Tahapan panjang proses IVF atau bayi tabung yang mereka harus ikuti, kurang lebih enam tahapan. Dengan prosedur yang panjang ini, dulu pasutri membutuhkan waktu 3 bulan untuk menjalani program bayi tabung. Tapi seiring perkembangan teknologi, dapat dilakukan lebih cepat hanya 2 minggu.
Namun kali ini dokter menyarankan untuk melakukannya dengan tahapan normal, mengingat pemakaian suntik KB yang dilakukan Rachell setiap bulannya. Perlu waktu untuk menormalkan lagi hormon dalam tubuhnya. Dokter menyarankan untuknya bedrest selama minimal tiga bulan lebih bagus lagi enam bulan. Karena pada masa itu dapat dilihat tinggat keberhasilan tubuh dalam menerima stimulus kesuburan yang diberikan.
"Enam bulan dokter?",ulang Rachell.
"Ya, paling sedikitnya tiga bulan. Selama itu konsumsi vitamin dan menjaga pola hidup serta pola makanan sehat. Dan hindari stress. Setelah itu barulah kita akan melakukan tahapan berikutnya"
Ardi yang sedari tadi duduk disamping istrinya itu, hanya diam dan mendengarkan. Dia sama sekali tak tertarik dengan hal ini.
"Apa kamu sanggup meninggalkan pekerjaanmu selama itu, Rachell",tanya Ardi didalam mobil setelah konsultasi mereka dengan dokter.
"Lama sekali. Sedangkan jadwalku kedepan sangatlah padat"
Heehh... Ardi hanya tersenyum kecil. Dugaanya tepat. Rachell tak akan punya waktu selama itu untuk berada dirumah. Toh selama ini Rachell sangat jarang bersamanya. Pekerjaan Ardi yang cukup menyita waktu pun membuat mereka jarang bersama. Pernikahan yang memasuki masa dua tahun ini belum juga mengikat hati mereka berdua. Masing-masing hanya mendahulukan ego dan kepentingan masing-masing.
Mereka seperti menjalankan kehidupannya masing-masing, dalam dunianya sendiri. Kehambaran hubungan itu membuat Rachell makin menyibukkan dirinya dengan segudang kegiatannya didunia keartisan. Pada dasarnya perhatian Ardi yang dia terima lebih dari cukup, namun bagi Rachell itu hanya sebuah lelucon yang tak penting. Memang tak pernah ada cinta di hatinya saat dia memutuskan untuk menikah dengan Ardi, cinta sebelah pihak yang terjadi diantara mereka membuat kesenjangan yang lebar.
Pada bulan kedua sejak dokter memintanya untuk mengurangi aktivitasnya, Rachell malah melakukan tour promo untuk film terbaru nya. Sebagai laki-laki sebenarnya jauh didalam lubuk hatinya, Ardi tak rela jika istrinya disentuh, dipeluk bahkan berciuman dengan laki-laki lain. Walaupun dengan alasan profesionalisme kerja. Dia lebih memilih diam dari pada harus berdebat dengan Rachell.
"Kamu sepertinya memiliki masalah berat, Ardi",tanya Aurabelle saat bertemu dirumah Alfian.
"Tidak. Tidak ada apa-apa",elak Ardi.
"Aku ini seorang psikolog, tanpa kamu katakan pun aku bisa membacanya dari airmuka mu itu. Kamu sepertinya sangat tertekan, Ardi. Jika ini ada kaitannya dengan adikku, aku minta maaf kalau dia selalu menyusahkanmu"
Huuuuhhhh ....
Helaan nafas berat Ardi terdengar sebagai pelampiasan beban yang selama ini ditanggungnya. Ardi tak dapat berbohong dengan kakak iparnya itu yang notabene seorang psikolog ternama. Dia hanya menatao Bella dengan pandangan semu.
"Entahlah, aku tak bisa mengurutkan lagi kekusutan ini. Aku sendiri tak bisa berbuat banyak, semua cara sudah aku kerahkan untuk meluruskannya, namun aku rasa usahaku akan gagal",cerita Ardi.
"Jika ini berhubungan dengan suatu hubungan, kamu tak bisa melakukannya sendiri. Harus ada kerjasama dan dukungan dari pasanganmu. Tidak ada hal yang tidak bisa diluruskan Ardi. Yang ada hanya ketidakinginan manusia untuk melakukan hal itu. Kemauan dan kemampuan akan berjalan beriringan"
"Iya, seandainya kerjasama itu ada sejak awal, tak akan bigini jadinya"
"Kalau mengenai Rachell aku sebagai kakaknya sendiri mengakui bahwa arogansinya memang dominan, namun aku harap dia tidak bertindak aneh-aneh. Aku harap dia tidak melakukan sesuatu yang diluar nalar"
Ardi hanya tertawa kecil mendengarnya. Matanya membenarkan apa yang dikatakan kakak iparnya itu. Dan sebagai psikolog handal, Bella menangkap sinyal dari mata Ardi.
"Jangan kamu katakan kalau apa yang aku katakan tadi benar, Ardi",selidik Bella.
Laki-laki itu memalingkan wajahnya. Menyandarkan tubuhnya pada tembok rumah besar itu.
"Astaga, dia melakukan sesuatu hal konyol lagi? Dugaanku benar bukan? Kamu tak berani menatapku, artinya semua itu benar"
Bella benar-benar yakin dengan dugaannya. Ekspresi Ardi menjawab semua dugaannya itu. Namun dia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
******
Minggu pagi yang cerah, hangatnya matahari pagi membangunkan Ardi dari tidur lelapnya. Dia masih enggan untuk bangun, dia menoleh kesebelahnya. Tidak ada Rachell yang seharusnya tidur disebelahnya. Dia mengambil ponsel dari meja disebelahnya. Membuka file ponselnya.
Klik ...
Sebuah poto yang sempat diambil saat pernikahannya dengan Tania. Hanya sebuah poto itu yang disimpannya. Dia memandang paras cantik Tania yang dibalut dengan make up sederhana itu. Seperti kata orang-orang, aura kecantikan perempuan akan keluar saat dia menikah.
"Tania....", gumam nya.
"Tania Rosella Axcell. Kamu pun berhak memakai namaku dibelakang namamu sekarang"
Entah sejak kapan ada kerinduan yang begitu menyiksa dihati Ardi, kerinduan nya pada sosok perempuan muda yang sudah dihalalkannya beberapa bulan lalu. Ada sesuatu pada diri Tania yang dia rindukan. Sesuatu yang tidak dia dapatkan dari Rachell.
Huuuuhhh ... lagi-lagi dia menghembuskan nafas panjangnya untuk melepaskan rasa sesak dihatinya itu.
drrr. .. drrr ....
Sebuah panggilan masuk dari Rachell. Ardi hanya memandang pada layar ponselnya. Dia tahu jika Rachell menghubunginya adalah pada saat perempuan itu membutuhkannya saja. Atau lebih tepatnya membutuhkan uangnya.
drrr.... drrr...
Lagi, ponselnya berdering. Ini kali kedua panggilan Rachel masuk. Dia menarik selimutnya. Membenamkan lagi pikirannya dalam dunia fantasi imaginernya. Baru lewat tengah hari dia kembali membuka matanya lagi. Dia mengambil dua lembar handuk dari lemari. Lalu menikmati rendaman aromaterapi yang ada di bathtub nya. Dua lubang hidungnya menghirup dalam-dalam wangi relaxasi yang menyebar dalam bak mandinya. Setengah jam kemudian dia keluar setelah membersihkan diri.
Dengan masih memakai handuk di pinggangnya serta haduk kecil yang digunakan untuk menyeka rambutnya, dia melirik pada layar ponselnya yang sedari tadi berbunyi.
"Rachell Fernando"
Ini adalah panggilan kesepuluh yang ada diponselnya.
Klik ...
"Lama sekali kamu mengangkat teleponku, Ardi. Apa yang kamu lakukan",cerocos Rachell.
"Aku baru saja bangun dan selesai mandi. Ada apa kamu mencariku Rachell?"
"Aku butuh uang dua puluh lima juta sekarang Ardi"
"Dua puluh lima juta?"
"Ya ... kirimkan ke rekening ku sekarang"
"Untuk apa uang sebanyak itu?"
"Ooouw, please Ardi kenapa kamu harus selalu ingin tahu pengeluaran ku?"
"Karena aku suamimu, Rachell. Aku harus tahu kemana saja uang itu kamu pakai"
"Baiklah, ada sesuatu yang harus aku beli. Aku perlu uang itu sekarang", desak Rachell.
"Dimana kartu kredit mu?"
"Limitnya sudah habis"
"Ya, sudah aku kirim sekarang"
Klik ...
Ardi mematikan teleponnya. Lalu menekan beberapa angka pada aplikasi mobile bankingnya. Memang saat ini perusahaan Ardi sedang maju pesat, naik dan melebarkan sayapnya. Walaupun belum bisa sejajar dengan perusahaan milik keluarga Fernando. Kerja kerasnya membuahkan hasil yang baik. Namun Rachell tak pernah absen untuk mengambur-hamburkan uangnya untuk berfoya-foya.
******