Chereads / Madu Dua Cinta / Chapter 5 - Pindah Rumah

Chapter 5 - Pindah Rumah

Pagi itu keluarga Fernando makan pagi bersama dimeja makan, Aurabelle, suaminya Joe dan kedua anaknya, serta pasangan pengantin baru itu. Mata Alfian dengan cermat manangkap adanya kekecewaan pada raut wajah Ardi. Dan memang benar sejak semalam Ardi merasa benar-benar dikecewakan dengan sikap istrinya itu. Sepandai-pandainya dia menyembunyikan rasa ketidakpuasannya itu, mata mertuanya lebih jeli menangkap arti sinaran matanya.

Pagi itu juga Aurabelle dan keluarganya meninggalkan rumah papinya untuk kembali kerumahnya. Kedua anak mereka harus sekolag besok setelah izin untuk menghadiri pernikahan tante nya.

Tok ... Tok. ..

Cekreeeeekkk ...

"Maaf tuan Ardi, tuan besar memanggil anda diruang kerjanya",ucap seorang pelayan padanya.

"Baiklah, aku segera kesana"

Ardi menutup lagi laptopnya lalu menuju ruang kerja papi mertuanya yang ada diseberang kamar mereka.

Tok ... Tok ..

Cekreeeeekkk. ..

"Masuklah, Ardi",ucap Alfian saat melihat Ardi di depan pintu.

Dia lalu duduk di sofa besar dan empuk itu. Alfian bangun dari duduknya dibalik meja dan mendekati Ardi.

"Papi punya rencana untuk memilihmu menjadi direktur utama di salah satu perusahaan papi, bagaimana menurut mu, Ardi"

"Maaf, Pi. Aku lebih antusias untuk membangun perusahaan yang telah ku rintis sendiri. Maaf kalau ini mengecewakan papi"

"Aku sudah menduga jawabanmu. Baiklah. Lakukan apa yang kamu anggap baik. Papi tidak pernah memaksanya"

"Terima kasih, Pi"

"Oiya, sekali lagi maaf sebelumnya. Bukan papi bermaksud ingin tahu atau ikut campur, tapi dari wajahmu saat turun dari kamar tadi pagi, papi lihat ada sesuatu yang membuatmu tidak senang. Dan penjaga mengatakan kalau kamu semalaman duduk dibalkon kamar"

"Tidak ada apa-apa, Pi. Jangan khawatir",ucap Ardi menutupi.

"Rachell sudah memberikannya pada orang lain sebelum kamu, bukan?",tebak Alfian dan hal itu tepat.

Ardi tak menjawab. Dan alfian tahu jawabannya dari sorot mata Ardi. Pemuda gagah itu hanya memberi hormat dan pamit kepada bapak mertuanya.

******

Tok ... Tok. ..

Cekreeeeekkk ...

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan",tanya seorang pelayan yang datang padanya.

"Dimana Rachell?", tanya Alfian.

"Nona Rachell sedang diruang treatment, Tuan"

"Suruh dia menghadapku jika sudah selesai!",titah Alfian.

"Baik, tuan!"

Rachell terbiasa melakukan treatment perawatan tubuh pribadi dirumahnya. Salon kecantikan ternama secara rutin merawat tubuhnya diruangan pribadinya.

"Ada apa Papi memanggil ku?", tanya Rachell saat memasuki ruang kerja papinya.

Alfian sudah terlihat kesal dari tadi. Dia berusaha mengendalikan hatinya.

"Apa yang kamu lakukan Rachell?!",tanyanya.

"Apa maksud papi?"

"Papi juga kecewa atas perbuatan burukmu itu. Seharusnya Ardi mendapatkan hak nya disaat malam pengantin nya. Tapi ternyata kamu menyerahkannya pada laki-laki lain sebelum suamimu"

"Ardi menceritakan nya pada, papi?", Rachell tersenyum mengejek.

"Tidak! Tapi sebagai laki-laki papi tau sikapnya itu. Papi tahu kekecewaannya itu. Kamu benar-benar membuat papi malu, Rachell. Wajar saja jika Ardi marah padamu"

"Lalu mau papi apa? Kami bercerai?"

"Cerai? Jangan gila kamu Rachell! Kamu baru sehari menikah sudah bicara soal perceraian. Jaga ucapan mu!"

"Hanya itu saja yang ingin papi bicarakan?"

"Setelah menikah, kamu harus tinggal dan ikut suamimu kamanapun dia berada"

"Maksud papi, papi mengusirku?"

"Bukankah begitu seharusnya seorang istri terhadap suaminya, Rachell"

"Aku tak mau tinggal di apartemen kecil dan sempit milik laki-laki itu, Pi. Aku mau apartemen ku sendiri"

"Papi tidak bisa berbuat apa-apa. Hidupmu sekarang adalah tanggungjawab suamimu"

Dengan kesal Rachell meninggalkan ruang kerja papinya. Dia menggerutu dan menyalahkan takdirnya. Kekesalan perempuan cantik itu dibawanya ke kamar dan dia melampiaskannya pada Ardi.

"Ada apa Rachell?",tanya Ardi didalam kamar.

"Apa yang sudah kamu katakan Ardi, sehingga papi benar-benar memperlakukan mu istimewa. Dia menuruti semua maumu"

"Menuruti semua mau ku?"

Rachell tak menjawabnya dia kesal sekali. Dia membenamkan tubuhnya pada kasur empuknya. Ardi hanya bisa menggelengkan kepalanya.

******

Alfian tidak main-main dengan ucapannya dia benar-benar meminta Ardi membawa Rachell untuk hidup lebih mandiri di apartemennya. Dengan senang hati Ardi menurutinya, baginya tinggal dirumah sebesar rumah keluarga Fernando membuatnya tidak nyaman. Dia lebih senang hidup dengan cahayanya sendiri.

"Apa disini tidak ada pembantu?",tanya Rachell.

"Tidak ada!"

"Lalu bagaimana dengan makanku? Pakaian ku? Siapa yang akan mengerjakan semua itu?!"

"Istriku",jawab Ardi singkat.

"Apa!!! Kamu pikir aku ini pelayan mu?! Aku tidak mau. Aku tidak pernah melakukan itu. Dan lagi pula aku tak punya waktu untuk itu, Ardi"

Ardi mendekati Rachell lalu merangkul bahunya.

"Dan mulai saat ini kamu harus terbiasa dengan semua itu Rachell. Paling tidak kamu belajar mengurus rumah tangga sendiri. Aku tak menuntut banyak dan tak harus kamu bisa lakukan sekarang. Kamu bisa belajar pelan-pelan dengan keadaan kita sekarang. Mudah-mudahan ada jalan untuk kita agar bisa hidup lebih baik lagi",papar Ardi pada istrinya.

Rachell melotot mendengar penjelasan Ardi. Dia tetap tidak terima dengan semua ini. Dia memang tak pernah sedikitpun menyentuh urusan pekerjaan rumah tangga. Maklum dirumahnya banyak pelayan, semua pekerjaan dilakukan oleh pelayan. Memasak, mencuci, menyapu bahkan air minum nya pun harus diambilkan oleh pelayan. Ardi dan papinya menyuruhnya melakukan semua ini, ini adalah ide gila, batinnya kesal.

"Aku yakin kamu bisa Rachell, berusahalah", Ardi masih berusaha meyakinkannya.

"Tapi aku tidak mau Ardi. Jangan paksa aku"

"Aku tidak memaksamu. Aku hanya mengharapkan kamu mau belajar. Jadi berusahalah"

"Masalahnya, aku tidak ingin melakukan itu. Aku tidak mau Ardi"

******

Matahari sudah nyaris berada ditahtanya saat Ardi mendapati Rachell masih tidur di kasur. Pukul sebelas siang, Ardi pulang ke apartemennya pada saat jam makan siang. Dan dapat dipastikan tidak ada apa pun yang tersedia. Ardi membuka lemari es dan mengambil segelas susu coklat dan meminumnya sampai habis.

"Rachell ... Rachell ... "panggilnya sambil menepuk-nepuk pipi istrinya itu

Dengan malas Rachell membuka matanya.

"Ada apa?"

"Buatkan aku makan siang"

Rachell mengambil ponsel nya lalu memesan makanan disebuah restoran mahal. Dalam waktu setengah jam makanan itu sudah datang. Dan dia kembali melanjutkan tidurnya.

"Apa kamu tak ingin makan Rachell?", tanya Ardi.

"Aku ngantuk. Aku tak berselera"

"Paling tidak duduklah didekatku dan temani aku makan"

"Ardi, please.... aku baru pulang shooting. Aku lelah. Dan kamu minta aku meladenimu ini itu. Please Ardi kamu itu bukan bayi lagi. Makanlah sendiri"

Laki-laki tampan itu meletakkan makanannya. Lalu dia mendekati Rachell.

"Bangunlah dan bersihkan dirimu. Aku tunggu dimeja makan. Ayo!!", kali ini Ardi sedikit tegas.

Rachell melotot mendapatkan perlakuan seperti itu. Dengan hati kesal dia ikuti juga perintah Ardi. Dia menuju kamar mandi lalu membersihkan dirinya. Setengah jam kemudian dia selesai dengan pakaiannya. Makanan sudah tersusun dimeja. Ardi menatanya dengan cekatan. Porsi makan untuk dua orang sudah tersedia dimeja.

"Kamarilah ... ", panggil Ardi.

Rachell menurut dan duduk disebelah suaminya. Lalu mereka makan siang berdua di apartemen sederhana itu.

******