" Wa'alaikumsalam!" jawab Fatma sambil tersenyum. Fatma melihat sekilas keluar pagar, seperti mobil Brian? Tapi kenapa tidak masuk? batin Fatma. Fatma dengan penuh kesetiaan masih menunggu suaminya menjemput. Jam sudah menunjukkan angka 4 sore dan sekolah sudah sepi.
" Ustadzah! Apa masih belum dijemput?" tanya Salim, tukang sapu sekolah.
" Belum, Pak!" jawab Fatma meringis, dia menahan sakit yang melilit perutnya karena belum makan siang.
" Apa ada yang bisa saya bantu Ustadzah?" tanya Salim.
" Tidak usah, Pak! Silahkan melanjutkan pekerjaan Pak Salim!" jawab Fatma.
Sementara itu setelah menjemput seseorang di bandara, Brian membawa orang tersebut makan siang di sebuah Resto mewah. Setelah mereka makan siang, Brian menatap wajah cantik dihadapannya dengan tajam
" Apa kamu bahagia?" tanya Brian.
" Kenapa kamu menanyakan itu?" tanya orang dihadapannya.
" Kamu tidak menjawab pertanyaanku dari tadi!" ucap Brian pelan.
" Untuk apa? Kita sudah sama-sama menikah!" ucap orang tersebut dengan nada kecewa. Brian menarik nafas panjang, dia sangat merindukan sosok dihadapannya itu.
" Aku dengar kamu sangat mencintai dia!" ucap orang tersebut sambil menatap nanar pria dihadapannya itu.
" Kamu menyelidikiku?" tanya Brian. Brian membalas tatapan mata wanita itu.
" Mungkin aku sudah gila! Tapi aku tidak pernah melewatkan satu halpun tentangmu!" jawab wanita itu.
" Vero!" ucap Brian pelan.
" Danny! Kamu pasti sangat bahagia dengan dia!?" ucap Vero dengan mata berkaca-kaca dan setetes airmata jatuh ke pipinya. Hati Brian terasa seperti teriris melihat wanita dihadapannya meneteskan airmata.
" Jangan menangis, Vero! Kamu tahu aku sangat benci saat melihatmu menangis!" ucap Brian. Vero merasa Brian berubah, Brian yang dulu selalu memeluknya jika dia bersedih, tapi sekarang dia hanya menghiburnya dengan kata-kata.
" Bastard!"
Bug! Sebuah tinju yang keras mendarat mulus ke pipi Brian, Brian yang tidak menyangka akan mendapat serangan seperti itu, terjatuh dari kursinya dengan sudut bibir pecah mengeluarkan darah. Saat orang itu akan memukul Brian lagi yang akan berdiri, Danis menahannya.
" Leon! What are you doing? Are you crazy?" teriak Vero.
" Yes, I am! Apa dia pria yang sangat kamu rindukan tiap malam?" balas Leon marah.
" Dia sudah menikah! Dasar pria bodoh!" teriak Vero lagi.
" Kasihan sekali kamu, sayang! He's a merried man now!" ucap Leon tersenyum sinis menyindir Vero.
" Tolong bawa pria ini pergi!" ucap Danis saat security Resto datang.
" Let me go! I am her husband!" teriak Leon.
" Bawa dia, Pak!" ucap Vero pada kedua security.
" Sarah! I love you so much! Sarah!" teriak Leon saat dibawa pergi oleh security Resto.
" Maafkan dia, Dan! Dia memang sedikit gila!" ucap Vero.
" Sudahlah! Aku harus pergi! Kita bertemu lagi lain kali!" ucap Brian sambil meraih ponselnya di atas meja.
" Iya! Pasti!" jawab Vero senang.
" Vero!" panggil Brian lagi.
" Ya?" jawab Vero.
" Jika dia membuatmu sedih, tinggalkan saja! Hapus air matamu!" kata Brian. Vero tidak menjawab, dia hanya menatap nanar kepada Brian.
" Aku pergi! Hubungi aku jika kamu membutuhkan sesuatu!" kata Brian kemudian meninggalkan Vero sendiri. Jika aku meninggalkan dia, apakah kamu mau bersamaku lagi, Danny? Kamu tidak lagi mengecup pipiku seperti biasanya, Dan! Kamu telah berubah! batin Vero sedih.
" Apa kita perlu ke RS, Bos?" tanya Danis.
" Tidak perlu! Kita kembali ke kantor saja!" ucap Brian.
" Nyo...!" Danis mengurungkan niatnya untuk menanyakan Nyonyanya. Brian sebenarnya sangat khawatir pada Fatma, tapi egonya saat ini lebih menguasainya. Brian bekerja di kantor hingga jam 9 malam, lalu dia pulang ke apartementnya. Dilihatnya istrinya tertidur di depan televisi, Brian bermaksud mengabaikan Fatma, tapi tubuhnya tidak seiring dengan hatinya. Ditatapnya istri tercintanya, lalu diangkatnya Fatma ala bridal style menuju kamar mereka.
" Kamu sudah pulang?" tanya Fatma yang terbangun saat Brian meletakkannya di atas ranjang.
" Hmm!" jawab Brian.
" Apakah kamu marah?" tanya Fatma sambil menarik pelan tangan suaminya saat dilihatnya Brian akan menjauh. Brian sedikit kaget melihat keberanian istrinya menyentuhnya terlebih dahulu apalagi sambil menarik tangannya.
" Aku mau mandi!" jawab Brian kemudian melepas pegangan istrinya dan masuk ke dalam kamar mandi. Fatma duduk di atas ranjang lalu meraih ponselnya, dia menekan nama seseorang dan berbicara dengannya. Beberapa saat kemudian Fatma mematikan telponnya dan masuk ke dalam kamar mandi, dia masuk ke dalam walk in closet dan meraih sebuah lingerie dengan dada berdebar. Astaghfirullah! Aku tidak pernah memakai pakaian seperti ini! Bahkan membayangkan memakai pakaian inipun tidak terbayang dipikiranku! batin Fatma. Jantungnya berdebar kencang, dilihatnya pakaian kurang bahan tersebut dengan bahan transparan, sangat-sangat transparan di beberapa bagian. Dengan gemetar Fatma membuka khimar dan longdressnya. Dia menatap kearah kaca dan menatap dirinya yang telah berganti dengan lingerie. Demi mendapatkan fadhilah dari Allah, dia berpikir sudah waktunya dia memberikan apa yang menjadi hak dari suaminya. Kali ini dia yang harus mengambil inisiatif, karena selain ingin mendapat kemulyaan, dia ingin menebus kesalahannya karena tidak patuh dan membuat suaminya marah. Fatma merasa suaminya telah selesai mandi, dengan cepat Fatma keluar dan menutup walk in closetnya lalu naik ke ranjang dan berbaring. Brian keluar dari kamar mandi dengan memakai kaos dan celana tidur panjang. Dilihatnya istrinya telah tertidur dengan menutup tubuhnya memakai selimut hingga sebatas leher. Apakah Ac diruangan ini sangat dingin? batin Brian. Lalu dia duduk di pinggir ranjang dan meraih remote Ac yang terdapat di atas nakas, suhunya seperti biasa! Kenapa dia menutup tubuhnya? Ah, mungkin dia kesal karena aku mengabaikannya! batin Brian. Kemudian dia meletakkan remote tersebut dan masuk ke dalam selimut dengan membelakangi istrinya. Brian memejamkan matanya perlahan, dia merasa kaget saat sebuah tangan melingkar dipinggangnya beberapa saat kemudian. Brian tidak bergeming, dia ingin tahu apa yang akan dilakukan istrinya. Tiba-tiba tubuhnya ditarik oleh Fatma dan membuat Brian tidur dengan terlentang. Ya Allah, aku malu sekali! batin Fatma. Fatma menatap suaminya yang melotot melihat tingkahnya.
" Yan! Maaf!" ucap Fatma sambil memainkan jarinya di dada suaminya. Fatma melihatnya disebuah film barat romantis. Dada Fatma berdegub kencang dan wajahnya merona merah. Brianpun merasa jantungnya berdetak dengan cepat, dia melihat istrinya lalu sekali lagi kaget melihat pakaian istrinya.
" Turun!" ucap Brian.
" A...apa?" tanya Fatma gugup. Dia malu jika harus berdiri memakai lingerie di depan Brian.
" Cepat!" ucap Brian lagi. Dengan perlahan, Fatma turun dari ranjang dan berdiri membelakangi Brian.
" Hadap sini!" ucap Brian.
" Yan!" rengek Fatma malu.
" Cepat!" ucap Brian tegas. Perlahan Fatma memutar tubuhnya dengan perasaan bercampur aduk. Ditutupnya wajahnya dengan tangan kanannya dan ditutupnya dadanya dengan tangan kirinya kemudian kedua kakinya disilangkan. Brian tercengang melihat keindahan tubuh istrinya, sesuatu pada tubuhnya bereaksi seketika. Subhanallahu! Trima kasih Yaa Allah atas bidadari yang Kau kirimkan untukku! batin Brian. Lalu dia turun dari ranjangnya dan mendekati Fatma. Dipeluknya istrinya yang sepertinya sengaja menggodanya. Fatma terkejut mendapat pelukan dari Brian.
" Apa Nyonya Manaf berusaha menggoda dan merayu suaminya?" tanya Brian sambil meletakkan dagunya diceruk leher istrinya. Hembusan nafas Brian menyentuh kulit leher Fatma, tubuh Fatma seketika menumbuhkan gelenyar aneh.
" Kamu sangat cantik , sayang!" puji Brian. Fatma tersipu malu menempelkan kepalanya ke dada bidang Brian.