"Mas, aku takut." Aku meremas tangan Dewa. Ketakutan ku ternyata sangat kentara sampai Dewa bisa merasakannya.
"Baiklah. Kalau begitu saya berharap sama Pak Budi untuk memantau penyelidikan polisi. Jangan sampai kita kecolongan. Sissy juga orang berduit. Bisa saja dia menyogok atau bekerjasama dengan mereka."
"Pak Dewa tenang saja. Saya sendiri yang akan turun tangan untuk kasus ini. Kalau begitu saya permisi."
Setelah Pak Budi berlalu pergi, Dewa merogoh ponselnya disaku jas yang memang masih dia kenakan. "Pa, aku butuh beberapa orang kepercayaan Papa untuk berjaga di rumahku."
"..."
"Baik, Pa."
Telepon dimatikan. "Gimana, Mas?" tanyaku.