Brian memasuki gedung apartement dan naik ke Top Floor dengan tergesa-gesa, karena hari telah larut.
" Aku akan menelponnya saat akan berangkat!" kata Brian ambigu. Dia masuk ke dalam apartementnya dan menuju ke dalam kamarnya. Brian melepas semua pakaiannya dan masuk ke dalam kamar mandi. Setelah beberapa lama, dia mengeringkan tubuhnya dan keluar dari kamar mandi. Dinyalakannya lampu kamarnya karena dia berniat mengambil pakaian yang ada di sofa.
" Aaaaaaa!" tiba-tiba terdengar teriakan seseorang yang ada di belakangnya. Brian terkejut dan segera memutar tubuhnya.
" Zahirah?" ucap Brian kaget.
" Kenapa kamu berkeliaran tanpa pakaian?" teriak Fatma dengan wajah yang ditutup dengan kedua tangannya. Dia terkejut melihat Brian yang berdiri membelakanginya dengan tubuh toples. Brian melihat dirinya sendiri, dia baru sadar jika dia dalam keadaan toples, segera dia berjalan masuk ke dalam kamar mandi dengan senyum tipisnya, lalu membuka walk in closednya dan mengambil kaos dan celana pendek. Setelah memakai pakaian tersebut, dia keluar dari walk in closed dan kamar mandi.
" Sudah! Aku sudah memakai pakaianku!" kata Brian yang melihat Fatma duduk di atas ranjang dengan masih menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Perlahan Fatma menurunkan kedua tangannya dan melihat ke arah Brian.
" Apa kamu selalu seperti itu?" tanya Fatma kesal.
" Tidak, Za! Aku tadi terburu-buru mau jemput kamu!" jawab Brian yang berjalan mendekati istrinya. Dada Fatma berdetak kencang melihat Brian yang berjalan ke arah ranjang dan mendekatinya, begitu juga dengan Brian yang merasakan jika tubuhnya saat ini sangat menginginkan istrimya itu.
" Maafkan aku yang tidak menjemputmu!" kata Brian.
" Apa kamu...bersama kekasihmu?" tanya Fatma pelan tapi sangat menusuk perasaan Brian. Ada apa lagi ini? Siapa yang meracuni pikiran istriku? batin Brian.
" Tentu saja tidak! Aku sangat mencintaimu melebihi apapun di dunia ini! Mana mungkin aku bersama wanita lain?" tutur Brian tegas.
" Kenapa kamu tidak pernah memberikanku kabar?" tanya Fatma sedih.
" Maafkan aku, Za! Aku benar-benar lupa jika aku telah menikah! Aku adalah orang yang sangat gila kerja, apalagi dengan situasi di perusahaan sekarang ini!" jawab Brian dengan cepat, dia tidak mau jika istri kecilnya itu bersedih. Fatma hanya diam sambil menundukkan kepalanya, dia sedih mengetahui jika suaminya lupa telah memiliki seorang istri.
" Apakah kamu akan lupa lagi?" tanya Fatma.
" Tidak, sa...Za! Aku janji aku tidak akan pernah melakukan itu lagi!" jawab Brian dengan wajah menyesal.
" Jangan berjanji jika kamu tidak bisa menepatinya!" kata Fatma, karena dia memiliki perasaan jika suaminya itu akan lupa lagi suatu saat.
" Ins Yaa Allah, tidak! Bantu aku jika aku melakukan kesalahan, karena aku belum pernah bersama seseorang dengan waktu yang lama hanya berdua saja!" tutur Brian.
" Ins Yaa Allah!" jawab Fatma. Mereka terdiam, Brian menatap Fatma dengan penuh cinta, apakah dia akan keberatan jika aku menginginkannya sekarang? batin Brian. Tubuh dan hatinya benar-benar sangat menginginkan Fatma saat ini.
" Apakah aku boleh membuka khimarmu?" tanya Brian pelan. Fatma tersentak mendengar permintaan suaminya. Dia tidak bisa bahkan tidak boleh menolak, karena Brian adalah suaminya sekarang ini.
" Aku ingin melihat kecantikan istriku!" kata Brian dengan suara beratnya tapi penuh kelembutan. Fatma yang duduk sambil memeluk lututnya hanya menganggukkan kepalanya pelan. Apa dia akan melakukannya sekarang? batin Fatma gugup. Brian mendekatkan tubuhnya ke arah Fatma, dadanya berdetak sangat kencang saat ini. Belum pernah dalam hidupnya dia mengalami hal seperti ini, Fatma telah membuat dia luluh lantah dengan kelembutan dan kepolosannya. Tangan Brian menyentuh ujung khimar Fatma dengan sedikit gemetar. Wanita di hadapannya ini seperti bidadari yang dikirim Allah padanya dalam dunia nyata. Dia sangat menghormati Fatma karena dia yakin dia belum pernah disentuh siapapun juga. Digulungnya khimar Fatma lalu dengan perlahan dia membukanya. Deg! Brian bisa melihat leher putih mulus dan jenjang milik Fatma dengan aroma lavender yang menyeruak masuk ke dalam hidung Brian. Jantung Brian semakin berdebar tak beraturan. Rambut Fatma masih terbungkus oleh sebuah ciput warna pink. Fatma semakin merasa malu setelah Brian membuka khimarnya, dia merasa telanjang di depan suaminya, karena seumur hidupnya dia tidak pernah melepas khimarnya di depan keluarganya apalagi orang lain. Brian meletakkan khimar Fatma di atas ranjang, lalu tangannya melepaskan ciput yang membungkus rambut Fatma. Rambut lurus dan hitam pekat itu terjatuh terurai dengan indah saat Brian melepaskan karet pengikatnya. Aroma pink lemonade pada rambut Fatma sekali lagi masuk ke dalam hidung Brian. Fatma semakin malu dan menundukkan kepalanya dan Brian menyadari sikap istrinya itu.
" Jika kamu belum siap, aku tidak akan memaksa!" kata Brian lalu dia mengambil sebuah bantal, menyalakan lampu nakas dan mematikan lampu kamarnya. Dengan perlahan dia berjalan menuju ke sofa. Fatma melihat sekilas suaminya itu lalu kembali menundukkan kepalanya. Dia sebenarnya merasa kasihan, tapi dia memang belum siap jika harus melayani Brian sekarang. Tidak lama kemudian terdengar dengkuran halus dari sofa, ternyata Brian telah tertidur akibat kelelahan. Fatmapun mengambil sebuah selimut dari dalam walk in closet dan menutupkannya pada Brian. Sofa itu tidak muat menampung tubuh Brian yang tinggi hingga harus menekuk lututnya. Maaf! batin Fatma sedih. Ya Allah ampuni dosaku karena aku belum bisa melayani suamiku! batin Fatma. Kemudian dia segera berjalan ke arah ranjang dan membaringkan tubuhnya hingga matanya terpejam.
Keesokan harinya Fatma bangun jam 3 kurang waktu subuh untuk menunaikan ibadah tengah malam, dia menyentuh lengan Brian dan menggoyangkannya dengan pelan.
" Brian! Bangun! Kita shalat Tahajjud!" kata Fatma. Brian tidak merespon sama sekali goyangan tangan Fatma.
" Brian!" panggil Fatma dengan sedikit keras menggoyang lengan suaminya.
" Hmmm?" sahut Brian.
" Bangunlah! Kita shalat tahajjud!" kata Fatma. Brian yang sayup-sayup mendengar suara Fatma tersenyum tipis.
" Za!" panggil Brian masih belum sadar.
" Iya! Aku disini! Bangunlah! Nanti keburu subuh!" kata Fatma.
" Za?" Brian memicingkan matanya dan tersentak kaget. Dia lupa jika istrinya saat ini sedang tidur di apartementnya.
" Maaf jika aku membangunkanmu! Kita shalat tahajjud dulu sebelum datang subuh!" kata Fatma. Brian menganggukkan kepalanya, walaupun dia merasa sangat mengantuk sekali karena kurang tidur selama beberapa hari ini. Brian beranjak dari sofa dan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Setelah memakai busana muslim, mereka menuju ke mushalla dan melaksanakan shalat tahajjud dilanjutkan dengan membaca Al qur'an hingga tiba waktu shalat subuh.
" Aku ke masjid dulu!" kata Brian diikuti dengan anggukan kepala dari Fatma. Fatma mencium unggung tangan kanan suaminya. Lalu Brian berjalan keluar mushalla dan turun ke lantai satu, dilihatnya Isma telah bangun dan mempersiapkan masakan untuk sarapan. Isma kaget melihat Tuannya telah bangun dan memakai busana muslim.
" Selamat Pagi, Tuan!" sapa Isma. Brian hanya diam dan berlalu meninggalkan apartement.
" Nggak salah?" kata Isma ambigu, dia mencubit pipinya.
" Auchhhh!" teriak Fatma sambil mengusap-usap pipinya yang dia cubit. Memang Brian tidak pernah shalat di masjid selama di apartement, tapi hari ini adalah awal baru baginya karena istrinya telah berada disisinya.