" Aku pergi dulu!" kata Brian dengan wajah berseri.
" Hati-hati!" jawab Fatma.
" Assalamu'alaikum!" kata Brian, membuat Wardi yang mendengarnya merasa mau muntah.
" Wa'alaikumsalam!" jawab Fatma lalu mencium punggung tangan Brian.
" Permisi, Nyonya!" kata Danis.
" Assalamu'alaikum!" jawab Fatma.
" Wa'alaikumsalam!" jawab Danis pelan. Fatma tersenyum mendengar jawaban Danis. Sok suci banget! batin Wardi sinis.
Brian keluar dari apartement bersama Danis yang telah menunggunya di ruang tamu. Brian tersenyum tipis selama di dalam lift, Danis tersenyum dan ikut senang melihat Bosnya.
" Apa kamu mau di pecat?" ucap Brian pada Danis.
" Tidak, Bos!" jawab Danis takut. Ternyata Bosnya sudah berganti mode "On" alias kembali ke asal! Sementara itu sepeninggal Brian ke kantor,
" Pak Wardi! Saya akan ganti baju dulu baru saya minta tolong Pak Wardi mengantar saya ke sekolah!" kata Fatma.
" Iya, Nyonya!" jawab Wardi datar. Fatma melangkahkan kakinya ke lantai dua dengan sedikit cepat, dia tidak mau membuat orang menunggu dirinya.
" Pak! Kalo jawab Nyonya jangan seperti tadi! Nanti kalo Tuan tahu, bisa-bisa kena pecat!" kata Isma yang memperhatikan tingkah Wardi.
" Nggak mungkin Tuan mecat gue! Gue udah ikut dia sejak dia beli apartement ini!" jawab Wardi sombong. Fatma ternyata mendengar apa yang diucapkan Wardi, ternyata Fatma tahu jika Wardi tidak menyukai dia. Beberapa saat kemudian Fatma keluar dari kamarnya dan turun ke lantai dua.
" Ayo, Pak Wardi!" kata Fatma ramah.
" Silahkan, Nyonya!" jawab Wardi datar.
" Saya pergi dulu, ya, mbak! Makan siang siapkan jam 1 saja!" kata Fatma.
" Apa Nyonya akan makan siang disini?" tanya Isma.
" Tentu saja! Kita berdua akan makan siang disini!" jawab Fatma.
" Tapi Tuan tidak pernah makan siang disini, Nyonya!" jawab Wardi sinis.
" Mbak Isma siapkan saja! Assalamu'alaikum!" kata Fatma.
" Wa'alaikumsalam!" jawab Isma.
" Pak Wardi nggak mengucapkan salam?" tanya Fatma.
" Assalamu'alaikum!" ucap Wardi dengan kesal.
" Saling mendo'akan untuk keselamatan itu adalah kewajiban setiap muslim!" tutur Fatma. Wardi hanya diam menundukkan kepalanya. Fatma berjalan menuju ke arah lift diikuti oleh Wardi yang merasa terhina dengan ucapan Fatma. Gue harus bikin Tuan nyingkirkan lo! batin Wardi mengepalkan tangannya. Saat perjalanan menuju ke sekolah Fatma sesekali melirik ke arah Wardi, begitu juga sebaliknya. Entah kenapa kamu tidak menyukaiku, kita baru juga kenal! batin Fatma
" Pak Wardi sudah menikah?" tanya Fatma.
" Belum, Nyonya!" jawab Wardi datar.
" Menikah adalah kewajiban setiap umat muslim yang telah mampu dalam hal jasmani dan rohani, Pak Wardi! Dengan menikah maka kita berarti telah melindungi setengah dari agama kita!" tutur Fatma.
" Belum ada yang pas!" jawab Wardi sebel.
" Berdo'alah dan minta pada Allah, Pak! Ins Yaa Allah akan diberikan yang terbaik untuk Pak Wardi!" kata Fatma lagi.
" Iya!" jawab Wardi malas. Fatma hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
" Pak Wardi sudah lama ikut suami saya?" tanya Fatma.
" Sudah!" jawab Wardi tanpa ada sopan-sopannya.
" Berarti Pak Wardi sangat mengenal suami saya!" kata Fatma.
" Tentu saja!" jawab Wardi bangga.
" Menurut Pak Wardi suami saya akan makan siang sama saya, nggak?" tanya Fatma.
" Nggak mungkin!" jawab Wardi cepat.
" Kenapa Pak Wardi sangat yakin?" tanya Fatma sabar.
" Karena saya kenal siapa Tuan!" jawab Wardi.
" Apa Pak Wardi tidak suka saya menikah dengan suami saya?" tanya Fatma langsung. Wardi terdiam, sebenarnya dia ingin menjawabnya, tapi dia masih menimbang-nimbang.
" Bicara saja, Pak! Saya tahu bapak tidak suka sama saya! Saya tidak tahu kenapa, tapi saya hanya mau bilang jika Allah tidak suka dengan orang yang merendahkan atau menghina orang lain, karena boleh jadi orang tersebut lebih mulia kedudukannya disisi Allah!" jelas Fatma. Wardi bertambah marah mendengar perkataan Fatma yang terkesan menggurui. Anak kemarin sore sudah berani menasehati! Tunggu sampai Tuan melemparmu dari apartementnya! batin Wardi marah.
" Sudah sampai, Nyonya!" kata Wardi.
" Suami saya akan makan siang di apartement!" kata Fatma lagi, membuat Wardi meremas kemudi nya jengkel.
" Assalamu'alaikum!" salam Fatma. Wardi hanya diam saja, Fatma tidak beranjak dari duduknya, dia menunggu jawaban salamnya. Wardi yang awalnya ingin mengacuhkan dan menganggap Fatma akan pergi, akhirnya mengakui kegigihan Fatma.
" Waalikumsalam!" jawab Wardi.
" Trima kasih, Pak Wardi! Fii Amanillah!" kata Fatma tersenyum dan turun dari mobil.
" Tuan tidak akan datang! Dan tunggu aja waktumu datang!" kata Wardi ambigu, lalu pergi meninggalkan Fatma dengan kesal. Fatma menatap mobil yang dikendarai Wardi dengan menghela nafas panjang dan menggelengkan kepalanya. Semoga kamu segera mendapatkan hidayahNya, Pak! Aamiin! batin Fatma kemudian berjalan ke arah kantor kepala sekolah.
" Assalamu'alikum, Ustadz!" sapa Fatma yang mengetuk pintu Kepala Sekolah yang terbuka dan Utdz, Chusnul duduk di kursi kerjanya.
" Wa'alaikumsalam!" jawab Chusnul sambil melihat siapa yang mengetik pintu kantornya.
" Selamat Pagi, Ustadzah!" ucap Fatma lagi.
" Selamat Pagi, Ustadzah! Silahkan masuk!" jawab Chusnul lalu beranjak dari kursinya dan duduk di sofa.
" Mari, Ustadzah! Silahkan masuk! Duduklah!" pinta Chusnul saat Fatma masuk ke dalam kantornya. Fatma duduk di hadapan Chusnul yang duduk di single sofa.
" Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Chusnul.
" Sebelumnya saya minta maaf karena harus mengatakan hal mendadak ini!" kata Fatma merasa tidak enak.
" Memangnya ada apa, Us?" tanya Chusnul. Fatma menundukkan kepalanya sejenak guna menata hati dan kata yang pas untuk meninggalkan sekolah itu.
" Saya berniat resign, Us!" kata Fatma akhirnya dengan tegas.
" Kenapa, Us?" tanya Chusnul terkejut mendengar keputusan Fatma.
" Sebenarnya ini masalah pribadi, Us! Saya sebenarnya telah menikah dan suami saya melarang saya untuk bekerja sampai bulan juli mendatang!" tutur Fatma dengan sedikit nada sedih.
" Barakallahu! Semoga sakinah mawwadah warrohmah, Us!" sahut Chusnul.
" Aamiin! Trima kasih, Ustadzah!" jawab Fatma tersenyum.
" Jadi sudah yakin? Apa tidak bisa didiskusikan lagi?" tanya Chusnul.
" Sepertinya tidak bisa, Us! Karena semalam saya sudah mencobanya!" kata Fatma, dia tidak mau membicarakan sesuatu tentang suaminya.
" Baiklah jika sudah menjadi keputusan dari Ustadzah Zahirah!" kata Chusnul.
" Trima kasih, Us! Atas pengertiannya!" kata Fatma lagi.
" Sebenarnya saya sangat berat melepas Ustadzah, karena anak-anak sudah sangat menyukai dan menyayangi Ustadzah, begitu juga dengan para asatidz disini! Tapi keputusan semua ada di tangan Ustadzah! Sekali lagi kami sebenarnya sangat menyayangkan!" tutur Chusnul.
" Maafkan saya, Us!" jawab Fatma.
" Iya, nggak pa-pa! Kebetulan Ustadz Harun ada disini, beliau sedang memeriksa administrasi sekolah!" kata Chusnul.
" O, ya? Sepertinya beliau sering kesini, Us?" ucap Fatma.
" Iya! Sejak karirnya di dunia pertelevisian hancur gara-gara donatur kita waktu itu, beliau jadi sering kesini!" jawab Chusnul.
" Hancur?" tanya Fatma mengernyitkan keningnya. Apa yang dikatakan Bang Arkan adalah benar?" batin Fatma.
" Iya! Saya mendengar dari beberapa sumber jika karir Ustadz Harun hancur gara-gara Pak Brian donatur kita itu, yang merasa terhina karena peristiwa donasi hari itu!" tutur Chusnul. Astaghfirullah! Berarti secara tidak langsung akulah penyebab semua itu! batin Fatma sedih.
" Kasihan Ustadz Harun! Tidak seharusnya dia diperlakukan seperti itu! Tapi Allah tidak tidur, orang jahat itu pasti akan..."" Ustadzah! Saya mau ke kelas dulu!" tiba-tiba Fatma menyela ucapan Chusnul.
" Oh, iya! Maaf! Jadi ngelantur ngomongnya!" kata Chusnul. Maaf, Us! Aku tidak mau ustadzah menyumpahi suamiku! batin Fatma.