Chereads / Bintang Saksi Hidupku / Chapter 44 - Malam Penderitaan

Chapter 44 - Malam Penderitaan

Melihat Yan Yiren yang merasa mual, tentu buat pikiran Ji Hanjiang menjadi curiga. Namun tentu ia tidak bisa menaruh rasa curiga pada kekasihnya ini tanpa ada dasarnya.

Namun hati Ji Hanjiang juga semakin merasa ada yang ganjil, ada yang tidak beres dengan Yan Yiren yang tiba-tiba ingin menikah.

Setelah melihat Yan Yiren tiba-tiba mual, Ji Hanjiang jadi berpikir negatif. Bagaimana bisa seorang perempuan yang berpikiran kolot, yang selama ini mempertahankan kesuciannya hingga malam pertama pernikahan, kini sudah kehilangan kesuciannya. Oleh sebab itu memilih untuk bersembunyi padanya dengan kedok minta untuk dinikahi.

Apa maksud dari semua ini?

Jika Yan Yiren punya masalah yang enggan untuk dibahas, bahkan jika dipaksa untuk tidak mengatakannya. Tapi tentu Ji Hanjiang mau memahaminya jika mau jujur menceritakannya.

Tapi nyatanya, Yan Yiren tidak melakukannya!

Ia hanya menganggap enteng penculikan dua hari dua malam, dan bahkan menipunya!

Hal yang Ji Hanjiang cintai adalah Yiren yang suci dan polos, bukan Yan Yiren yang penipu. 

Nampaknya semuanya berjalan tak terkendali.

*****

Beberapa hari kemudian, Yan Yiren meminta Ji Hanjiang menemaninya mengunjungi Nenek Yan, namun Ji Hanjiang menolaknya.

Yan Yiren tidak bisa menahan kekecewaan, "Pekerjaanmu sungguh sesibuk ini, kah? Kau tidak bisa meluangkan waktu sedikit saja?"

"Yiren, ku harap kau memahami pekerjaanku." Ujar Ji Hanjiang di telepon. Ia bicara sehalus mungkin, "Aku juga sangat ingin mengunjungi nenek, tapi sekarang tidak bisa. Pekerjaanku sekarang ini juga demi masa depan kita nanti, mengertilah sedikit, Yiren."

Jika Yan Yiren marah lalu mendengar Ji Hanjiang melembut, amarahnya berangsur-angsur reda.

Yan Yiren mengerti, mengendalikan perusahan Ji yang besar itu memang tidak mudah, apalagi bagi seorang Presdir, pasti akan lebih banyak sibuk.

Yan Yiren akhirnya mau berkompromi agar Ji Hanjiang tidak sakit hati, "Baiklah, aku tahu, lanjutkan sibukmu, tapi tetap perhatikan kesehatanmu, ya?"

Suara tawa Ji Hanjiang terdengar keras, seperti berada di samping Yan Yiren, "Belum juga kita menikah, tapi kau sudah cerewet seperti ibu rumah tangga."

Ibu rumah tangga?

Yan Yiren tersenyum dan tersipu, "Sudahlah, aku mau mengunjungi nenek."

"Sampaikan salamku pada nenek."

"Oke."

Setelah menutup telepon, Yan Yiren menghirup napas dalam-dalam. Kemudian ia memanggil taksi dan berangkat.

Seperti biasa, setiap kali datang ke rumah keluarga Yan, Yan Yiren selalu mendapatkan serangan yang tidak bisa dihindari.

Menyambut kedatangannya, Yan Shudan sudah memasang wajah seperti melihat musuh. Pada wajah itu, sama sekali tidak ada bengkak bekas pertarungan kemarin.

Ruan Yufeng menyiramkan air teh mendidih di bawah kakinya, "Kau masih berani datang?!"

Untung saja air teh itu tidak menyiprat ke Yan Yiren, "Kalau mau bertengkar denganku, cepat lakukan! Jangan mengulur waktuku menemui nenek." Yan Yiren memandang kosong tangga, seperti ia bisa mendekat tanpa batas.

Karena hanya dengan melewati tangga itulah, ia bisa bertemu dengan nenek.

Namun sebelum itu, ia harus bisa menahan rintangan di lantai bawah.

"Kita lakukan yang kau katakan!"

Yan Shudan tidak tahan ingin menyerang Yan Yiren, namun Ruan Yufeng tiba-tiba menahan tangannya.

Ruan Yufeng menggeleng memberi syarat untuk jangan melakukan, "Kau naik saja dulu ke atas, lalu kita selesaikan urusan kita setelah kau menemui nenek."

*****

Benar saja, malam ini hampir menjadi malam yang menderita bagi Yan Yiren.

Ia sudah tidak ingat dengan tindakan yang sudah Ruan Yufeng dan Yan Shudan perbuat padanya. Dengan keadaan setengah sadar, ia diseret keluar dari rumah keluarga Yan oleh seorang pelayan.

"Brakk!!!"

Kemudian gerbang itu ditutup tanpa ampun.

Yan Yiren terbaring di tanah. Ia merasakan nyeri di setiap tarikan napasnya. Dengan hati-hati, ia mengambil telepon selulernya untuk menelepon Ji Hanjiang.

Jalan pulang sangatlah jauh.

Panggilan sudah tersambung namun belum juga diangkat. Lama sekali seperti penderitaan hidup.

Nada sambung yang belum diangkat itu mengetuk hatinya.

Pada akhirnya, Ji Hanjiang tidak mengangkat panggilan itu.

Yan Yiren pun kehilangan kekuatannya, dan tenggelam dalam kegelapan.