Chereads / Bintang Saksi Hidupku / Chapter 29 - AD, Sang Ular

Chapter 29 - AD, Sang Ular

Chu Huaijin memang bukan orang yang seketika berhati baik. Setelah memberinya sebuah apel, ia meminta Yan Yiren melakukan sesuatu.

Tentu Yan Yiren langsung tertegun, 'Apa?'

Yan Yiren pun tidak mengerti, "Maaf, melihatku apa?"

Chu Huaijin tidak menjawab. Ia hanya menjentikkan jari, lalu terdengar suara gemerisik semakin mendekat.

Yan Yiren menoleh. Seketika, napasnya seperti berhenti.

Seekor ular piton emas yang sedang menjulur-julurkan lidah, berjalan menghampiri mereka berdua. Gerakannya tampak cepat dan lincah. Dalam sekejap, ular itu sudah sampai di hadapan Yan Yiren.

Sensasi dingin dan licin seperti kain bludru melingkari pergelangan kaki Yan Yiren. Sontak saja ia kaget dan kaku di tempat, "Tuan, Tuan Muda... tolong aku!"

"Dia peliharaanku. Nanti siang bawa dia berjemur."

Peliharaan?!

Siapa yang gila memelihara ular seperti ini?!

Pergelangan kaki Yan Yiren semakin dililit erat oleh ular itu. Yan Yiren menangis, "Kumohon, cepat lepaskan ular itu dari kakiku."

Chu Huaijin perlahan duduk, "Ternyata kau takut ular?"

"Iya, aku takut... takut terbunuh.... cepat lepaskan ularnya, kumohon!!!"

"AD, kemari."

Ular yang sudah sampai ke bawah rok Yan Yiren itu, terhuyung-huyung memandang Chu Huaijin. Selangkah kemudian turun dan pergi meninggalkan Yan Yiren. Ular itu lalu memanjat menuju Chu Huaijin.

Kedua kaki Yan Yiren lemas, ia pun terduduk di tanah. Perutnya terasa mual, hampir memuntahkan apel yang baru saja dimakan.

Ular piton itu melilit di bahu Chu Huaijin. Chu Huaijin mengelusnya, kemudian turun dari tempat tidur gantung. Telapak kakinya menyenggol kaki Yan Yiren sambil mengoloknya, "Begini saja takut? Ini hanya ular, tak usah ketakutan sampai kakimu lemas seperti itu."

Yan Yiren berbalik badan dan mundur, lalu menendang angin, "Jangan kesini, bawa dia pergi, cepat, bawa ular itu pergi..."

"AD imut seperti ini, kau malah membencinya." Chu Huaijin mengelus-elus lagi ular itu, lalu tertawa kecil, "Nanti dia bisa marah."

"Kumohon padamu Tuan Muda, jangan menggodaku, oke?" Yan Yiren sungguh takut pada ular. Melihatnya saja sudah membuatnya tidak nyaman. Seluruh tubuhnya seakan gemetar kaku saat mengingat sentuhan ular itu.

Chu Huaijin mengerutkan bibirnya dan menggerutu dalam hati, 'Huft, tidak seru.'

*****

Tanpa terasa hari sudah sore, Chu Huaijin tampak berenang di kolam untuk menyegarkan dirinya. Sebaliknya, Yan Yiren berada di pinggir kolam sambil membawa jubah handuk Chu Huaijin.

Di dekat Yan Yiren juga ada dua belas orang pembantu. Mereka berpose sopan membuat dua barisan. Mata mereka juga menunduk, menunjukkan rasa hormat.

Yan Yiren penasaran, sebenarnya siapa Chu Huaijin itu?

Padahal ia hanya pemilik rumah ini, tapi seakan-akan menguasai seluruh pegunungan di sini.

Lalu perempuan gila itu, dan gadis bernama Wei Wei itu? Semuanya, sangat misterius.

Chu Huaijin menampar air, membuat Yan Yiren terkena cipratan air itu. Yan Yiren jadi sadar dari lamunan, ia pun mundur dua langkah.

Terlihat, Chu Huaijin sudah duduk di pinggir kolam, "Hey, aku telah memanggilmu dari tadi. Kau sedang memikirkan apa?"

Yan Yiren seketika merasa kesal namun hanya bisa menundukkan mata, "Tidak memikirkan apa-apa."

Apakah Yan Yiren harus bertanya pada Chu Huaijin dimana kebaikan Chu Huaijin dan kapan ia bisa membebaskan dirinya?

Chu Huaijin orang yang emosinya sulit ditebak. Namun, sekali bermasalah, rasanya sangat buruk!

Hanya karena menginjak Feibi, ia menangkap Yan Yiren dan menyiksanya. Dimana letak kemanusiaannya?!

Sampai sekarang, dan setiap saat, Yan Yiren tidak tahu sosok Feibi itu seperti apa. Dia tinggi atau pendek, gendut atau kurus.

Chu Huaijin mengambil segenggam air, lalu melemparkannya pada Yan Yiren, "Idiot!"

Yan Yiren yang terkena percikan air itu, langsung berlindung dengan tangannya. Lalu memandang Chu Huaijin kesal, "Siapa yang kau panggil idiot?"

Chu Huaijin tertawa, "Harusnya kau, kan?"

"Aku..." Yan Yiren semakin sebal.

"Bisakah kau menari hula-hula? Menarilah untukku."

"Tidak bisa!"

Chu Huaijin menunjuk salah seorang pembantu, "Kau, bawa AD kemari."

"Baik, Tuan Muda." Pembantu itu melaksanakan perintah.

Yan Yiren secepatnya menahan pembantu itu. Ia pun menoleh ke arah Chu Huaijin yang berwajah sombong sambil menunggu pertunjukannya. Ia mengerang, "Aku akan menari! Masih bolehkah aku menari hula-hula?!"