Chereads / Terang Dalam Gelapku / Chapter 64 - K e c e w a (2)

Chapter 64 - K e c e w a (2)

Ya! Semua hanya masa lalu! Sekarang dia sangat mencintaiku dan aku juga! Tapi apa arti sebuah perkawinan tanpa seorang anak? batin Fatma. Brian menghentikan langkahnya dan membuat Fatma terkejut.

" Maaf! Apa aku menyakiti hatimu?" tanya Brian. Fatma menggelengkan kepalanya.

" Tidak apa-apa!" jawab Fatma bohong.

" Tidak! Matamu tidak bisa berbohong, Qolbi!" kata Brian.

" Please! Forgive me! I love you! Anna Uhubbika!" kata Brian. Entah kenapa Fatma langsung terlena saat Brian mengatakan cintanya seperti itu. Lalu Brian mengecup punggung tangan Fatma dan memeluknya sambil mengecup keningnya. Tanpa mereka sadari, beberapa mata menatap mereka dengan terharu dan iri.

" Ehmm!" Ustadzah Chusnul berdehem di belakan para Asatidz, seketika mereka bubar dan masuk ke kelasnya masing-masing untuk mengajar.

" Assalamu'alaikum, Ustadzah!" sapa Ust. Chusnul.

" Wa'alaikumsalam!" jawab Fatma dan Brian bersamaan.

" Ustadzah Chusnul!" ucap Fatma.

" Apa Ustadzah tidak masuk ke kelas?" tanya Ust. Chusnul.

" Saya bermaksud pamit, Ustadzah!" kata Fatma sedih.

" Maksud Ustadzah?" tanya Ust. Chusnul.

" Saya hari ini akan resign, Ust! Saya kesini mau pamit sama Ustadz Harun dan semua asatidz.

" Ustadzah Zahirah? Ustadzah serius?" tanya Ust. Chusnul kaget.

" Iya, Ustadzah! O, ya, kenalkan ini suami saya! Ustadzah pasti sudah kenal!" kata Fatma. Ust. Chusnul sedikit terkejut, ternyata orang yang pernah terlibat secara emosi dengan Ustadz Harun karena Fatma, saat ini telah benar-benar menjadi suami Fatma. Sungguh pria yang beruntung! Dengan reputasinya yang kata orang dia seorang playboy, dia benar-benar beruntung bisa membuat Fatma menjadi istrinya! batin Ust. Chusnul.

" Pak Brian! Selamat! Semoga menjadi keluarga sakinah, mawwadah, warohmah!" ucap Ust. Chusnul menangkup kedua tangannya di depan dada.

" Trima kasih, ustadzah!" jawab Brian memganggukkan kepalanya.

" Kalo begitu saya permisi mau ke ruangan Ustadz Harun dulu!" kata Fatma.

" Iya! Silahkan!" jawab Ust. Chusnul.

" Assalamualaikum!" pamit Fatma.

" Wa'alaikumsalam!" jawab Ust. Chusnul. Fatma tersenyum pada Ust. Chusnul lalu menatap suaminya dengan wajah sedih dan Brian menangkap hal itu. Dia sangat menyesal telah membuat istrinya sedih, tidak seharusnya dia melakukan itu. Fatma berjalan gontai menuju ke kantor Harun, Brian menangkap tangannya lalu menggenggamnya. Fatma hanya terdiam dan membiarkan Brian menggenggam tangannya.

Tok! Tok! Brian mengetuk pintu ruangan Harun. Tidak ada jawaban. Tok! Tok! Sekali lagi Brian mengetuk pintu.

" Assalamu'alaikum, Ustadzah Zahirah!" sapa seseorang.

" Ustadzah Nurul! Wa'alaikumsalam!" jawab Fatma diikuti Brian.

" Apa ustadzah mencari Kak Harun?" tanya Nurul.

" Iya! Apa beliau ada?" tanya Fatma.

" Kak Harun lagi ke pesantren, ada urusan disana!" kata Nurul.

" Bagaimana?" tanya Fatma pada Brian.

" Pamit sama yang ada disini saja!" jawab Brian.

" Pamit? Ustadzah mau pergi?" tanya Nurul.

" Kenalkan, Ustadzah! Ini suami saya!" kata Fatma. Nurul sangat terkejut mendengar ucapan Fatma, dia tidak menysngks jiks orang yang telah menghancurkan karir kakaknya adalah suami Fatma.

" Kamu bercanda'kan, Us?" tanya Nurul dan membuat Brian merasa tersinggung dibuatnya. Fatma memegang erat tangan Brian saat dia tahu jika suaminya akan bicara.

" Tidak, Us! Saya serius! Kami sudah menikah beberapa bulan yang lalu!" kata Fatma. Nurul hanya diam saja tanpa memberikan ucapan selamat ataupun do'a. Dia khawatir jika kakaknya akan patah hati untuk yang kedua kalinya. Padahal dia sangat ingin Fatma menikah dengan kakaknya dan menjadi kakak iparnya.

" Ustadzah Nurul!" panggil Fatma.

" Eh! Iya! Nanti akan saya sampaikan pada Kakakku jika Ustadzah pamit!" kata Nurul sedih.

" Kalau begitu saya pergi menemui Ustadzah Chusnul dulu!" kata Fatma.

" Iya! Saya juga mau ke UKS!" kata Nurul.

" Assalamu'alaikum!" salam Fatma.

" Wa'alaikumsalam!" jawab Nurul. Kemudian Fatma berjalan bersama Brian dengan tangan masih di genggam suaminya dengan posesif. Huh! Kayak truck aja! batin Nurul. Biar gantengnya selangit kalo jahat, buat apa? Ngapain juga Zahirah mau nikah sama dia? Kena pelet kali! Astaghfirullah! batin Nurul sebel.

" Sangat tidak sopan sekali! Apa seperti itu adik Harun itu?" gerutu Brian.

" Dia hanya kaget saja!" jawab Fatma.

" DIa nggak suka jika aku menikah denganmu, Qolbi! Dia maunya kamu nikah dengan Harun!" tutur Brian sebel.

" Sudah, ya! Nggak baik berprasangka kepada orang!" kata Fatma lagi.

" Apa kamu berusaha membela dia?" kata Brian marah.

" Habib! Apa dengan adanya aku disisimu seperti ini, masih terasa kurang?" tanya Fatma sambil menghentikan langkahnya dan menatap wajah suaminya. Brian terdiam, dia tahu jika istrinya pasti sebel melihat sikapnya.

" Tuan Brian Daniel Manaf! Apa kurang?" tanya Fatma sedikit marah.

" Tidak!" jawab Brian pelan sambil menunduk. Fatma rasanya ingin marah tapi merasa lucu karena tingkah suaminya yang seakan takut padanya. Kamu memang harus diberi pelajaran sekali-sekali, Habib! batin Fatma.

" Apa kita akan pamit?" tanya Brian tanpa melihat istrinya, Fatma ingin sekali tertawa saat ini, tapi ditahannya. Dia sangat menyukai wajah lucu suaminya yang merajuk seperti itu. Hilang sudah kesan keras dan menakutkan di wajah suaminya jika seperti itu. Yang ada hanya wajah lucu dan menggemaskan saja.

" Ayo!" kata Fatma masih berusaha menahan tawanya. Fatma kali ini yang menarik genggaman tangan Brian dan membuat Brian tersenyum bahagia. Istriku tidak marah lagi! batin Brian.

Fatma akhirnya pamit pada semua penghuni sekolah tersebut dengan perasaan sedih. Baru juga dia mengajar disitu, dia harus meninggalkan sekolah yang telah membuatnya senang karena anak-anak yang ada didalamnya.

" Apa kamu sedih?" tanya Brian.

" Sedikit!" jawab Fatma.

" Apa karena tidak bisa bertemu Harun lagi?" tanya Brian datar.

" Tidak!" jawab Fatma.

" Apa..."

" Aku capek!" kata Fatma memotong ucapan Brian lalu memejamkan matanya. Brian jadi kesal tapi tidak berani berbuat apa-apa karena Fatma adalah segalanya baginya.

" Apa? Kapan?" tanya Harun saat dia kembali ke sekolah dan bertemu dengan Nurul.

" Tadi pagi!" jawab Nurul.

" Kenapa lo nggak telpon gue?" tanya Harun.

" Gue shock, kak!" kata Nurul.

" Kenapa?" tanya Harun.

" Masa iya, Zahirah nikah sama orang yang bikin lo gini!" kata Nurul.

" Namanya juga jodoh, Nur!" kata Harun pelan, hatinya patah dan kecewa karena kesempatan sekedar untuk berdekatan dengan Fatma telah hilang.

" Tapi dia itu jahat, kak! Gue takut Zahirah kenapa-kenapa!" kata Nurul.

" Dia tidak akan kenapa-kenapa! Karena Zahirah bukan gadis sembarangan!" jawab Harun.

Brian sampai di kantornya, dia kemudian akan menggendong istrinya saat wanita itu terbangun.

" Aku bisa jalan sendiri!" kata Fatma, lalu dia keluar dari mobil.

" Kita dimana? Bukannya kamu akan mengantarku pulang?" tanya Fatma.

" Kita dikantorku, Qolbi! Kamu lupa? Jika kita akan memberitahu publik tentang pernikahan kita?" tanya Brian.

" Iya, aku ingat! Tapi apa harus sekarang?" tanya Fatma.

" Iya, Qolbi! Harus!" jawab Brian. Fatma pasrah saja saat suaminya menggandengnya dengan puluhan mata menatap mereka. Mereka bertanya-tanya, siapa wanita berhijab yang dibawa oleh Bosnya. Setelah sampai di lobby, Brian berhenti dan menghadap ke pintu masuk.

" Perhatian semua! Bahwasannya wanita yang ada disamping saya adalah istri sah saya!..." kata Brian dengan semangat, seketika semua yang mendengar langsung kaget dan tidak percaya. Beberapa ada yang senang, beberapa ada yang sedih karena merasa peluang mendekati Bosnya sudah tidak ada lagi.