Chereads / Bintang Saksi Hidupku / Chapter 36 - Masih Berani Datang

Chapter 36 - Masih Berani Datang

Ji Hanjiang diam-diam menyuruh pengawalnya menyelidiki orang yang menculik Yan Yiren. ia sekarang berada di hotel milik perusahaan Ji.

Selepas mandi, Ji Hanjiang tampak memakai handuk dan berjalan menuju jendela. Lantai atas tempatnya berpijak dapat membuatnya bisa melihat pemandangan dataran Kota Ningchen yang dipenuhi gemerlap lampu kota.

Setelah menghembuskan napasnya, ia merasa raganya sudah puas. Sayangnya masih ada sesuatu yang kurang baginya. Ya, hatinya masih dipenuhi amarah dan terasa kosong.

Seorang perempuan keluar dari kamar. Ia memandang Ji Hanjiang dari kejauhan dengan heran.

Melihat Ji Hanjiang minum sendirian, ia tertawa kecil. Sekejap perempuan itu menghampiri dan memeluk Ji Hanjiang dari belakang, sekaligus tangannya mengambil gelas yang baru saja menempel di bibir Ji Hanjiang. Dengan ekspresi nakal, gelas itu didekatkan ke bibirnya dan meneguk isi gelas itu. 

"Bukannya akan lebih baik kalau aku menemanimu minum? Minum sendirian itu tidak seru."

Ji Hanjiang menggenggam tangan perempuan itu, "Pergi!"

"Kalau aku pergi, bagaimana kalau kamu merasa kesepian?" Perempuan itu masih belum juga pergi dan masih memandangi Ji Hanjiang.

Ji Hanjiang tersenyum, namun perlahan senyuman itu redup dan tatapannya menjadi acuh. Tangannya mencengkram leher perempuan itu sekaligus membalik tubuhnya agar bisa menekannya ke jendela, "Apa-apaan kau? Sekali lagi kau bicara, kubunuh kau!"

"hkk hkk...." Tenggorokan perempuan itu tercekik. Oksigen yang ia hirup semakin berkurang, wajahnya memerah, "Lepaskan... lepaskan..."

Tangan Ji Hanjiang yang sedang mencekik lehernya, tiba-tiba sekuat tenaga menyingkirkan perempuan itu ke samping.

Alhasil, tubuh perempuan itu jatuh ke lantai dan bergulung dua kali.

Ji Hanjiang melirik ke bekas lipstik merah di gelasnya yang masih berisi bir. Ia pun tertawa dingin, "Dasar, kau terlalu suka memaksakan diri. Kau pikir kau siapa, hah?"

Perempuan itu mengangkat kepala. Seketika wajahnya menerima siraman bir dari dalam gelas Ji Hanjiang. Wajah dan bajunya pun menjadi basah hingga ia tidak bisa membuka mata.

"Jangan..." Perempuan itu akhirnya merangkak, "Aku pergi, aku segera pergi."

Akhirnya, suasana jadi tenang.

Ji Hanjiang mencium aroma amis, membuatnya jijik sampai mengerutkan dahi. Segeralah ia berganti baju, lalu pergi menggunakan mobil...

*****

Sampailah Ji Hanjiang di depan pintu gedung apartemen Yan Yiren. Dari situ ia bisa melihat lampu apartemen Yan Yiren sudah mati.

Apa Yan Yiren sudah tidur?

Ji Hanjiang pun turun dari mobil. Perlahan ia menghembuskan asap rokoknya sambil beberapa kali berpikir untuk naik ke apartemen Yan Yiren. Ia ingin bertanya hal yang terjadi ketika gadis itu diculik dua hari dua malam.

Kenapa Yan Yiren sampai berbohong padanya?!

Sebaliknya, Yan Yiren memang tidur lebih awal, karena ia harus kerja besok pagi, jadi ia ingin istirahat lebih awal.

Anehnya, Yan Yiren hanya bergulung ke kanan dan ke kiri di ranjangnya. Ia merasa susah tidur, tidak seperti kemarin malam yang membuatnya tenang karena ada Ji Hanjiang di sisinya.

Yan Yiren pun membuka ponselnya untuk mengecek jam. Sekarang sudah pukul setengah 2 pagi. Jam segini, apakah Ji Hanjiang sudah tidak melakukan aktifitas apa-apa?

Bila menghubunginya di malam hari seperti ini, sepertinya Ji Hanjiang masih sibuk dengan pekerjaannya. Yan Yiren pun langsung menutup teleponnya.

"Hh...." Yan Yiren menutupi tubuhnya dengan selimut. Ia juga mengembalikan ponselnya dan memaksakan diri untuk tidur.

*****

Keesokan harinya, Yan Yiren sudah bergegas menuju kantor. Rekan kerja perempuan di kantor rasanya semakin benci melihtanya. Alasan utamanya, lantaran Presdir Chen masih mengizinkannya mengambil gaji walaupun tidak masuk beberapa hari.

Ketika berita itu keluar, kantor langsung penuh dengan rumor.

Sesampainya di meja kerjanya sendiri, Yan Yiren melihat kaktus yang selalu berada di sebelah komputernya telah mati.

Tanah di dalam pot kaktus itu juga hilang.

Ketika Yan Yiren mengambil pot di mejanya dengan kecewa, ia berdiri dan melihat ada dua sampai tiga orang rekan perempuan sedang menggerombol seperti sedang berbisik-bisik.

"Siapa yang melakukannya?!" Yan Yiren marah, meminta pertanggung jawaban atas kaktusnya yang rusak.

Gerombolan perempuan itu berlagak tidak mendengar apa-apa, mereka malah tertawa keras dan melihat Yan Yiren dengan pandangan sinis serta iri.

"Melihat dia yang menyebalkan dan sombong seperti itu, mana mungkin dia belum pernah tidur bersama lelaki?"

"Masih beraninya datang. Dia benar-benar istrinya Persdir Chen?"

"Dasar tidak punya harga diri, kalau aku jadi dia, aku sudah tak punya muka untuk datang ke kantor..."