Fatma menyentuh rambut Brian yang menjuntai didahinya dengan senyum manisnya. Brian membalas senyuman istrinya dengan tatapan penuh kehangatan. Danis tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, seorang Brian Daniel Manaf sangat lemah lembut pada wanita.
" Kita pergi?" tanya Fatma.
" Ayo!" jawab Brian. Kemudian mereka meninggalkan apartement dan menuju ke sekolah Fatma.
" Qolbi!" panggil Brian.
" Ya?" jawab Fatma menatap wajah suaminya.
" Jangan melihat ke Harun nanti!" ucap Brian.
" Iya! Aku hanya akan melihat suamiku!" jawab Fatma tersenyum. Brian tersenyum pada istrinya. Danis hampir saja menabrak mobil lain saat melihat sikap dan wajah Bosnya.
" Astaghfirullahaladzim!" teriak Fatma.
" Apa kamu mau aku kirim ke Papua?" ucap Brian marah.
" Maaf, Bos! Tadi soalnya saya pikir saya melihat kucing di depan!" kata Danis takut.
" Sudah, Habib! Danis sudah minta maaf, dia kan tidak sengaja!" kata Fatma mendinginkan suhu hati suaminya.
" Jangan selalu membela dia, bisa besar kepala dia!" kata Brian, dia tidak senang karena istrinya perhatian pada pria lain.
" Iya! Aku akan diam saja!" ucap Fatma sebel.
" Qolbi! Aku hanya tidak suka kamu memberikan perhatian pada laki-laki lain selain aku!" rengek Brian. Danis serasa ingin muntah mendengar rengekan dan sikap Bosnya yang posesif, sangat bertolak belakang dengan dirinya dulu, sebelum menikah dan saat diluar.
" Astaghfirullah, Habib! Apa perkataanku semalam masih kurang jelas? Harus bagaimana lagi aku membuktikan semuanya?" ucap Fatma tidak percaya. Suaminya itu masih saja ragu akan dirinya.
" Maafkan aku, Qolbi! Aku..."
" Saranghae..aishiteru..ikh libe dikh..seni seviyorum..Chan rak khun..Wo ai ni..Ti amo!" ucap Fatma sambil menangkup wajah Brian dan Brianpun juga begitu.
" Ana..Uhibbuki !" ucap Fatma penuh perasaan. Brian menyesap bibir istrinya hingga dalam. Fatma yang mendapat perlakuan seperti itu merasa kaget tapi tubuhnya sangat menerima ciuman itu. Segera Danis menaikkan dinding penyekat di bagian tengah mobil Dasar pasangan mabok! Nggak nyadar apa kalo disini ada jomblo! Main sosor aja! Sebel banget! batin Danis yang fokus melihat kedepan walau hatinya dan telinganya ternoda. Ciuman sedikit panas itu terhenti saat si wanita kekurangan oksigen dalam tubuhnya. Kening mereka bersatu, wajah Fatma merona merah, dia belum pernah melakukan ini diluar kamarnya.
" Ana Uhibbuka! Sangat-sangat mencintaimu!" jawab Brian.
" Habib! Malu, ada Danis!" bisik Brian.
" Dia tidak melihat!" jawab Brian. Fatma menghapus lipstik yang menempel dibibir suaminya dan memperbaiki lipstiknya. Brian tidak pernah bosan mengagumi sosok istrinya itu.
" Darimana kamu belajar banyak bahasa cinta?" tanya Brian. Fatma sudah menduga jika suaminya akan menanyakan itu.
" Aku beberapa hari yang lalu membacanya digoogle lalu menghapalnya, demi mengatakan pada suamiku yang tampan ini!" jawab Fatma. Brian mengecup punggung tangan istrinya yang selalu digenggamnya.
" Thank you!" ucap Brian.
" What for?" tanya Fatma
" For loving me! For not see my past! And for always trusting me!" jawab Brian.
" You welcome, Habib!" balas Fatma.
" Sebentar lagi kita akan sampai, Bos!" ucap Danis pada microphone yang terhubung di kursi belakang.
" Kamu siap untuk memberikan mereka kejutan?" tanya Brian.
" Ins Yaa Allah! Bismillah!" jawab Fatma mantap.
" Buka!" jawab Brian. Kemudian Danis menyentuh sebuah tuts bergambar layar di keyboard yang ada di layar pada dashboard. Perlahan sekat mobil tersebut turun ke bawah. Mobil memasuki area sekolah dan berhenti di parkiran. Danis keluar dari dalam mobil dan membukakan pintu untuk Bosnya lalu pada Nyonya Bos. Brian keluar dari mobilnya disusul dengan Fatma, lalu Brian mendekati Fatma dan menggenggam tangannya.
" Ustadzah Zahirahhhhhh!" teriak beberapa siswa yang memanggil Fatma lalu berlari memeluk kaki Fatma dan menyebabkan pegangan tangan Brian terlepas karena Fatma memegang tubuh mereka. Brian tampak tidak suka karena genggaman tangannya terlepas, dia akan menarik Fatma saat Danis menahannya.
" Maaf, Bos! Mereka masih kecil dan hanya merindukan gurunya! Sebaiknya Bos tidak berbuat sesuatu yang bisa mempermalukan Nyonya!" bisik Danis. Brian menggeretakkan gerahamnya akibat tingkah Danis yang berani menahannya, tapi Danis tidak perduli, karena Nyonya Bos pasti membelanya.
" Aku akan memberikanmu hukuman nanti!" jawab Brian.
" Assalamu'alaikum!" ucap Fatma dengan senyum merekahnya.
" Wa'alaikumsalammm!" jawab mereka semua. Brian sedih karena Fatma telah melupakannya akibat kelima anak itu.
" Ustadzah, kok sering nggak masuk? Aira kangen sama Ustadzah!" ucap Aira.
" Iya! Khanza juga kangen!" sahut Khanza.
" Iya, kita semua kangennn!" ucap mereka semua. Fatma mengusap wajah dan kepala mereka satu-persatu.
" Maaf! Ustadzah baru saja menikah, ayo, Ustadzah kenalkan dengan suami Ustadzah!" jawab Fatma lalu melihat ke arah Brian, dia kaget karena suaminya itu memperlihatkan wajah penuh dengan amarah. Apakah dia tidak menyukai anak-anak? Apa dia membenci mereka? Lalu...apa dia tidak ingin memiliki keturunan? batin Fatma sedih.
" Habib!" panggil Fatma. Brian menatap istrinya dengan tatapan tajam dan berjalan mendekati Fatma.
" Hmm!" jawab Brian. Anak-anak bersembunyi di belakang Fatma semuanya, mereka takut melihat wajah datar Brian yang menyimpan amarah.
" Anak-anak, ini suami Ustadzah! Namanya Pak Brian! Kasih salam sama Pak Brian!" tutur Fatma lembut.
" Assalamu'alaikum Pak Briannnn!" kata mereka pelan.
" Habib?" tukas Fatma yang melihat Brian hanya diam saja.
" Wa'alaikumsalam!" jawab Brian datar.
" Ustadzah! Kami masuk ke kelas dulu!" ucap Khanza.
" Iya, Us!" sahut Aira.
" Iya! Kalina belajar yang sungguh-sungguh, ya! Patuh kepada Asatidz! Semoga kalian sukses selalu! Aamiin!" pesan Fatma.
" Aamiinnnn!" jawab mereka semua.
" Assalamu'alaikum!" salam mereka.
" Wa'alaikumsalam!" jawab Fatma sambil melihat mereka pergi ke kelasnya. Fatma kemudian melihat ke arah suaminya, dia merasa kecewa dengan sikap Brian.
" Apa kamu tidak suka anak-anak?" tanya Fatma tiba-tiba. Brian mengerutkan dahinya, dia tidak mengerti kenapa istrinya menanyakan itu.
" Kenapa kamu bertanya seperti itu? Aku tidak suka jika ada yang mengabaikanku! Terutama istriku!" jawab Brian. fatma kecewa dengan jawaban Brian. Secara tidak langsung dia merasa jika Brian memang tidak menyukai anak-anak. Ya Allah! Apakah aku tidak akan memiliki keturunan sampai kapanpun? batin Fatma. Dia teringat saat Wardi mengatakan Brian selalu memakai pengaman saat berhubungan dengan wanitanya dulu, karena itu tidak ada yang meminta pertanggung jawaban padanya.
" Apa suamiku sering pergi bersama wanita?" tanya Fatma saat Wardi mengantarnya. Wardi tersenyum smirk. Ini kesempatan gue! batin Wardi.
" Iya, Nyonya!" jawab Wardi. Deg! Dada Fatma seakan terhenti mendengar jawaban Wardi, dia terdiam sesaat.
" Apakah wanita yang sama?" tanya Fatma khawatir jika apa yang dia pikirkan sama dengan apa yang akan Wardi katakan.
" Tidak, Nyonya!" jawab Wardi.
" Darimana bapak tahu?" tanya Fatma cepat.
" Karena saya yang mengantar dan menjemput mereka, Nyonya!" jawab Wardi. Fatma ingin menangis rasanya, pikirannya mengembara membayangkan suaminya berada diatas ranjang dengan wanita lain.
" Apa...mereka...tidur dikamarnya?" tanya Fatma terbata.
" Jika Tuan menyukai, dia akan dibawa kesana! Tapi jika tidak, hanya ke Hotel saja!" jawab Wardi, dia tertawa dalam hati dan merasa puas. Mampus lo! batin Wardi.
" Tapi Nyonya nggak usah kuatair, mereka tidak akan hamil, karena Tuan selalu memakai kondom dan dia tidak suka anak-anak!" tambah Wardi. Blarrrr! Semakin lengkap sakit hati Fatma. Tanpa terasa airmatanya lolos di sudut matanya.
" Tapi itukan masa lalu, Nyonya! Saya lihat Tuan mencintai Nyonya!" kata Wardi basa-basi.
" bermaksud menggunakan kondom