Chereads / Madu Dua Cinta / Chapter 13 - Pertaruhan Yang Gagal

Chapter 13 - Pertaruhan Yang Gagal

Bulan ke keempat Rachell dan Ardi kembali menemui dokter specialis, untuk mengecek kesiapan tubuh mereka untuk melakukan bayi tabung. Namun diluar perkiraan Rachell bahwa proses pematangan sel telur tidak berjalan sempurna. Dokter menyarankan mereka untuk kembali tiga bulan lagi dengan catatan melakukan penyuntikan pergoveris secara rutin. Pergoveris dilakukan untuk menstimulasi perkembangan folikel pada wanita yang diindikasikan untuk menstimulasi perkembangan folikel pada wanita dengan pasien yang diindikasikan kekurangan Luteinizing Hormon dan Follicel Stimulating Hormon berat. Empat kali pergoveris awal dan pergoveris lanjut. Serta proses yang panjang lainnya.

Rachell benar-benar kecewa dan tidak mood saat pulang dari dokter. Ardi yang memegang kemudo mobil disebelahnya hanya diam tak bicara melihat istrinya seperti itu. Dia malas berdebat dengan Rachell, karena sebelumnya dia sudah memperingatkan Rachell untuk mengurangi kegiatannya bahkan menghentikannya seratus persen. Namun Rachell tetap bersikukuh untuk menjalani dunia keartisannya. Bahkan cendrung menganggap receh ucapan suaminya itu.

"Apa lebih baik kita keluar negeri saja, mungkin dokter disana punya cara yang lebih baik dari dokter-dokter disini",ucap Rachell.

Ardi hanya menoleh kapada Rachell. Dia tak mengomentari ucapan istrinya itu. Melihat hal itu Rachell merasa kesal sekali.

"Kamu kok diam saja Ardi. Kamu terlihat acuh tak acuh menanggapi masalah ini. Sebenarnya kamu niat tidak sih"

"Aku malas berdebat dengan mu Rachell. Bukan kah berkali-kali aku meminta mu untuk berhenti dari dunia keartisanmu itu, jika memang kamu ingin memiliki seorang anak. Namun kamu tak pernah mengindahkan ucapanku. Kamu hanya mendengar bisikan hatimu sendiri tanpa menghargai pendapat orang lain. Lalu sekarang aku yang kamu salahkan, Rachell"

Perempuan itu masih saja tidak mau terima disalahkan oleh suaminya, dia kesal lalu langsung masuk kekamar dan mengunci diri disana. Terpaksa malam itu Ardi tidur di sofa sampai fajar pagi membangunkan nya.

"Sudah pagi rupanya", gunam Ardi.

Dia membuka pintu kamar, tapi Rachell masih menguncinya dari dalam. Terpaksa dia harus pagi-pagi kekantor dan membeli pakaian gantinya di jalan. Tingkah Rachell yang kadangkala masih kekanak-kanakan inilah yang sering membuat Ardi terpaksa mengalah.

******

Rasa lelah menyelimuti Ardi hari ini, rapat internal kantor baru selesai pukul tiga sore. Banyak hal yang dibahas untuk kemajuan perusahaan.

Cekreeeeekkk ...

Dia masuk kedalam ruang kerjanya yang ber-AC itu lalu menghempaskan dirinya pada kursi kerjanya yang besar dan empuk. Ardi melirik pada ponselnya. Dia membuka aplikasi Mobile bankingnya. Tidak ada pergeseran saldo pada rekening nya selama dua bulan terakhir.

"Apa yang kamu lakukan Nia? Dia tidak menggunakan uang itu. Hanya beberapa kali saja", gumamnya.

Dia memandang wallpaper ponsel nya sudah berganti dengan poto Tania. Dan setiap dia memandangnya kerinduan itu kembali hadir.

Cekreeeeekkk. ..

Rachell menyerobot masuk keruang kerja Ardi. Wajahnya tidak bersahabat sama sekali.

"Apa yang kamu katakan pada Bella, Ardi",

cecar Rachell.

"Tidak bisakah kamu mengetuk pintu ruanganku terlebih dahulu, Rachell?"

"Aku tak perlu basa-basi Ardi. Jawab pertanyaan ku, apa yang kamu katakan pada Bella?"

"Aku tak mengatakan apapun pada kakakmu itu"

"Jangan coba membohongiku, Bella tadi mencecarku. Kamu pasti sudah mengatakannya pada Bella, bukan"

"Aku memang sempat bertemu dengannya dirumah papi, tapi kami tidak membahas apapun tentangmu. Dan satu lagi Rachell, ini adalah kantorku. Tolong pelankan sedikit nada bicaramu itu",tegas Ardi.

Tiba-tiba sebuah pesan masuk pada ponsel Ardi, pesan WhatsApp dari kliennya di luar kota. Mata mereka tertuju pada layar ponsel. Rachell makin naik darah melihat wajah madu nya terpampang pada wallpaper ponsel Ardi. Rachell merampas ponsel itu dan memelototi layar nya. Wajahnya makin memerah.

"Oooo.... Rupanya kamu bermain dengan perempuan kampung ini dibelakang ku, Ardi. Jadi kamu mulai jatuh cinta dengan perempuan kampung itu ya?!",ucap Rachell

Ardi merebut lagi ponsel itu dari tangan Rachell dan memasukkannya kedalam sakunya.

"Lalu apa masalah mu, Rachell?!",bentak Ardi.

"Tentu saja masalah Ardi. Disaat kondisi kita seperti ini kamu malah memikirkan perempuan lain"

"Perempuan lain katamu. Dia itu juga istriku. Dan sebagai suaminya aku juga punya tanggung jawab moral, Rachell. Aku memberikan semuanya padamu, uangku, perhatianku, kasih sayangku, bahkan raga ini pun ada bersama mu. Sedangkan Tania, dia sendirian disana. Entah dimana dia sekarang. Mana tega aku tak memikirkan nasib perempuan yang aku nikahi itu lalu aku tinggalkan begitu saja"

Rachell terdiam. Dia pergi meninggalkan Ardi tanpa permisi. Ardi mencoba meredam emosinya, dia tak ingin masalah ini makin melebar dan berdampak buruk bagi Tania.

******

Tok ... Tok ...

Ardi menoleh kearah pintu masuk.

Cekreeeeekkk ...

"Siang Ardi...", sapa Bella.

Huuuhhh. .. Ardi menghembuskan nafas beratnya. Dia masih sedikit terbawa dengan pertengkaran tadi.

"Siang, Ada apa mencari ku?"

"Maaf kedatanganku mengganggu kegelisahan hatimu. Maaf juga tadi aku sempat mendengar pertengkaran kalian. Gara-gara aku kalian jadi bertengkar. Aku menyesal", ucap Bella sedih.

"Tidak. Ini bukan salahmu. Hal ini sudah biasa aku nikmati. Ada apa mencariku?"

"Papi memintaku untuk mengantarkan ini padamu, papi harap kamu tak menolaknya Ardi"

"Aku tak bisa memutuskan nya sekarang, biar aku pelajari dulu"

"Baiklah ... "

Beberapa saat mereka terdiam. Sampai Ardi membuka suaranya.

"Apa Rachell menceritakan sesuatu padamu, Bella?", tanya Ardi.

"Tidak. Dia hanya berkata kalau dia sedang dalam sebuah rencana besar untuk hidup nya"

"Rencana besar?", ucap Ardi sambil tertawa mengejek.

"Ya, dia bilang begitu. Apa yang sebenarnya terjadi. Pirasat ku mengatakan ini bukanlah hal yang baik"

"Kamu benar Bella ini bukanlah hal yang baik. Hal ini sanggat mengganggu ku bahkan sangat menyiksaku. Aku dihadapkan dalam pilihan yang sulit".

Bella memandang adik iparnya, terlihat jelas ada sebuah beban berat yang dipikulnya sendiri.

"Jika kamu berkenan, ceritakalah padaku", ucap Bella.

Ardi dan Bella adalah sahabat lama. mereka sudah berteman sejak SMA. Ardi tahu benar watak kakak iparnya ini. Dia membenamkan tubuhnya lebih dalam ke sofa. Dia menceritakan semuanya pada sahabatnya itu. Dan bukan main terkejutnya Bella mendengar cerita Ardi.

"Manikah?!!!", ucap Bella setangah berteriak

"Ya",jawab Ardi singkat.

"Dan Rachell sendiri yang mencarikan madunya. Ya ... Tuhan, ini memang sudah tak masuk akal, Ardi. Lalu dimana istri mudamu itu, sekarang?"

"Entahlah, hanya Rachell yang tau. Dia membatasi komunikasi kami. Dan jujur hatiku merasa sakit memikirkan nasib Tania saat ini. Bagaimanpun juga aku ini juga suaminya. Pernikahan kami sah dimata hukum dan agama"

"Aku paham perasaan mu. dan aku paham benar watakmu Ardi, aku tahu benar kamu adalah laki-laki yang bertanggung jawab. Aku tak menyalahkanmu. Tapi aku sangat menyayangkan sikap adikku, Rachell. Aku tak menyangka kalau dia bisa senekat ini"

Mereka berdua kembali terdiam. Mencoba saling mencerna apa yang telah terjadi dan apa yang sebaiknya mereka lakukan. Ardi tak ingin ada yang tersakiti diantara mereka.

******