Gula, beras, sayur, daging?".
"Cek."
"Pakaian, sabun, sampo?".
"Cek."
"Perban, obat merah, dan gips?".
"Cek."
Semua logistik yang dibutuhkan telah tersedia. Sekarang tinggal mengirimkannya ke Surabaya.
"Antaraโฆ hati-hati ya."
"Ya" Aku memasang helm lalu menghidupkan motorku.
"Aku akan kembali dalam 2-3 hari. Jika aku belum kembali berartiโ".
"Jangan berkata yang tidak-tidak. Antara, kau adalah pemimpin kami semua."
Aku melihat wajahnya yang sepertinya sedang mengkhawatirkan aku. "Di dunia iniโฆ kita tidak tahu kapan akan mati. Benarkan Risa?".
Risa mendekatiku lalu mencium pipiku. "Benar. Tapi Antara kau harus berjuang di luar sana! Aku tidak ingin kau kembali dengan penuh luka."
Aku menepuk kepala Risa. "Baiklah. Kalau begitu aku berangkat dulu."
"Hm. Hati-hati ya Antara."
Aku mengacungkan jempol ku kepada Risa.
Gerbang besi terbuka. Secara perlahan sinar matahari yang sudah tidak panas lagi menyinari wajahku. Kata ibuku 100 tahun lalu sinar Matahari adalah sinar yang paling menghangatkan di Bumi.
Ya setelah kejadian ituโฆ
Keindahan dunia musnah seketika.
"Saatnya memberi orang-orang Harapan."
Aku menancapkan gas motorku dan melaju dengan cepat menuju tempat yang aku tuju yaitu Surabaya.
Dengan motor tuaku ini kira-kira butuh 3 hari dari Mojokerto ke Surabaya.
Namaku Antara Adagium.
Aku adalah pemimpin GajahMada Logistic yang bertugas menyediakan bahan-bahan kebutuhan Primer dan mengantarkan nya ke berbagai daerah di Indonesia.
Mengantarkan logistik ke berbagai daerah Indonesia yang membutuhkan. Sudah 5 tahun aku berkeliling Indonesia mengantar berbagai macam logistik dan sudah ratusan orang yang memberikan senyumannya kepadaku.
Senyuman orang-orang yang menerima logistik ku adalah obat pengusir lelahku. Senyuman mereka adalah harapan dan itu adalah bahan makananku setiap berkeliling Indonesia.
Risa yang mendengar isi hatiku ini pasti akan merasa jijik.
Oh ya, wanita tadi namanya Risa Harun. Dia wakil pemimpin GajahMada Logistic dan dia juga adalah tunangan ku.
"Selamat malam."
"Selamat malam mas penjaga perbatasan."
"Bisa tunjukkan kartu identitas mu?".
Aku meraba kantung jaketku dan mengambil kartu identitas ku.
"Oh. Maaf menghambat perjalanan anda tuan Antara ."
"Tidak masalah. Lagian ini tugas kalian juga."
Aku turun dari motor tuaku dan pergi ke belakang untuk mengambil beberapa roti dan teh botol.
"Ambil nih."
Aku melempar roti dan teh botol kearah mas penjaga. "Jangan biarkan perut kalian kosong."
"Te-Terima kasih."
โโโ
Setelah itu, Aku pergi lagi melanjutkan perjalanan ku menuju Surabaya.
Walaupun matahari sedang terbit tapi tetap saja pukul menunjukkan pukul 7:30PM. Ini semua karena kejadian 100 tahun laluโฆ
100 tahun lalu, tepatnya pada tahun 2020 perang dunia ke-3 terjadi. Rusia dan Amerika yang menjadi dalangnya. Kedua negara Adidaya itu saling meluncurkan bom nuklir hingga membuat Negara lain yang tidak ikut perang pun terkena dampaknya.
Perang itu berlangsung selama 10 tahun, sampai Amerika meluncurkan satu bom nuklir yang bernama Destroyer. Sesuai namanya, saat bom nuklir itu di luncurkan seluruh Dunia terkena dampaknya. Hewan-hewan musnah, tumbuhan-tumbuhan hangus, air di laut menguap, 80% populasi manusia musnah dalam sekejap, dan tanah menjadi tandus.
Bumi berubah seketika. Malam menjadi siang dan siang menjadi malam. Berkat bom itu, manusia merasakan kiamat dari kengerian teknologi.
Tak hanya itu saja kengerian dari bom Destroyer. Manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan bermutasi menjadi sosok yang mengerikan. Mereka disebut Mutan.
Para Mutan adalah musuh utama Umat manusia sekarang ini. karena, setelah kemunculan mereka umat manusia semakin terancam keberadaannya.
Sekarang, aku sebagai pemimpin GajahMada dan sebagai orang yang membawakan harapan ke seluruh Indonesia juga memiliki tugas untuk melawan para Mutan.
โโโ
"Antara?".
"Ada apa Risa? Tumben nelpon."
"Cuman memastikan kondisimu. Udah sampai mana?".
"Baru setengah jalan. Lagi istirahat sama orang-orang di dekat reruntuhan."
Aku memandangi langit dan berharap bisa melihat bintang serta bulan. Sekarang pukul 10:30AM. 100 tahun lalu jam segini matahari masih terasa hangat.
"Ya sudah kamu istirahat ya Antara."
"Iya. Terima kasih Risa."
"Kenapa?".
"Telah menelpon ku."
"Dasar. Istirahat ya! Terus kalau capek jangan dipaksakan! Kalau pingsan aku gak mau jemput kamu kayak di Papua lima bulan yang lalu."
Jadi ingat lima bulan yang lalu pas aku pingsan dan hampir dimakan para mutan, Risa menjemput ku dengan helikopter. Pas Aku di helikopter Dia menampar-nampar wajahku sambil menangis.
โโโ
"Pamanโฆ mau makan lagi?," Ucap anak kecil yang sedang makan didepan ku.
"Makan aja. Paman udah kenyang."
Aku masih berumur 20 tahun dan sekarang aku dipanggil paman sama anak kecil?! Setua itu kah penampilan ku?!.
"Paman ini dari GajahMada ya?".
"Iya... Dan jangan panggil aku paman. Panggil aja kak Tara."
"Kak Tara pasti udah keliling Indonesia kan?!".
Wah, bersemangat sekali anak kecil ini.
"Iya dong! Paman udah berkeliling Indonesia sejak berumur 15 tahun!".
"Heh?! Kak Tara semuda itu?! Kukira kak Tara berumur 30 tahun!".
Setua itu kah penampilanku?! Ya Risa sering sih ngeluh kepadaku soal penampilan ku yang kayak om-om...
Tak berlangsung lama ada salah satu orang di reruntuhan bangunan berlari menuju ke arahku. Wajahnya ketakutan, seperti ada sesuatu yang membuat dia takut.
"Ada apa?!".
"Gerombolan mutan sedang menuju kesini!".
Sial.
"Nak, kamu naiklah keatas. Jangan sampai kamu ikut turun kebawah," ucapku sambil mendorong anak kecil itu untuk keatas reruntuhan.
"Yang lain juga! Biar aku yang menghadapi para mutan itu."
Aku terjun dari atas bangunan reruntuhan ke bawah dimana para mutan itu sedang menungguku.
"Laskara, sayap Garuda!".
Dengan menggunakan teknologi Laskara, aku dapat membuat dua buah perisai yang tajam dengan wujud sayap Garuda.
"Sudah lama juga aku tidak bertarung."
Dengan cekatan aku melempar kedua perisai itu kearah para mutan lalu mengendalikan nya bagaikan sebuah mobil mainan.
Kedua perisai itu dalam sekejap langsung membunuh semua gerombolan para mutan itu. Tentu saja ini mudah karena mereka adalah mutan kelas D. Kalau mereka semua adalah mutan kelas A baru gak bisa kukalahkan dengan mudah seperti tadi.
"Laskara, Flamethower."
Dengan membakar mayat para mutan, maka tidak akan mengundang para mutan yang lain menuju ke reruntuhan disini.
"Kak Tara Keren!!".
"Hehe, benarkah?".
Aku paling lemah sama pujian anak-anak. Tapi kalau pujian orang yang lebih tua daripada aku, jadinya jijik.
"Ayo kembali ke reruntuhan. Takutnya masih ada mutan disini."
Saat hendak masuk ke reruntuhan, Aku kembali melihat mayat mutan yang terbakar itu. Tiba-tiba ada satu pemikiran yang terlintas dipikiran ku. Mutan itu awalnya adalah manusia dan tindakan ku tadi sama saja dengan membunuh Manusia?.
Tidak. Tadi aku hanya membunuh monster tanpa otak. Mereka adalah monster yang hanya memiliki hasrat membunuh. Mereka bukan manusia lagi.
Tapiโฆ jika suatu saat orang-orang dan anak di reruntuhan ini menjadi mutanโฆ apakah Aku tega membunuhnya?.
[Semua harus seimbang. Jika tidak seimbang maka dunia akan hancur]
Aku tahu ayah. Aku akan melawan para mutan ini walaupun suatu saat semua orang yang kukenal akan menjadi Mutan.
"Kak Tara ngapain? Ayo masuk!".
"Ya."
โโโ