Chereads / Madu Dua Cinta / Chapter 3 - Tantangan Rachell

Chapter 3 - Tantangan Rachell

Rachell berdiam dikamarnya, dia memikirkan kata-kata papinya tadi yang memintanya untuk menikah dengan anak sahabatnya itu. Ardi Ibrahim Axcell , pengusaha receh yang sok alim dan lugu. Walaupun Ardi termasuk pria yang sangat tampan dengan tubuh proporsionalnya, namun Rachell tidak mencintainya. Rachell memang sulit menerima beberapa sifat Ardi yang dianggapnya aneh, sangat bertentangan dengan sifat Rachell yang otoriter dan dominan.

"Hmmm..."

Terjadi bergulatan hebat dalam hatinya. Satu sisi dia ingin bebas dari belenggu papinya yang di anggapnya absurb dan ortodoks. Disisi lain jika dia menikah maka karirnya akan menurun apalagi jika tahu suaminya adalah pengusaha kelas dua. Jauh di bawah sayap kekuasaan keluarga Fernando.

"Tapi hanya ini yang bisa melepaskanku dari belenggu papi. Menikah", batinnya dalam hati.

Sepertinya dia mencapai suatu keputusan besar, senyum kecil penuh makna tersungging dari ujung bibirnya. Matahari sudah terbenam saat dia memerintahkan seorang supir untuk mengantarnya ke apartemen Ardi.

Mobil mewahnya membelah jalanan kota yang sepi malam itu. Cukup singkat waktu yang dibutuhkan untuk sampai kegedung apartemen itu. Sebuah gedung apartemen sederhana menurutnya, dengan fasilitas standarnya. Membuat Rachell tersenyum mengejek. Kaki indahnya yang berbalut sepatu boot mahal menjejakkan kakinya di lantai lobi apartemen itu. Lantai 5 no 9. Rachell paham benar tempat itu.

Tiing .... Tooong ...

Cekreeeeekkk ...

"Rachell ...", Ardi terkejut melihat kedatangan Rachell di apartemennya.

"Hi, Ardi ... Aku harap aku tidak menganggu tidurmu malam ini"

"Ah, tentu tidak. Silakan masuk!"

"Terima kasih"

Rachell memandang sekelilingnya. Apartemen kecil yang sederhana dimatanya. Dia menjatuhkan tubuhnya pada sofa empuk di ruang tamu. Ardi datang membawakannya secangkir lemon tea.

"Silakan", ucap Ardi sambil meletakkan minuman itu dihadapan Rachell.

"Terima kasih"

"Ada perlu apa kamu mencari ku, Rachell? Tumben sekali"

"Sedikit menghirup udara segar diluar rumah. Bosan mendengar ocehan papi yang membuat telingaku sakit!"

Ardi hanya tersenyum kecil.

"Kamu jangan seperti itu terhadap papimu. Apa yang di ucapkannya adalah demi kebaikanmu?!"

"Termasuk memintaku untuk menikah denganmu, Ardi?"

Lagi, dengan tenang Ardi menyikapi serangan Rachell yang tiba-tiba ini. Dia hanya menarik sedikit ujung bibirnya.

"Lalu bagaimana denganmu sendiri?",tanya Ardi.

"Aku masih ingin menikmati hidup. Aku masih ingin meniti karirku didunia hiburan. Jadi jika aku menikah aku akan terikat dengan seseorang seumur hidupku. Dan itu membuat aku tidak nyaman, apalagi harus meninggalkan karir yang telah aku rintis bertahun-tahun ini"

"Sepenting itukah karir keartisanmu, Rachell?"

"Ya, dunia ini yang membesarkan namaku. Membuat aku diakui dunia. Dikenal dunia. Aku bahagia disini"

Ardi hanya diam. Dia mencerna pelan-pelan apa yang diucapkan Rachell tadi.

"Jadi jika aku menikah denganmu, apa yang akan aku dapatkan?", ucap Rachell tadi.

"Terus terang aku tak bisa menjanjikan kamu apapun Rachell, kamu telah memiliki segalanya dari papimu. Tapi aku akan berjuang dengan tanganku sendiri untuk mencurahkan semua perhatianku, cintaku dan juga rasa sayangku padamu. Kamu tahu Rachell aku jatuh cinta padamu sejak kita pertama kali bertemu. Sejak papimu memintaku mengurus rapormu di SMA dulu. Namun aku tak bisa memaksakan perasaanku ini. Aku cukup tahu diri dengan posisi ku ini", papar Ardi.

"Woow, cinta dan kasih sayang. Seru sekali mendengarkannya. Apakah hal itu ada didunia nyata, Ardi? Aku tak mau terjebak dengan kecengengan itu. Aku hanya ingin hidup realistis. Didunia ini yang paling berharga selain uang adalah popularitas, kecantikan dan kedudukan. Apa kamu bisa memberikan aku semua itu?",tantang Rachell.

Belum sempat Ardi menjawab tantangan Rachell, Alfian muncul didepan pintu dengan wajah merah menahan marah. Dia begitu malu mendengar ucapan putrinya tadi, dia tak menyangka kalau putri bungsu nya akan sematerialistis ini. Hartanya memang berlimpah tapi dia tak ingin putrinya berfikiran picik seperti itu.

"Jaga bicaramu Rachell. Serendah itukah kamu memandang manusia. Papi tak menyangka kalau kamu bisa sepicik itu berfikirnya. Dimana hati manusiamu, Rachell...!!!",ucap Alfian dengan nada tinggi.

"Lalu apa yang papi ingin kan dariku? Papi selalu mendikte hidupku. Mengatur semua nya. Aku ini bukan anak kecil papi"

"Kamu memang perlu diatur Rachell. Kamu perlu diluruskan. Otakmu dan hatimu itu"

"Papi anggap aku ini boneka papi? Apa papi tak punya hati lagi?!",bentak Rachell

Plaaakkkk ...

Tamparan keras mendarat dipipi Rachell. Alfian kehilangan kendalinya. Ardi hanya menahan sesak didadanya melihat perdebatan ayah dan anak ini. Dia berada diposisi luar dari keluarga Fernando.

Rachell memegang pipinya. Matanya memerah. Dia nyaris menangis. Namun harga dirinya terlalu tinggi untuk menunjukkan airmatanya dihadapan papi nya dan Ardi.

"Apa yang papi inginkan dariku?", tantang Rachell.

"Papi ingin kamu menikah dengan Ardi dan memperbaiki hidupmu, titik!!"

Rachell mengangkat kepalanya. Dia benar-benar tertantang oleh ucapan papinya. Dengan lantang dia meng-iya-kan titah papinya itu.

"Baiklah kalau itu mau papi. Aku ikuti perintah papi. Siapkanlah semua yang menurut papi baik. Aku tak akan menolaknya"

Alfian dan Ardi terkejut mendengar ucapan Rachell barusan. Rachell tanpa permisi meninggalkan kedua laki-laki itu yang masih mencerna ucapannya tadi.

******

Alfian Fernando menatap tangan kanannya, rasa sakit bekas pukulannya tadi masih berbekas. Namun yang lebih sakit adalah rasa sakit diujung hatinya karena harus memukul putri kesayangannya itu. Baru kali ini dia sebegitu emosional menghadapi putrinya. Dia tak pernah sekasar ini pada perempuan sebelumnya, bahkan dengan almarhumah istrinya sekalipun.

Ardi memandangnya dari sudut lain ruangan itu, dia paham benar apa yang dirasakan oleh Alfian saat ini. Sebagai seorang laki-laki, dia paham benar perasaan Alfian saat ini. Pukulannya tadi hanya ingin melindungi putrinya dari kesesatan duniawi. Namun Ardi tak bisa berbuat apa-apa saat ini. Dia hanya orang lain.

"Maafkan aku, Ardi. Kamu jadi melihat yang tak pantas kamu lihat. Aku benar-benar diluar kendali. Aku menyesal melakukan ini. Tapi Rachell harus di beri pendidikan tegas", ucap Alfian perlahan.

Ardi tahu dalam hatinya Alfian pasti menangisi semua ini.

"Maafkan aku, Tuan. Aku tahu niat anda baik, namun sikap anda tadi terlalu emosional. Aku takut akan membekas buruk dihati Nona Rachell. Tapi aku setuju pendapat anda bahwa Nona Rachell harus dididik dengan keras untuk memperbaiki sikapnya"

"Aku tahu itu Ardi. Hati kecilku pun menolak perlakuanku kepada Rachell tadi. Aku benar-benar menyesalinya"

"Duduklah tuan, biar saya ambilkan segelas coklat hangat untuk menenangkan pikiran anda sejenak"

Ardi menuju dapur dan membuatkan secangkir coklat hangat untuk Alfian yang sedang membenamkan dirinya lebih dalam disofa.

"Silakan, Tuan",Ardi meletakkan cangkirnya didepan Alfian.

Alfian menyeruput manis dan pahit nya kakao hangat itu. Paduan yang nikmat untuk meluruskan syaraf-syarafnya yang menegang.

"Apa kamu menyetujui nya, Ardi?!", tanya Alfian.

"Maksud Tuan tentang pernikahan itu?"

"Ya", jawab Alfian singkat.

"Ini artinya tugas anda untuk mendidik Rachell akan berpindah padaku, bukan"

"Kamu benar, setelah ijab kabul nanti semua tanggung jawabku akan berpindah padamu sebagai suaminya"

"Aku tak yakin bisa melakukannya dengan baik. Tapi jujur perasaanku pada Rachell tak pernah berubah"

"Aku percaya padamu, Ardi. Aku yakin kamu bisa melakukannya dengan baik", ucap Alfian sambil menepuk pundak Ardi.

******