Dengan wajah kesal, akhirnya Yan Yiren terpaksa untuk bersedia menampilkan tarian hula-hula. Ia pun menggantungkan handuk yang ada di tangannya ke bahu pembantu itu. Kemudian ia menghampiri Chu Huaijin sambil menghela napas dalam-dalam.
Bagaimana caranya agar Yan Yiren bisa menari hula-hula?
Digabung dengan tarian folklor saja...
Waktu kecil Yan Yiren pernah belajar menari tarian tradisional, jadi setidaknya ia punya sedikit dasar menari tradisional, dan tidak akan terlihat terlalu jelek saat menari.
Chu Huaijin masuk ke kolam lagi, ia berenang di tepi, "Jadi kau mau menari? Badanmu terlihat kaku, nanti malah seperti mayat hidup!" Ujarnya dengan nada tidak senang.
Apa? Kaku?
Yan Yiren berhenti sejenak, ia marah dan segera menghampiri tepi kolam sambil berkacak pinggang, "you,can,you,up,no,can,no,bye bye!"
"Berani sekali kau!" Chu Huaijin mengulurkan tangannya untuk menyeret Yan Yiren masuk ke dalam kolam.
"Byurrr!!!" Cipratan air membumbung tinggi.
Secepatnya Yan Yiren berenang naik ke permukaan, diikuti oleh emosinya yang juga naik. Ketika ia berenang, ia ingin melawan Chu Huaijin dengan putus asa.
Chu Huaijin masuk lagi ke dalam air untuk berenang menghampiri punggung Yan Yiren. Setelah mendekati punggungnya, ia keluar dari air dan menekan kepala belakang Yan Yiren ke dalam air.
Yan Yiren melawan dengan cara menendang-nendang Chu Huaijin. Seketika itu pula napasnya berubah menjadi gelembung-gelembung air.
Ketika hampir kehabisan napas, Chu Huaijin menarik Yan Yiren dan menariknya ke dinding kolam.
Barulah Yan Yiren bisa mengambil napas yang lega. Saat berusaha tidak tenggelam di dalam air, helaian rambutnya berserakan. Sekarang, semua rambutnya basah dan menempel di wajah dan leher. Penampilannya tampak memalukan.
Chu Huaijin menyipitkan mata perlahan, "Melihat besarnya dadamu, aku memaafkan dirimu yang tidak terhormat tadi."
"Bajingan! Aku mau berkelahi denganmu!" Yan Yiren menunduk dan menggigit bibirnya.
"Huss..." Chu Huaijin mencubit dagu Yan Yiren sekuat tenaga, "Bodoh, bersikaplah lembut."
Dagu Yan Yiren terasa kaku saat dicubit Chu Huaijin, sampai ia membuka mulutnya.
*****
Melihat seseorang telah datang memasuki ruangannya, seorang dokter hewan memberi salam hormat pada orang itu, "Tuan Muda!"
Chu Huaijin berjalan menghampiri Feibi yang masih dalam tahap observasi "Bagaimana keadaannya?"
"Pada dasarnya sudah sembuh karena lukanya tidak sampai tulang, hanya luka luar saja, jadi tidak ada masalah yang besar."
"Houu..."
Chu Huaijin mengulurkan tangannya untuk memeluk Feibi. Mata biru kucing itu memandang Chu Huaijin. Setelah mengeong sedikit, ia pun masuk dalam pelukan majikannya itu.
Merasa aman di pelukan majikannya, Feibi menggesekkan kepalanya ke leher Chu Huaijin, lalu ia terdiam.
Chu Huaijin tertawa sambil mengelus kepala Feibi, "Hahaha… Kau masih tetap yang terbaik."
Merasa puas, Chu Huaijin pun menggendong Feibi dan meninggalkan rumah sakit hewan. Mereka pulang ke rumah utama naik mobil.
Chen Ce mengikuti Chu Huaijin naik ke lantai atas sambil bertanya, "Tuan Muda, Feibi sudah sembuh, lalu bagaimana dengan Yan Yiren?"
"Bagaimana keadaan Wei Wei?" Chu Huaijin malah berbalik bertanya sambil menunduk mengelus Feibi. Hatinya sangat senang.
"Nona seperti biasanya. Dia juga tidak mencari Yan Yiren." Chen Ce menambahkan, "Tapi Tuan Muda Ji sedang mencarinya, situasinya pasti akan ramai."
"Ternyata sudah punya pacar..." Gumam Chu Huajin, "Baik, Lepaskan dia."
Lagipula, Feibi sudah baik-baik saja, jadi sudah tidak ada hubungannya lagi dengan Yan Yiren.
*****
Yan Yiren sedang bekerja keras memberi makan kuda. Tiba-tiba beberapa pengawal datang menghampirinya lalu menutupi matanya dengan penutup mata dan membawanya dengan paksa.
Yan Yiren terkejut sampai menjatuhkan rerumputan yang ada di tangannya, "Kalian mau membawaku kemana?!"
Para pengawal itu membawanya ke sebuah helikopter, lalu helikopter itu terbang cukup tinggi ke suatu tempat.
Setelah beberapa lama, Yan Yiren pun diturunkan dari helikopter. Sayangnya saat membuka mata, tidak ada orang di sampingnya. Yan Yiren pun mendongak mengintip dari penutup mata itu, "Hah? Mana orang-orang?"