminya. Mereka bicara dalam diam. Cukup lama mereka seperti itu sampai terdengar suara nenek memanggil Tania. Perempuan itu bergegas menemui neneknya dikamar.
"Ada apa nek?",tanya Nia.
"Kamu dari mana saja, Nak"
"Nia tadi dari kampus Nek, menanyakan masalah cuti kuliah", jawab Nia berbohong.
"Kamu mau melanjutkan kuliahmu, Nia?"
"Belum Nia pikirkan sekarang. Mungkin nanti nek"
Tangan nenek meraba-raba mencari tangan Nia. Ya, neneknya tidak bisa melihat. Dia menjadi buta sejak terjatuh di kebun tahun lalu. Sejak saat itu dia berhenti bekerja dan mulai sakit-sakitan. Dan Nia pun terpaksa harus mengajukan cuti kuliah untuk sementara.
Nia memegang tangan nenek lalu mencium punggung tanggannya. Mencoba menenangkan perasaan nenek yang sedang tak tenang memikirkan nasibnya.
"Nenek tenang saja, Nia baik-baik saja. Jika nanti ada rezeki Nia pasti akan meneruskan kuliah Nia seperti yang nenek harapkan. Tapi sekarang Nia mohon nenek beristirahat agar cepat sembuh",Nia membantu neneknya berbaring.
Dari balik pintu Ardi menyaksikan semua itu. Sepintas dia melihat Nia menyeka matanya. Ada rasa sakit diujung hatinya melihat perempuan yang baru dinikahinya itu menangis. Langkah Nia terhenti saat dia melihat Ardi berdiri didepan pintu. Nia melirik pada nenek yang tertidur, lalu menoleh padanya. Ardi paham maksud istri mudanya itu. Dia tak bicara sedikitpun sampai mereka menjauh dari kamar nenek.
"Dia nenekmu?", tanya Ardi.
"Iya, Mas. Setelah bapak dan ibu meninggal aku diasuh dan dibesarkan oleh nenekku. Namun setahun yang lalu kecelakaan dikebun membuat nenek tak bisa berjalan dan melihat lagi"
"Dimana saudaramu yang lain?"
Nia menggelengkan kepalanya.
"Aku tak punya saudara lain. Sejak muda kakek merantau lalu menikah dengan nenek dan tak pernah kembali kekampung halamannya. Jadi aku tak punya keluarga lain disini selain nenek"
Laki-laki bertubuh gagah dan tampan itu mendekati istrinya, lalu memegang kepalanya, mengusap nya lembut dan mencium pucuk kepala Nia. Memberikan aliran kasih sayang dan kelembutan pada perempuan yang sudah dihalalkannya itu. Entah kenapa dia tak bisa membenci perempuan halalnya itu.
Tok ... Tok ...
Ketukan pintu memecah kesyahduan sepasang pengantin baru itu. Ardi berjalan dan membuka pintu depan rumah.
Cekreeeeekkk ...
Beberapa orang berpakaian hitam muncul dibalik pintu. Mereka memberi hormat pada Ardi.
"Ada apa?",tanya Ardi.
"Maaf tuan, kami diperintahkan Nyonya Rachell untuk menjemput anda pulang"
"Pulang?", tanya Ardi.
"Benar Tuan, Tuan besar menunggu anda dirumah"
"Papi? Ada apa perlu apa papi denganku?
Tidak biasanya"
"Mohon anda segera ikut kami tuan"
"Baiklah, tunggu sebentar", ucap Ardi yang beralih pada Nia.
Dia mendekati Nia yang masih belum mengganti kebaya pengantinnya.
"Mas Ardi sudah mau pergi?", tanyanya.
"Hmmm..."
Nia masuk kekamar dan membawakan jas Ardi yang diletakkannya di atas kasur. Dia menyerahkan jas itu pada Ardi. Lalu mengambil tangan suaminya dan mencium punggung tangannya. Ardi membalas dengan mencium pucuk kepala Nia.
"Hati-hati dijalan ya, Mas"
"Hmmm..."
Ada perasaan sedih di hati Ardi meninggalkan pengantinnya sendirian sesaat setelah ijab kabul pernikahannya diucapkan. Namun papi mertuanya sudah menunggunya dirumah. Dia segera memasuki mobil dan kembali ke apartemennya.
******
Mobil yang membawa Ardi memasuki basement apartemen, dia turun dari mobil dan menuju ke apartemennya.
Ting ... Tong. ..
Dia membunyikan bel.
Cekreeeeekkk. ..
Rachell membukakan pintu. Ardi masuk kedalam dan melihat suasana rumah yang sepi. Papi mertuanya tidak ada disana. Dia kembali menebarkan pandangannya keseluruh ruangan, tapi tak juga ada tanda-tanda kehadiran Alfian Fernando.
" Dimana Papi?"
"Dia baru saja pulang",ucap Rachell berbohong
"Kenapa papi tak menunggu ku?"
"Mungkin dia ada perkerjaan lain. Papi hanya mampir dan menanyakan mu. Aku tak mau papi tahu kamu ada disana, makanya aku meminta mereka menjemput mu"
Ardi mencium bau kebohongan dari perkataan istri pertamanya itu, namun dia berusaha bersikap tenang dan tak mempersoalkan hal itu. Dia masuk kekamar dan membersihkan diri. Rendaman busa aromaterapi dalam bathtub membuatnya sedikit relax. Dia tak bisa melupakan kejadian tadi. Sekarang tanggung jawab dipundaknya makin bertambah. Ada dua hati yang harus dia jaga. Rachell dan Tania.
******