"Mas! Jangan dibawa dulu Nindi nya. Awas aja!" Teriakan Cindy dari dalam kamar mandi membuat Dewa memutar bola mata jengah.
Aku tertawa pelan. "Aku bantuin Cindy dulu. Calonnya udah datang?" tanyaku berbisik saat mengucapkan kalimat terakhir.
Dewa mengangguk. "Udah. Kalau gitu Mas ke bawah duluan. Kamu hati-hati turun tangganya."
Aku mengangguk dengan senyuman geli karena Dewa meninggalkan kamar Cindy dengan raut wajah tidak rela.
***
"Jadi gimana, Sayang?"
Mama membelai dengan sayang rambut Cindy yang diikat tinggi. Cindy mengangguk, "iya, Cindy mau."
Semua orang di ruangan ini mengucap syukur. Bahkan aku jelas melihat ada raut kebahagiaan dan kelegaan yang kentara dari wajah keduanya. Cindy dan Ken. Ya, aku ingat pria di seberang sofa sana. Dia salah satu teman dekatnya Dewa sewaktu masih seragam abu-abu. Dan aku juga sering bertemu dengannya setiap berada di rumah Cindy waktu masa sekolah dulu.
