Selama memakaikan baju kepada Chu Huaijin, Yan Yiren masih merasa kesal pada lelaki ini. Tentu saja karena Chu Huaijin jadi banyak mengomentarinya. Terutama postur tubuh Yan Yiren yang lebih pendek darinya. Namun, akhirnya Yan Yerin telah sampai pada sesi memakaikan celana Chu Huaijin.
Selesai mengenakan celana, Chu Huaijin tidak membiarkan Yan Yiren pergi. Ia memutar kepala Yan Yiren agar melihat wajah angkuhnya, "Ini yang dinamakan kau berpengalaman?"
"Omong kosong!" Terdengar jelas bahwa kata itu tidak cukup.
Chu Huaijin tertawa sinis sambil menepuk kepala Yan Yiren, lalu memerintah, "Kuberi kau tiga puluh detik. Kalau kau masih tidak memakaikan baju dengan baik, akan aku perintahkan pengawal untuk membuatmu berdiri di bawah matahari selama siang ini di depan gerbang."
Ancaman ini terlalu berat!
Yan Yiren hanya bisa tertegun. Secepatnya ia menaikan resleting dan mengancingkan celana itu. Kemudian ia menepuk tangannya dan berdiri, "Selesai!"
Chu Huaijin menatap dalam-dalam Yan Yiren. Ia ingin bilang Yan Yiren bodoh, tapi kenyataannya ia tidak bodoh.
Ketika Chu Huaijin ingin bilang Yan Yiren gadis yang panik, tapi Yan Yiren malah membuat kepalanya pusing dan masih berani memberontak.
Ketika ia bilang Yan Yiren gadis yang berkemauan keras, tapi ia juga bisa panik dan bilang 'Jangan... jangan…'
Setelah memandangi gadis itu lekat-lekat, Chu Huaijin pun menyimpulkan bahwa Yan Yiren adalah gadis yang sedikit pintar, itu saja.
Jika dibandingkan dengan gadis yang berdada besar dan tidak punya otak, Yan Yiren masih lebih baik dari gadis-gadis seperti itu.
*****
Di lantai bawah tepatnya pada ruangan makan. Di sana sudah disediakan secara rapi di atas meja berbagai macam makanan untuk sarapan.
Yan Yiren bangun jam setengah enam dan sampai sekarang belum makan. Mencium aroma makanan-makanan itu hanya membuat Yan Yiren menelan air liur dengan kecewa.
Semua piringnya dilapisi dengan porselen. Apakah pekerjaan Chu Huaijin adalah pengusaha minyak?
Melihat itu semua, pikiran Yan Yiren mengarah pada pekerjaan Chu Huaijin yang kemungkinan memiliki usaha besar seperti itu.
Dengan santai, Chu Huaijin menikmati sarapannya yang lezat itu. Sedangkan Yan Yiren, hanya bisa menelan ludah.
Yan Yiren pun tidak peduli dengan yang lain, apalagi martabatnya di sini juga sudah tidak penting.
Ya, Yan Yiren melakukan Tindakan yang tidak tahu malu lagi, "Tuan Muda, bolehkah aku makan sedikit?"
"Mau makan apa?" Chu Huaijin meletakkan pisaunya untuk merespon Yan Yiren.
Yan Yiren tidak menolak. Ditatap oleh Chu Huaijin seperti itu, membuat wajahnya memanas.
Reaksi saat sadar adalah reaksi psikologis yang alami. Di dalam hati Yan Yiren seperti ada drum yang berderap. Tetapi tampaknya temperamen Chu Huaijin malah memburuk! Benar-benar buruk!
"Apapun boleh."
Chu Huaijin mengangguk, dan itu membuat Yan Yiren gembira, "Terima kasih Tuan..." Sayangnya Yan Yiren tidak tahu ada hal khusus yang ada di balik ucapan Chu Huaijin itu.
"Tapi..."
Perkataan Yan Yiren sejenak tersedak di tenggorokan "Tapi apa?"
"Kamu harus menari pole dance di depanku"
Apa?
Pole dance? Tari tiang?!
Yan Yiren menatap lelaki itu tidak percaya, "Tuan Muda, kau sedang menggodaku?"
Tari tiang?
Bercanda!
Bagaimana ia bisa melakukannya?!
Chu Huaijin menopang dagunya dengan tangan, "Sayangnya, ucapanku ini serius!"
Yan Yiren tidak bisa berkata apa-apa. Kasihan sekali!
Chu Huaijin tahu Yan Yiren bukanlah orang baik, jadi bagaimana mungkin ia membiarkannya makan.
Seketika ruangan ini pun terasa lebih dingin bagi Yan Yiren. Ia pun tidak bisa berkata lagi.
*****
"Pelayan, sini." Ucap Chu Huaijin kepada Yan Yiren.
Saat ini Yan Yiren sedang memotong rumput di taman rumah yang besar ini. Tidak jauh di belakangnya, terdapat tempat tidur yang menggantung di antara dua pohon. Di tempat itu, Chu Huaijin tidur sambil menopang kepalanya.
"Ada apa?" tanya Yan Yiren dengan nada yang kesal.
Karena tekanan mental yang didapat pagi tadi, ditambah tidak boleh minum, emosi Yan Yiren meledak-ledak seperti perutnya yang saat ini kelaparan belum diisi makanan.
Chu Huaijin memegang apel dan memainkannya dengan cara dilempar ke atas dan ditangkap lagi, "Mau makan?"
"Krucuk krucuk....!" Yan Yiren menelan ludahnya. Tanpa sadar ia melaju dua langkah.
Chu Huaijin masih menggenggam apel itu. Ia seperti ingin tertawa memandang Yan Yiren, "Mau makan?"
"Mau...!"
Secepatnya Yan Yiren meninggalkan alat pemotong rumput dan menghampiri apel itu. Setelah merebut apel itu, ia menggigit apel itu dengan lahap.
Memang sebuah apel tidak bisa mengisi penuh perut yang sedang kelaparan. Yan Yiren menghela nafas ketika apel itu sudah habis.
"Enak?" Tanya Chu Huaijin.
Yan Yiren meresponnya dengan mengangguk saja.
Chu Huaijin tersenyum jahat dan berkata, "Karena kau sudah menerima hadiahku, selanjutnya, aku ingin melihatmu menampilkan itu..."