Chereads / Terang Dalam Gelapku / Chapter 43 - Malam Pertama?

Chapter 43 - Malam Pertama?

Readers...

Tetap semangat ya...

Dah double up nich kemarin...

Tambahin dong reviewsnya...

Makasih kalo suka dengan novel ini

#dirumahaja

#jagajarak

#pakemasker

________________________________________________________________________________

" Tapi, Bi..."

" Saya janji akan sering kemari, Ummi!" kata Brian.

" Izinkan aku disini semalam saja!" kata Fatma. Brian terkejut mendengar permintaan Fatma, dia pikir Fatma akan senang mereka segera pergi ke apartementnya.

" Fatma!" tegur Azzam.

" Hanya malam ini! Aku janji aku akan ikut kemanapun kamu pergi!" kata Fatma memohon. Brian menatap wajah sendu istrinya, dia sangat mencintai gadis itu, dia tidak bisa melihatnya bersedih.

" Baiklah! Wardi akan menjemputmu besok pagi!" kata Brian." Trima kasih!" jawab Fatma senang.

" Kalau begitu saya harus pergi! Ada meeting satu jam lagi!" kata Brian sedikit sedih.

" Maafkan anak dan istri Abi, Nak!" kata Azzam.

" Tidak apa-apa, Bi! Ummi pasti berat melepas putri semata wayangnya secara tiba-tiba!" kata Brian dengan sedih, tapi Azzam bangga mendengar ucapan menantunya yang pengertian terhadap anak dan istrinya.

" Assalamu'alaikum!" pamit Brian. Fatma mengantar suaminya ke mobil yang telah menjemoutnya.

" Nyonya! Selamat!" kata Danis dengan tersenyum. Brian menatap Danis dengan tajam, seketika senyum Danis lenyap berganti kepala yang ditundukkan.

" Trima kasih, Danis!" jawab Fatma.

" Tidak usah dijawab!" kata Brian.

" Dia hanya memberi selamat! Itu adalah do'a!" kata Fatma membuat Brian cemberut.

" Apa kamu masih tidak mau menatap wajah suamimu?" tanya Brian yang masih melihat istrinya menundukkan kepalanya saja jika berhadapan dengannya.

" Katanya mau berangkat!?" kata Fatma menghindari pertanyaan Brian.

" Kamu selalu membuat aku tidak bisa membantahmu!" jawab Brian, lalu Fatma meraih tangan kanan Brian dan mencium punggung tangannya. Brian berdesir merasakan sentuhan bibir Fatma, walaupun sudah berkali-kali dia merasakannya. Tapi kali ini bereda, karena dia telah sah menjadi suaminya.

" Aku akan merindukanmu, Za! Assalamu'alaikum!" bisik Brian ke telinga Fatma, dada Fatma berdesir mendengar bisikan Brian di telinganya walau tertutup khimar. Astaghfirullah! Perasaan apa ini? batin Fatma.

" Wa'alaikumsalam!" jawab Fatma pelan. Brian masuk kedalam mobilnya dan menutup pintunya lalu Danis menyusul masuk ke dalam dan mereka melaju ke jalanan. Brian benar-benar sibuk dengan pekerjaannya, dia tidak menjemput Fatma seperti perkataannya waktu itu.

" Apa suamimu masih belum mengirim orang untuk menjemputmu?" tanya Azzam.

" Belum, Bi! Sepertinya dia sibuk sekali!" jawab Fatma sedih. Apa ini hukuman baginya yang tidak mengikuti apa kata suaminya? batin Fatma.

" Tapi dia selalu menelponmu'kan?" tanya Azzam lagi.

" Iy..iya, Bi!" jawab Fatma gugup, Brian belum pernah sekalipun menelponnya sejak kepergiannya hari itu.

" Yang penting kalian menjaga komunikasi! Mungkin dia memang sedang sibuk!" kata Azzam.

" Sibuk dengan selingkuhannya?" sindir Arkan." Astaghfirullah, Arkan!" teriak Azzam.

" Apa kamu mau adikmu dimadu sama suaminya?" tanya Azzam marah.

" Arkan sudah pernah bilang sama Abi tentang Brian itu kan!" kata Arkan tegas.

" Sudah! Cukup! Maaf kalau suami Fatma menyebabkan perselisihan antara keluarga kita!" tutur Fatma.

" Sudah! Suruh suamimu menjemputmu besok!" kata Azzam lalu pergi masuk ke dalam kamarnya.

" Jangan menyesal jika kamu mengalami apa yang aku katakan!" kata Arkan lalu pergi ke kamarnya. Fatma berjalan ke kamarnya dengan mata berkaca-kaca. Kenapa kamu tidak menjemputku, Brian? batin Fatma. Dia menangis dalam tidurnya, takut jika perkataan Arkan akan menjadi kenyataan.

Sementara Brian memang sedang sibuk, sampai-sampai dia tidak tidur dan makan dengan cukup. Dia hanya tidur 3 jam dalam sehari, dia harus membereskan perusahaannya akibat penyusup yang dikirim oleh Steve, papa Ashley.

" Bos!" panggil Danis dengan takut.

" Hmm?" jawab Brian yang membaca dokumennya di kursi kerjanya.

" Apa Bos tidak ingat dengan..."

" Sayang!" tiba-tiba Carisa datang tanpa mengetuk pintu, Danis lupa mengunci pintu.

" Kau?" ucap Brian yang melihat Carisa dengan pakaian seksinya. Brian menelan salivanya melihat belahan dada Carisa yang seperti sengaja diperlihatkan.

" Maaf, Bos! Non Carisa tiba-tiba..."" Sudahlah! Kembalilah kerja!" kata Brian pada Karin, pengganti Norma sekretarisnya yang dulu.

" Pemisi, Bos!" kata Karin meninggalkan ruang Brian dengan ngomel-ngomel. Dasar perempuan gak bener! Kalo beli bra kekecilan apa! batin Karin kesal.

" Ada perlu apa kamu kesini?" tanya Brian datar. Sejak kejadian dengan Ashley, dia jadi sedikit ramah pada wanita-wanita yang kenal dengannya. Carisa langsung duduk dimeja Brian.

" Aku ingin mengajakmu makan malam!" kata Carisa.

" Aku sibuk!" jawab Brian.

" Kita makan disini saja, Ok!" kata Carisa.

" Terserah!" jawab Brian.

" Kamu memang sangat mengagumkan, sayang!" kata Carisa mengecup pipi Brian.

" Hentikan Risa!" kata Brian tegas.

" Pelit sekali!" kata Carisa kecewa. Lalu dia memesan makanan kesukaan Brian lewat g-food.

" Bos!" panggil Danis lagi.

" Kamu kenapa? Dari tadi manggil-manggil?" tanya Brian.

" Nyo...nya?" kata Brian. Brian mendengar ucapa Danis, seketika matanya terbelalak, dia menatap Danis dengan tajam. Astaghfirullah! Aku kan sudah menikah! Masa iya lupa sama istri? Ya Allah, semoga Zahirah tidak berpikir aneh-aneh. Brian bingung bagaimana menghadapi situasi ini, akhirnya dia memutuskan akan makan malam dengan Carisa dulu.

" Trima kasih, sayang! Atas makan malamnya! Aku sangat bahagia sekali!" kata Carisa.

" Sama-sama! Pulanglah! Aku banyak pekerjaan!" kata Brian.

" Ini sudah malam, sayang! Apa kamu tidak pulang?" tanya Carisa.

" Aku tidur disini! Banyak pekerjaan yang menunggu!" jawab Brian.

" Aku akan menemanimu disini!" kata Carisa kekeh.

" Terserah!" jawab Brian. Karena lelah dan kenyang, Carisa tertidur di sofa.

" Kamu tunggu dia sampai bangun! Aku akan menjemput istriku!" kata Brian.

" Siap, Bos!" jawab Danis senang. Brian keluar dari ruangannya dan berjalan menuju ke dalam lift.

" Aku harus mandi dulu lalu menjemputnya!" kata Brian ambigu. Dia lalu mengendarai mobilnya sendiri menuju ke apartementnya.

" Kenapa aku bisa sampai lupa begini? Dasar gila kerja!" kata Brian lagi. Di ruangan Brian, Danis mematikan lampu ruangan dan hanya menyalakan lampu dinding yang temaram. Lalu dia duduk di single sofa, dia mendekati Carisa saat melihat tubuh gadis itu akan terjatuh. Diangkatnya tubuh Carisa dan dia akan kembali ke sofanya saat tiba-tiba Carisa melingkarkan kedua tangannya ke lehernya. Jantung Danis berdetak kencang mendapat perlakuan seperti itu dari Carisa, karena dia memang mencintai gadis itu sejak lama.

" Sayang! Aku mau kamu!" bisik Carisa dengan mata tertutup.

" Ca..." Carisa membungkam bibir Danis dan entah kenapa Danis seperti terlena dengan ciuman Carisa. Danis yang merasa mendapat kesempatan, tidak menyia-nyiakannya. Akhirnya mereka melakukannya di atas sofa walau yang keluar dari bibir Carisa hanya sayang yang Danis yakin ditujukan untuk Brian, tapi dia tidak perduli karena dia sangat mencintai dan menginginkan gadis dibawahnya itu.

" Ahhh! Sakit, sayang!" jerit Carisa. Astaga! Dia masih gadis? batin Danis. Danis berniat mengurungkan niatnya, tapi Carisa yang merasa Danis memperlambat gerakannya segera memaksa Danis.

" Lakukan sayang! Aku adalah milikmu!" kata Carisa. Akhirnya Danis melakukannya dengan perlahan dan lembut.

" Apa kamu tidak pakai pengaman sayang?" tanya Carisa masih dengan mata terpejam. Danis menggelengkan kepalanya yang dipegang oleh Carisa.

" Kamu ingin memiliki anak dariku, sayang?" tanya Carisa lagi, Danis menganggukkan kepalanya.

" Oh, sayang! Aku sangat bahagia sekali! Aku sangat mencintaimu! Lakukan sesukamu, sayang!" kata Carisa. Danis melakukannya sebanyak tiga kali hingga Carisa lemas. Danis melepaskan dirinya dari Carisa dan memakai kembali pakaiannya. Sementara Carisa tertidur akibat kelelahan, Danis memakaikan lagi pakaian Carisa yang tadi dilepasnya.