Kekhawatiran Nenek Yan memang di luar dugaan Yan Yiren. Ia hanya khawatir bahwa Yan Yiren menikah karena banyak temannya yang sudah menikah.
"Aku memutuskan untuk menikah dengannya karena aku mencintainya, dan aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamanya."
Nenek Yan tersenyum bahagia. Ia hanya menyesali saat kesehatannya yang semakin memburuk ialah tidak bisa melihat cucu kesayangannya ini berjalan ke altar perkawinan sebagai pengantin perempuan. Sekarang, mendengar berita baik itu, membuat tubuhnya segar kembali.
Jika harus memilih, Nenek Yan akan menahan napas terakhirnya hingga bisa menyerahkan cucu kesayangannya itu pada Ji Hanjiang.
Jika begitu, ia bisa memberitahu ibu Yan Yiren dengan bahagia di surga sana.
*****
Keluar dari rumah keluarga Yan, Ling Yuhuan mendapati mobilnya tergores. Emosinya meledak lagi, "Sial! Kalau tahu dari awal akan seperti ini, aku akan menggaruk muka wanita itu!"
Yan Yiren menenangkan Ling Yunhuan, "Yunhuan, ayo kita pergi dari sini dulu, biaya perbaikan mobil ini akan ku bayar."
Ling Yunhuan masuk ke mobil, "Kenapa harus kau yang bayar? Aku masih ada uang. Sudahlah, tidak usah membicarakannya lagi, hatiku masih panas."
Yan Yiren memakai sabuk pengaman, "Bukannya gajimu sedikit? Melihat keadaannya seperti ini, biaya perbaikannya pasti tidak sedikit."
"Aku memang karyawan biasa, tapi aku masih punya tabungan. Jadi, kau tidak usah khawatir. Aku akan mengantarkanmu pulang dulu."
"Baiklah. Kalau uangmu tidak cukup, beritahu aku..."
"Iya, cerewet!"
Ling Yunhuan masih harus menjemput kekasihnya. Yan Yiren pun kembali ke apartemen dan belum makan malam. Tidak tahan dengan perutnya yang lapar, ia ke dapur membuat semangkuk mie.
Setelah beberapa suap, ia merasa mual dan memuntahkan isi perutnya.
Ia mulai merasa ini masalah yang serius. Mungkin ini karena tendangan dari Ruan Yufeng dan Yan Shudan. Ia pun langsung menghubungi Ji Hanjiang.
Terdengar suara ramai, dentingan gelas bir, dan tawa seorang perempuan serta musik di sekitar Ji Hanjiang.
"Hanjiang?"
Setelah mendengar Ji Hanjiang mengucapkan 'sebentar' pada kerumunan, suara ramai itu semakin samar, "Yiren, ada apa?"
"Hanjiang, kau sibuk? Bisakah..."
"Kau juga dengar sendiri kan, aku sangat sibuk."
Ji Hanjiang menyela pembicaraan Yan Yiren, membuat Yan Yiren semakin tidak bisa mengungkapkan apa yang ia rasa.
"Baiklah, aku tahu. Kau sibuk, jadi jangan terlalu banyak minum bir dan jangan terlalu banyak merokok, ya?"
"Hmmm." Ji Hanjiang hanya meresponnya dengan singkat. Mungkin ia sadar ucapannya terlalu dingin, ia pun menasehati juga, "Kau juga, jangan tidur terlalu malam."
Yan Yiren menutup telepon. Ia kesakitan sampai terjatuh dari kursi. Ia pun segera menghubungi panggilan darurat.
Setengah jam kemudian, ambulan datang dan membawa Yan Yiren yang sudah tidak sadarkan diri.
*****
Keesokan paginya, Yan Yiren bangun. Ia sendirian di rumah sakit.
Seorang perawat membangunkannya, dengan ramah ia mengingatkan Yan Yiren untuk memanggil keluarga agar bisa mengurus biaya pengobatan. Yan Yiren mengangguk, "Ya, aku tahu."
Teringat kemarin malam ia menelepon Ji Hanjiang, kepalanya memanas.
Ji Hanjiang pergi untuk urusan bisnis, jadi bagaimana mungkin ia sempat kemari untuk menjenguknya?
Yan Yiren meminjam ponsel si perawat untuk menelepon Ling Yunhuan. Ia minta tolong pada Ling Yunhuan untuk membayarkan biaya pengobatan lantaran ia tak membawa uang sepeserpun.
Ling Yunhuan pun datang, lalu terkejut, "Yiren, kenapa wajahmu lesu sekali? Apa yang terjadi? Kau sehat-sehat saja kemarin, tapi kenapa tiba-tiba masuk rumah sakit?"
"Karena tendangan Yan Shudan dan ibunya kemarin, ternyata membuat tubuhku bermasalah. Setelah istirahat beberapa hari, aku akan membaik."
Ling Yunhuan marah. Sulit sekali meredakan emosi semalaman, sekarang emosinya meledak lagi.
"Kutunggu kemusnahan dua iblis itu!"