Chereads / Bintang Saksi Hidupku / Chapter 47 - Balasan 10 Kali Lipat

Chapter 47 - Balasan 10 Kali Lipat

Senyum Yan Yiren tampak cerah dan penuh harapan. Ji Hanjiang masih menatapnya dengan penuh rasa khawatir. Meski demikian, ia tetap memiliki rasa keraguan yang menempel pada dirinya. Terutama saat Yan Yiren ingin membahas sesuatu yang penting seperti sekarang ini.

Sesungguhnya Ji Hanjiang merasa bersalah karena tidak memperhatikan Yan Yiren dari kemarin malam. Ia tidak bisa mengingat apa yang terjadi semalam. Ia mabuk berat, jadi tak tahu apa yang terjadi padanya.

Saat Yan Yiren menelepon, dirinya sudah dalam keadaan mabuk berat.

Ketika Ling Yunhuan mengabarinya, barulah ia tahu Yan Yiren masuk rumah sakit.

Kedua tangan Ji Hanjiang menutupi wajahnya sendiri, "Maaf, kemarin malam aku mabuk."

Mabuk?

Yan Yiren mengangguk dan tidak bicara apapun. Pikirannya sudah berubah. Tidak tahu ini ilusi atau tidak, setelah dia diculik, perilaku Ji Hanjiang sedikit berubah. Letak perubahanya, Yan Yiren juga tidak begitu mengerti dengan jelas. Mungkin, apakah dia benar-benar sibuk seperti yang dikatakan?

Yan Yiren rasa, sibuk bukanlah sebuah alasan. Walau pada orang yang paling dicintai, sesibuk apapun seseorang, ia pasti akan menyempatkan waktu.

Lain lagi jika seseorang tersebut sudah tidak ingin lagi bersamanya...

"Yiren, kenapa kau diam saja?" Tanya Ji Hanjiang sambil menggenggam tangan Yan Yiren lagi. Yan Yiren menunduk, tersenyum tipis, mengejek dirinya sendiri.

Ji Hanjiang menatap panik, "Yiren, jangan seperti ini... ini gara-gara Yan Shudan dan ibunya, kan? Sekarang juga aku akan menyuruh orang membunuh mereka, membalaskan dendammu!"

Setelah mengatakan itu, Ji Hanjiang benar-benar berdiri hendak melangkah pergi dengan sengit.

Secepatnya Yan Yiren mengangkat kepala dan langsung menahan tangan Ji Hanjiang, "Hanjiang!"

Ji Hanjiang menoleh. Bibirnya kaku tidak bisa menahan emosi, "Siapapun yang berani menyentuh kekasihku, sama saja dia cari mati!"

"Kalau sekarang kau mengatasi mereka, apakah mereka tidak akan menyiksaku lagi?" Yan Yiren perlahan melepas tangannya. Ia pun menutup mata, menunjukkan ekspresinya yang penuh dengan rasa kepahitan, "Selama aku terus mengunjungi nenek, mereka tidak akan sedetikpun melepaskan aku."

Ji Hanjiang mondar-mandir dalam keadaan emosi masih memanas, "Apakah aku hanya diam saja melihatmu disiksa oleh dua iblis itu?"

"Kau ada di sampingku ketika aku membutuhkanmu, itu saja sudah cukup bagiku." Yan Yiren menatap pemandangan keluar jendela dan melanjutkan lagi, "Dan pembalasan untuk Yan Shudan dan ibunya, aku rasa belum waktunya..."

Ji Hanjiang terpaku di tempat. Ia terdiam beberapa menit, membuat suasana di ruangan itu jadi hening. Heningnya membuat degup jantungnya terdengar jelas.

Wajah tampannya, perlahan memunculkan rasa kekecewaan, dicampur dengan rasa sakit dan rasa bersalah.

"Yiren..." Setelah mengucapkan sepatah kata itu, rasanya kata-kata yang inginĀ diucapkan selanjutnya tidak ada gunanya untuk diungkapkan.

Yan Yiren disiksa, tidak salah jika Ji Hanjiang marah. Ji Hanjiang pasti merasa sakit hati dan ingin balas dendam.

Ji Hanjiang sungguh tidak mengerti, apakah dirinya belum cukup kuat bagi Yan Yiren?

Apakah dirinya masih merupakan sandaran yang tidak cukup aman bagi Yan Yiren?

Kenapa ia harus menahan orang yang telah menyiksanya? Bagi Ji Hanjiang, mengatasi masalah itu sangat mudah. Kekerasan harus dibalas kekerasan, pukulan dibalas dengan pukulan juga.

Apa yang Yan Shudan dan ibunya lakukan pada Yan Yiren, harusnya mereka mendapatkan balasan 10 kali lipat.

Di dunia ini, tidak semua orang berhati baik. Orang yang khusus harus diperlakukan secara khusus juga. Yan Shudan dan ibunya termasuk orang yang khusus itu. Membalas dengan kebaikan, tidak akan membuat mereka menerima pelajaran dan tidak akan membuat jera.

Cara yang tepat hanyalah menakuti kedua iblis itu. Jika tidak, mereka akan tetap menyiksa dan menindas Yan Yiren.

Hubungan Yan Yiren dan Nenek Yan sangat baik. Jika bisa mengatur dengan baik agar Nenek Yan bisa dibawa keluar dari rumah keluarga Yan. Tentu, Yan Yiren tidak akan lagi bertemu dengan Yan Shudan dan ibunya demi mengunjungi Nenek Yan.

Bahkan, lebih tidak perlu lagi mendapatkan luka dari rumah Keluarga Yan.

Yan Yiren terdiam sambil memandang ke arah luar jendela. Ia berlagak tuli dengan semua ucapan Ji Hanjiang, seperti tidak ingin mendengar apapun. Kesedihan telah merampas fokus penglihatan di kedua matanya yang jernih.

"Yiren, aku tahu kau menyalahkanku karena aku tidak mengangkat teleponmu kemarin malam. Kalau saja aku tahu kau akan disiksa begini, aku tidak akan minum bir sama sekali!"