Chereads / Madu Dua Cinta / Chapter 15 - Cinta Mereka

Chapter 15 - Cinta Mereka

Sebelum fajar terbit Tania sudah bangun dari tidurnya, dia melihat ada seseorang yang tidur disebelahnya. Sedetik kemudian dia baru menyadari bahwa laki-laki itu adalah orang yang menikahinya beberapa bulan yang lalu. Nia menarik selimut sampai separuh leher Ardi. Lalu dia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan wajahnya.

Beberapa lama dia berjibaku didapur, membuat susuatu untuk makan pagi mereka nanti. Akhirnya setelah semua selesai dia langsung membereskan peralatan masaknya, lalu menyusun sarapan itu dimeja. Saat dia menoleh pada suaminya, dia melihat laki-laki itu masih tertidur dengan pulasnya. Tak tega membangunkannya, nanti saja, pikirnya. Dia langsung pergi kekamar mandi dan membersihkan diri. Setelah selesai berpakaian dia membangunkan Ardi.

"Mas ... ",panggil Nia.

"Mas ..."

"Mas Ardi"

"Ehmm...hmmm...", jawab Ardi separuh mengantuk.

"Bangun Mas, sudah pagi. Bersihkan dulu dirimu"

Ardi membuka matanya perlahan, lalu duduk di tepi kasur. Satu detik. Dua detik. Dia baru menyadari dimana dia saat ini berada. Dari tempatnya duduk, Ardi melihat seorang perempuan, berambut panjang sepinggang sedang merapihkan rambutnya didepan cermin. Mengikat rambutnya yang panjang, hitam dan berkilau. Dia memoles wajah mulusnya dengan bedak tabur dan sedikit lip tint. Indah sekali, batin Ardi. Disepagi ini dia sudah melihat pemandangan seindah ini, dia merasa seperti disyurga, bersama bidadari.

Dua orang bidadari yang dimilikinya, Rachell dan Tania, dengan gaya dan aura kecantikan yang berbeda. Dengan tingkat rasa nyaman dan damai yang berbeda. Dia menyandarkan tubuhnya pada dinding rumah. Sambil memandang satu bidadari yang ada dihadapannya.

"Mas ...", panggil Nia. Ardi menoleh.

"Kenapa melamun?", tanyanya lagi.

"Kamu mau kemana?",tanya Ardi.

"Aku mau kekampus, Mas"

"Ada kuliah hari ini?"

"Tidak, hanya mengantarkan tugas semalam saja"

"Kalau begitu aku antar"

"Mas Ardi tidak kekantor hari ini?"

"Tidak", jawab Ardi sambil bangun dari duduknya lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Badannya terasa lebih segar setelah mandi pagi ini. Rasa ngantuk dan lelahnya seolah kabur dari raganya. Nia sudah siap dan rapi hendak kekampus. Dan dia juga sudah menyiapkan sarapan dan secangkir teh panas untuk suaminya.

"Sarapan dulu, Mas",ajaknya.

"Hmmm..."

Dihadapan Ardi sudah tersedia sepiring nasi goreng dengan telor ceplok dan kerupuk. Lalu segelas teh panas yang langsung diseruputnya. Rasa hanggatnya mengalir sepanjang kerongkongan hingga ke perut nya. Membuat nyaman hatinya pagi itu. Namun yang membuatnya nyaman sebenarnya adalah Tania. Ya, pelayanan Tania, istri mudanya, terhadapnya itulah yang membuat dia nyaman dan senang berada disisi perempuan halalnya itu.

"Kenapa, Mas? Tidak enak ya"

"Enak ... Enak sekali sayang. .. ", ada senyuman di ujung bibir Ardi saat mulutnya memanggil sayang pada Tania.

Baru kali ini dia memanggil perempuan dengan sebutan "sayang", bahkan tidak dengan Rachell yang lebih dulu dinikahinya.

"Nia ...", panggilnya.

Tania yang baru saja selesai membereskan piring dan peralatan makan, menghampiri Ardi.

"Ada apa, Mas?",tanya nya.

Ardi memegang tangan perempuan halalnya itu, menariknya duduk bersisisan dengannya. Membelai lembut wajah manis perempuan muda itu. Lalu mendekatkan wajahnya pada Tania, dekat dan makin mendekat. Tania dengan refleks menutup matanya saat ada sebuah benda kenyal melekat pada bibirnya, mencium dan menggigit kecil bibir bawahnya yang terasa manis. Kali ini Ardilah yang mendapatkan first kiss Tania. Ardi menghentikan kegiatannya, dia memandang wajah istrinya itu dari jarak yang begitu dekat. Manis, lembut dan begitu polos.

Kembali dia melakukan hal yang sama, kali ini dengan sedikit nakal, bibirnya mengajak bibir Tania manari-nari. Bahkan lidahnya pun ikut masuk dan bermain didalamnya. Cukup lama mereka bermain seperti itu. Lalu Ardi mencium lembut kedua pipi Tania dan juga pucuk kepalanya.

"Aku mencintaimu Tania. Aku sayang padamu", ucapnya dengan senyum lembutnya.

Wajah Tania memerah mendengar ucapan laki-laki yang ada dihadapannya. Ardi gemas melihatnya, dia suka sekali melihat ekspresi malu-malu dan manja dari Tania yang dianggap sangat menggemaskan baginya.

"Mas Ardi tidak salah bicara padaku?",tanya Tania menyakinkan.

"Tidak. Aku tidak salah bicara, sayang. Aku benar-benar jatuh cinta padamu. Aku jatuh cinta pada kelembutanmu, pada keindahan hatimu, sayang. Aku sayang padamu", ucapnya lagi.

Tania menatap pada Ardi. Dia menyakinkan pada dirinya sendiri kalau apa yang didengarnya bukan lah bisikan imajinernya saja, bukanlah mimpi semunya saja. Kedua manik mata mereka saling bertemu, saling bicara dan saling menghangatkan. Ardi memeluk perempuan halalnya itu dalam dekapan hangatnya. Tania dapat merasakan degub jantung laki-laki yang sudah menjadi imamnya itu.

Dan entah kenapa saat Ardi memeluknya seperti itu degup jantungnya makin kencang, berisik sekali, seperti tabuhan genderang perang. Dia merasakan kenyamanan dan kehangatan dalam pelukan laki-laki kesayangnya itu.

"Mas ... "

"Hmmm..."

"Terima kasih ya ..."

"Buat apa sayang?"

"Buat semuanya. Buat rasa sayang dan cinta mas Ardi padaku. Mas Ardi membuatku malu"

"Kenapa harus malu? Bukankah aku suamimu?",tanya Ardi lembut.

Tania mengangukkan kepala nya.

"Sudah sewajarnya kalau aku memberikan rasa sayang dan cinta ku padamu. Perhatian ku padamu. Juga jiwa ragaku padamu, sayang. Aku minta maaf, selama beberapa bulan ini aku tak memberikan semua itu padamu. Bahkan disaat kamu sedih dan berduka, aku tak ada disisimu, sayang. Maafkan, aku", papar Ardi.

Kali ini Tania kehilangan kata-katanya, perempuan yang dikampusnya terkenal jago sekali public speaking itu tak bisa mengucapkan sepatah katapun mendengar kata-kata suaminya barusan. Dia hanya menjatuhkan tubuhnya lagi pada kehangatan dada bidang laki-laki kesayangannya itu.

******

Ardi kembali duduk dibelakang kemudi. Mengantarkan kekasih halalnya itu menuju kampus untuk menyerahkan tugas kuliahnya.

"Sayang ...",panggil Ardi.

"Ya, Mas..."

"Kenapa ATM yang aku berikan tidak pernah kamu gunakan, sayang. Rekening korannya menunjukkan hanya beberapa kali kamu menariknya"

"Iya, mas ... Itu aku gunakan untuk biaya berobat nenek kemarin. Sementara untuk hari-hari ku aku dapatkan dari bekerja di kedai sate itu"

Ardi menoleh pada perempuan yang duduk disampingnya itu.

"Aku tak mau kamu bekerja keras di kedai sate itu. Aku minta kamu berhenti dari sana"

"Ehhh..."

"Berhentilah bekerja disana. Aku tak ingin melihatmu terlalu keras bekerja. Fokus lah dulu pada kuliahmu, sayang"

"Tapi mas ... Aku ...", ucapan Tania terhenti saat tangan lembut Ardi membelai pipinya.

"Aku suamimu sayang, hidupmu sekarang menjadi tanggung jawabku. Aku tak tega melihatmu banting tulang seperti itu, sayang. Jadi aku mohon berhentilah dari pekerjaan mu. Semua biaya hidup dan kuliahmu adalah kewajiban ku sebagai suamimu"

Tania tersenyum dan menganggukkan kepalanya tanda paham dengan ucapan laki-laki kebanggaan nya itu.

Mobil Ardi memasuki halaman parkir kampus dan berhenti tepat di gedung fakultas ekonomi.

"Aku kedalam sebentar ya, Mas", pamit Nia.

"Ya, sayang. Aku tunggu disini"

Tania turun dari mobil dan berjalan menuju gedung A fakultas ekonomi, lalu masuk kedalam ruang dosen untuk menyerahkan tugas laporannya itu.

******