Semua orang dirumah kediaman keluarga Alfian Fernando sangat sibuk beberapa hari ini. Semua sudit rumah disterilkan, di percantik menyambut hari pernikahan putri bungsu Alfian Fernando. Rachell menyetujui pernikahan dengan Ardi Ibrahim Axcell, pernikahan itu akan dilakukan dua hari lagi di ballroom hotel bintang lima ternama dikota. Persiapan matang dan sempurna dipersiapkan Alfian untuk putri kesayangannya itu. Mulai dari bridal ternama, catering terkenal, EO kenamaan sampai para pengisi acara yang tak receh.
"Bagaimana persiapannya?",tanya Alfian.
"Hanya tinggal pengecekan akhir lagi,Tuan. Jika tak ada kendala malam ini akan siap seratus persen"
"Syukurlah! Dimana Rachell?"
"Nona Rachell ada dikamarnya tuan"
Alfian menuju kamar putrinya dilantai dua. Dia berjalan menyusuri lorong rumahnya yang luas itu. Dia berhenti disebuah pintu besar. Dan dibalik pintu besar itu ada putri kesayangannya yang sedang dipingit menjelang hari pernikahannya.
Tok ... Tok ...
Cekreeeeekkk ...
Alfian menaburkan pandangannya keseluruh ruangan kamar. Kamar itu sudah dihias untuk kamar pengantin. Indah sekali. Dan Rachell sedang duduk disofa.
"Rachell ..."
Perempuan itu menoleh.
"Bagaimana perasaanmu sekarang",tanya Alfian.
"Apa penting perasaanku sekarang buat papi?"
Huuuhhh ...
Alfian menghela nafas panjangnya. Dia berusaha mengontrol emosinya.
"Papi harap kamu bisa menjadi Rachell kesayangan papi yang dulu. Dan semoga Ardi bisa membimbingmu lebih baik lagi. Papi melakukan semua ini demi kebaikanmu"
"Hmmm..."
"Jadi, papi minta setelah menikah nanti, hargai Ardi sebagai suamimu. Dia yang akan menjadi imammu kelak. Papi yakin dia adalah laki-laki yang baik dan bertanggung jawab padamu. Terima dia dengan lebih dan kurangnya"
Rachell tak menjawab. Dia hanya diam dan memandang kosong keluar jendela kamar. Hatinya masih belum menerima pernikahan ini. Sebuah pernikahan adalah hal konyol baginya yang membelenggu kebebasannya.
******
Ruang tengah rumah keluarga Fernando sudah rapi dan siap untuk menyambut acara sakral itu. Pengawalan ektra dilakukan disekelilingnya, para pelayan dari pagi sudah memepersiapkan segalanya untuk menyambut tamu inti acara akad nikah nona muda nya itu.
Tepat pukul sepuluh Ardi Ibrahim Axcell mengucapkan kalimat pamungkas itu sambil nyalami Alfian Fernando. Semua yang hadir diruangan itu kompak meneriakkan kata "Sah", setelah penghulu menanyakan pada kedua saksi.
Tak lama Rachell Fernando turun dari lantai atas dikawal ketat pengawal dan para pelayan perempuan. Gaun indah dan mahal yang membalut tubuhnya menambah kesan elegan dan glamournya. Semua mata tertuju pada kemolekan pengantin perempuan itu. Ardi pun tak dapat melepaskan pandangan matanya terhadap paras rupawan istri yang baru dinikahinya itu.
Kedua mempelai langsung dibawa kedalam Marcedes Benz S Class Limousine yang siap mengantar mereka ke ballroom hotel bintang lima tempat diadakannya resepsi.
"Pasangan yang serasi"
"Cocok sekali ..."
Begitulah kira-kira ucapan para tamu saat melihat pasangan pengantin ini bersanding di pelaminan. Ardi melirik pada istrinya disebelahnya. Tidak ada senyuman dari wajah Rachell. Wajahnya datar namun dia tetap terlihat berkilau.
"Cantik sekali", batin nya.
Rachell yang sadar sedang diperhatikan menoleh padanya. Lalu menarik sedikit ujung bibir sexynya itu.
"Ada apa?",bisiknya disela menyalami tamu-tamu.
"Kamu cantik sekali, Rachell", ucap Ardi.
"Terima kasih", jawabnya sopan.
Acara resepsi itu berlangsung sampai pukul lima sore. Setelah itu kedua pengantin kembali kerumah keluarga Fernando. Mereka disambut hangat Alfian Fernando serta Aurabelle dan suaminya. Jamuan makan malam disediakan khusus untuk keluarga. Koki terkenal dari Prancis sengaja didatangkan untuk mamasak jamuan makan malam keluarga. Cukup banyak basa-basi yang mereka ceritakan, sampai akhirnya selesai makan malam dan kembali kekamar untuk beristirahat.
******
Ardi baru saja selesai membersihkan diri dan mengganti pakaiannya. Dari arah wardrobe di melirik pada Rachell yang duduk ditempat tidurnya sambil mamainkan ponselnya. Pakaian minimnya menggoda pertahanan Ardi, namun dia mencoba berfikir realistis, menekan hasrat hormonalnya. Siapa yang tak tergoda dengan pakaian minim perempuan cantik itu, lingerie tipis tanpa pakaian dalam yang dikenakannya. Rachell biasa memakai itu saat tidur. Kulit mulus dan halusnya terpampang jelas dan menantang Ardi. Sekarang Rachell sudah sah menjadi istrinya. Wajar saja jika malam ini dia menyerang Rachell, fantasi liarnya mulai bertindak diluar akal sehatnya, sekeras apapun dia menahannya, naluri laki-laki nya tetap menguasai.
Dia duduk dengan tenang disebelah Rachell. Tak ada tanggapan ataupun sinyal pengakuan atas kehadiran nya di sebelah istrinya itu. Rachell tetap saja asyik dengan ponselnya. Memilah-milah tas branded dari ponselnya.
"Rachell ... ", panggil Ardi perlahan.
"Hmmm....", jawab Rachell tanpa menoleh.
"Aku ingin bicara, letakkan dulu ponselmu"
Huuuuhhhh.... Rachell menghela nafas kesalnya. Dia meletakkan ponselnya diatas meja.
"Ada apa? Kalau ingin bicara, katakan saja. Aku mendengarnya"
"Rachell...", Ardi memegang kedua pundak Rachell dengan kedua tangannya sehingga mereka saling berhadapan.
"Kamu tidak nyaman bersama ku?",tanya Ardi lagi.
"Tentang apa?"
"Pernikahan kita ini?!"
"Ooo...."
Ardi mengerutkan alisnya mendengar jawaban acuh Rachell.
"Ooo...???"
"Lalu aku harus jawab apa?"
"Aku tahu kamu menikah denganku bukan dari hati, tapi sekarang kita sudah menjadi suami istri, aku minta paling tidak kamu hormati lembaga pernikahan ini"
"Ya ... lalu aku harus bagaimana?"
Ardi memegang kedua pipi Rachell dengan kedua telapak tangannya.
"Aku harap kamu bisa menjadi istri yang baik. Istri yang berbakti pada suaminya. Perempuan solehah"
Hahahahaha....
Rachell tertawa mendengar kata-kata Ardi barusan. Baginya cerita tentang istri yang berbakti pada suaminya ataupun perempuan sholehah hanya ada dalam cerita dongeng, tidak dalam kehidupan ini. Ardi berusaha mengendalikan dirinya.
"Apa maksudmu? Kenapa kamu tertawa", tanya Ardi.
"Sudahlah Ardi, jangan bertingkah klise seperti itu. Konyol sekali. Aku akan menjadi aku yang seperti ini. Kamu sama saja dengan laki-laki lainnya yang hanya menginginkan tubuhku saja. Ya, walaupun aku menikmatinya juga ..."
Kali ini Ardi membelalakan matanya. Dia mulai paham arah pembicaraan istrinya itu.
"Apa maksudmu kamu menikmatinya juga?"
"Jangan berpura-pura bodoh, Ardi. Tentu saja making love. Bersenang-senang. Atau jangan katakan kamu tak pernah melakukannya"
"Jadi ... maksudmu kamu pernah melakukannya sebelum ini? Sebelum denganku?"
"Beberapa kali. Itu normal bukan"
"Apa yang kamu maksud dengan normal, Rachell. Kamu pikir perbuatan menjijikan itu normal?! Dimana moralmu sebagai perempuan?"
"Moral??! Come on, Ardi. Saat ini kamu masih bicara soal moral?!"
"Kamu bisa bicara seliar itu, Rachell. Aku tak menyangkanya. Aku tak menyangka kalau kamu ... "
"Maksudmu kamu tak menyangka kalau aku sudah tak perawan lagi. Terus apa mau mu?!", Rachell benar-benar menantang Ardi.
"Siapa dia?"
"Siapa yang kamu maksud dengan "dia"?"
"Siapa laki-laki yang mendahuli aku?"
"Mantan pacarku di London. Kami melakukan atas dasar suka sama suka. Toh tidak masalah"
"Demi Tuhan, Rachell ... berhentilah berfikir liar dan seliberal itu. Hargailah dirimu sendiri"
Rachell tak menggubris kata-kata suaminya. Dia menarik selimut lalu memejamkan matanya. Ardi hanya bisa menahan kesalnya. Dia keluar dan duduk di balkon kamar sambil mandang langit malam yang indah, namun tak seindah ceritanya malam ini. Pergolakan luar biasa terjadi dalam hatinya, ada rasa sesal, marah dan benci. Harga dirinya sebagai laki-laki terinjak-injak dengan perlakuan perempuan yang tadi pagi dinikahinya itu.
******