" Kapan kamu akan menikah?" tanya Abinya.
" Menunggu kasus dia selesai, Bi!" kata Fatma.
" Kapan itu?" tanya Umminya.
" Entahlah, Ummi! Kita berdo'a saja secepatnya akan selesai!" jawab Fatma.
" Apa kamu yakin dia tidak bersalah?" tanya Ummi lagi.
" Ins Yaa Allah, iya, Ummi!" jawab Fatma tegas.
" Jika memang kamu memiliki keyakinan, jangan sampai tergoyahkan dan tetaplah berdo'a!" kata Umminya dengan tersenyum.
" Ummi!?' ucap Fatma memeluk Umminya dengan mata berkaca-kaca.
" Apa? Kamu pikir Ummi tidak suka dengan hubunganmu dengan suamimu?" tanya Ummi menangkup wajah anak gadisnya. Fatma menganggukkan kepalanya.
" Anak nakal! Bagaimana Ummi tidak suka dengan suami anak gadis Ummi yang semata wayang ini? Ummi selalu yakin dengan pilihan kamu!" tutur Umminya dan membuat Fatma menangis karena bahagia. Fatma kembali ke kamarnya setelah pembicaraan dengan kedua orang tuanya, dia meraih ponselnya dan menekan nama DIA dia ponselnya.
-" Halo!" -
" Assalamu'alaikum!"
- " Wa'alaikumsalam!" -
" Apa kamu sudah makan?"
- " Sudah!" -
" Alahamdulillah!"
- " Apa jawabanmu. Za?" -
" Sudah minum obat?"
- " Sudah! Jangan membuatku takut, Za!" -
" Kenapa kamu takut?"
- " Aku takut dengan jawabanmu!" -
" Apa kamu sudah mempersiapkan semua surat-surat kita?"
- " Sudah,Za! Tinggal kamu bilang kapan, penghulu akan datang kemanapun kamu mau!" -
" Kapan kamu sidang pertama?"
- " Besok!" -
" Kamu bilang lusa!"
- " Pengadilan mempercepat kasus ini!" -
" Kenapa?"
- " Entahlah!" -
" Datanglah setelah kamu bebas!"
- " Apa? Kamu serius?" -
" Iya! Aku siap kapanpun kamu bebas!"
- " Terima kasih! Aku mencintaimu Fatimah Zahirah Fayyad!" -
" jangan lupa shalat! Assalamu'alaikum!"
- " Iya! Wa'alaikumsalam!" -
Fatma menutup panggilannya, dadanya berdebar sangat kencang saat suaminya menyatakan cintanya. Sementara itu di apartementnya, Brian tertawa lepas dan sangat bahagia karena istrinya telah menerimanya.
Keesokan harinya Brian dijemput pihak kejaksaan untuk melakukan sidang perdana. Nabil tidak hentinya meminta Fatma untuk kembali padanya, tapi Ftama tidak pernah menghiraukannya.
" Aku mau kamu menempatkan orang untuk menjaga istriku tanpa sepengetahuan dia!" kata Brian pada Danis.
" Siap, Bos!" jawab Danis.
" Awasi Nabil!" kata Brian.
" Baik, Bos!" jawab Danis lagi.
Sementara Brian harus menjalani harinya di penjara dan pengadilan, Fatma bekerja seperti biasa seakan tidak ada masalah apa-apa. Ditiap do'anya Fatma selalu memohon untuk kelancaran dan kebebasan suaminya. Sama seperti Fatma, Brian tidak pernah melewatkan shalat lima waktunya dan selalu berdo'a untuk keluarganya. Brian memang berhasil meredam berita tentang dirinya hingga tidak ada keluarganya yang tahu. Mereka tahunya jika Brian prgi keluar negeri mengurus bisnisnya.
Pagi itu setelah melalui beberapa kali persidangan, akhirnya Hakim memberikan keputusannya :
" Memutuskan sebagai berikut.. 1. menyatakan terdakwa Brian Daniel Manaf tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindakan pidana sebagaimana didakwakan padanya.. 2. Membebaskan terdakwa tersebut dari segala dakwaan...."
Brian yang diputuskan oleh pengadilan menyatakan jika dia bebas dari segala tuntutan. Mereka telah menangkap Rino dan Noval saat mereka akan naik pesawat menuju luar negeri dengan bantuan Danis dan anak buah Brian lainnya. Brian sangat bersyukur pada Allah SWT karena do'anya dikabulkan. Setelah dibebaskan, Brian langsung menyuruh Danis mempersiapkan semuanya.
Fatma pulang dari mengajar jam 1 siang, dia pulang dijemput oleh Wardi.
" Trima kasih Pak Wardi!" kata Fatma.
" Sama-sama, Nyonya!" jawab Wardi. Fatma melangkahkan kakinya ke dalam rumah, betapa terkejutnya Fatma saat dilihatnya banyak orang di dalam rumah.
" Assalamu'alaikum!" sapa Fatma.
" Wa'alaikumsalam!" jawab semuanya.
" Abi? Ummi? Ada apa ini, ya?" tanya Fatma heran.
" Zahirah!" sapa seorang pria yang keluar dari dalam rumah.
" Kamu?" ucap Fatma berkaca-kaca, dia tidak menyangka jika suaminya ada disini, dirumahnya.
" Apa kamu..."" Iya, Za! Aku sudah bebas! Aku menagih janjimu!" jawab Brian tersenyum tipis.
" Abi?" kata Fatma melihat Abinya dengan matanya yang berkaca-kaca.
" Ummi!" kata Abi pada istrinya. Ummi berdiri dan membawa anaknya masuk ke dalam kamarnya, sementara Brian duduk di ruang tamu untuk mengucap ijab kabul.
" Saya terima nikah dan kawinnya Fatimah Zahirah Fayyad Binti Azzam Fayyad dengan mas kawin sebuah cincin berlian 26 karat dibayar...Tunai!" ucap Brian dengan yakin dan tegas.
" Sah?" tanya penghulu.
" Sah!" jawab semua yang hadir. Lalu Fatma dibawa keluar oleh Umminya dengan telah berganti pakaian kebaya putih dengan khimar putihnya. Brian tercengang melihat Fatma, dia terlihat cantik walau tertunduk.
" Abi serahkan sepenuhnya Fatma padamu, Brian! Jaga dan bahagiakan dia, jangan pernah menyakiti apalagi melakukan kekerasan padanya!" pesan Abi Fatma.
" Ins Yaa Allah, Bi! Aku berjanji!" jawab Brian. Lalu Fatma diserahkan pada Brian dan Fatma mencium punggung tangan Brian lalu Brian mengecup kening istrinya tersebut dengan lembut. Fatma tersipu malu, dadanya berdebar keras menyadari jika dia telah sah menjadi istri Brian.
" Ini mama, Za! Ma, ini menantu mama!" ucap Brian memperkenalkan mamanya pada Fatma.
" Assalamu'alaikum!" sapa Fatma, Iris tersenyum melihat menantunya yang sopan dan lembut.
" Wa'alaikumsalam! Maaf mama harus duduk di kursi roda!" kata Iris.
" Tidak apa-apa, ma! Mama sedang sakit, maafkan saya yang belum sempat menjenguk mama!" jawab Fatma menyesal.
" Sudahlah! Do'akan saja mama cepet sembuh biar bisa menggendong cucu lagi!" kata Iris. Spontan saja wajah Fatma merona seperti kepiting rebus mendengar perkataan ibu mertuanya.
" Ini papaku! Pa, istriku!" kata Brian. Fahmi tersenyum tipis pada Fatma.
" Semoga kalian bahagia!" kata Fahmi.
" Trima kasih, Om!" jawab Fatma.
" Kok, Om? Papa, dong!" kata Iris.
" Iya,,,ma!" jawab Fatma gugup. Mereka lalu menikmati hidangan yang tersedia di ruang makan rumah Fatma. Kebetulan yang ada disitu hanya Abi, Ummi, Rania, Iris, Fahmi dan ketua RT serta RW saja sebagai saksi.
" Saya pamit, Pak Azzam!" kata Penghulu nikah.
" Silahkan Ustadz! Trima kasih atas waktunya!" kata Azzam.
" Sama-sama! Sudah kewajiban saya!" jawab penghulu tersebut.
" Kami juga pamit pulang, Ustadz!" kata Pak RT dan Pak RW.
" Kok, cepet-cepet, Pak?" tanya Azzam.
" Iya! Ada urusan lain lagi!" jawab Pak RW.
" Saya juga!" sahut Pak RT.
" Baiklah kalo begitu! Trima kasih, Pak! Atas waktunya!" kata Azzam.
" Sama-sama, Ustadz!" jawab mereka bersamaan.
" Assalamu'alaikum!" kata mereka lagi.
" Wa'alaikumsalam!" jawab Azzam. Setelah semua pulang, Fahmi mendekati Azzam yang berdiri di pintu.
" Kami juga mau pamit, Ustadz!" kata Fahmi.
" Ah, Mas Fahmi jangan panggil saya Ustadz! Paggil saja nama saya!" kata Azzam merendahkan diri.
" Kalo begitu Mas Azzam saja!" jawab Fahmi.
" Boleh!" jawab Azzam.
" Ayo, ma!" ajak Fahmi diikuti anggukan Iris.
" Saya pamit dulu ya, mbak!" kata Iris.
" Iya, mbak! Cepet sembuh, ya!" jawab Salma.
" Aamiin!" jawab Iris dan Brian bersamaan. Brian mendorong kursi roda mamanya mendekati papanya, lalu mereka masuk ke dalam mobil yang sudah siap di depan pintu rumah Azzam.
" Assalamu'alaikum!" salam Fahmi.
" Wa'alaikumsalam!" jawab mereka berempat.
" Abi! Ummi!" panggil Brian.
" Ya?" jawab mereka berdua.
" Saya minta izin membawa Zahirah ke apartement saya!" kata Brian, Fatma terkejut mendengar ucapan Brian, begitu juga Umminya.
" Fatma adalah istri kamu sekarang! Dia harus mengikuti kamu kemanapun kamu pergi!" kata Azzam.
" Apa harus secepat itu, Nak?" tanya Salma dengan wajah sedih.
" Maaf, Ummi! Saya besok harus langsung bekerja karena ada kasus semua jadi terbengkalai! Dan semua dokumen saya ada di apartement!" kata Brian tidak enak.
" Ummi! Brian berhak membawa Fatma!" kata Azzam.