Ponsel Fatma yang diletakkan di atas nakas bergetar, Brian berjalan ke arah ponsel tersebut. Dilihatnya nama Nabil tertera di layar, Brian mengepalkan tangannya dengan marah. Apa istrinya masih berhubungan dengan pria licik itu? Ah! Dia bukan wanita seperti itu. Deringan ponsel tersebut berhenti dan berganti dengan pesan masuk beberapa saat kemudian. Brian membaca sekilas dari notifikasi kecil diponsel Fatma.
@ Assalamu'alaikum, Fatma..Bagaimana tawaranku? Aku selalu sayang dan rindu sama kamu, Fat..Aku telah berhenti dari perussahaan kotor itu..
Sialan! Apa yang mereka lakukan di belakangku? batin Brian marah setelah membaca pesan dari Nabil.
@ Dia akan membusuk dipenjara bersama kejahatannya, Fatma
tulis Nabil lagi. Wajah Brian semakin menggelap, saat ini hatinya sangat murka. Dibukanya pesan WA dari Nabil, kosong! Tidak ada pesan lain selain pesan hari ini.
" Apa yang kamu lakukan?" tanya Fatma yang telah berdiri di depan pintu kamar mandi tanpa disadari oleh Brian yang terlalu fokus pada pesan Nabil.
" Dari tadi ponselmu bergetar, jadi aku melihat barangkali dari orang rumah!" jawab Brian setenang mungkin. Dia tidak mau amarahnya akan membuat Fatma menjauh dan marah padanya.
" Lalu dari siapa?" tanya Fatma.
" Nabil!" jawab Brian dengan nada penuh penekanan dan tanpa melihat istrinya. Fatma tersentak kaget mendengar jawaban Brian.
" Dia bilang apa?" tanya Fatma masih dengan nada yang tenang, dia tahu saat ini pasti suaminya itu sangat marah padanya, karena Brian selalu menatapnya jika berbicara padanya.
" Tidak ada! Dia hanya mengirim pesan!" jawab Brian lagi.
" Apa isinya?" tanya Fatma lagi.
" Dia bertanya tentang tawarannya padamu dan dia bilang kalau,,dia sayang dan rindu,,sama kamu!" jawab Brian dengan memejamkan matanya menahan amarah dan sakit dihatinya.
" Oh! Apa kita akan shalat sekarang?" tanya Fatma santai lalu duduk di sofa sambil melipat pakaiannya. Brian membuka matanya dan kaget mendengar pertanyaan dari Fatma yang seakan tidak terjadi apa-apa.
" Apa kamu tidak akan membalasnya?" tanya Brian.
" Menurutmu aku harus membalasnya?" tanya Fatma.
" Tidak!" jawab Brian dengan cepat.
" Eh, Maksudku.."
" Ayo!" ajak Fatma. Brian masih terpaku di tempatnya.
" Apa kamu akan berdiri disitu sambil memegang ponsel itu seharian?" sindir Fatma.
" Tidak!" jawab Brian gugup.
" Cepatlah! Nanti waktunya habis!" kata Fatma dengan tersenyum melihat tingkah Brian .
" Iya!" jawab Brian kemudian meletakkan ponsel Fatma di atas nakas. Beberapa saat kemudian mereka berdua shalat Azar dan dzikir bersama diakhiri dengan do'a. Seperti biasa Fatma mencium punggung tangan suaminya setelah shalat.
" Apa ada yang ingin kamu tanyakan?" tanya Fatma yang saat ini sedikit lebih berani. Dia tahu jika suaminya masih memikirkan yang terjadi tadi.
" Apa kamu..masih berhubungan dengan Nabil?" tanya Brian hati-hati.
" Iya!" jawab Fatma. Brian tertegun mendengar jawaban dari Fatma, dia hanya menunduk terdiam dan merasa seperti orang bodoh.
" Apakah tidak boleh sesama muslim kita menjalin tali silaturahmi?" tanya Fatma. Brian mengangkat kepalaya dan menatap istrinya.
" Boleh!" jawab Brian lega.
" Apa yang ada di dalam pikiranmu?" tanya Fatma." Tidak ada!" jawab Brian cepat, dia tidak mau masalah sepele akan menjadi penyebab kerusakan rumah tangganya.
" Apa kamu sudah baikan?" tanya Fatma.
" Sudah!" jawab Brian.
" Alhamdulillah!" ucap Fatma.
" Apa jawabanmu?" tanya Brian balik.
" Tentang apa?" tanya Fatma pura-pura tidak mengerti.
" Tentu saja tentang kita!" jawab Brian yang sedikit sebel sama Fatma karena dia tidak mengerti arah pertanyaannya. Fatma tersenyum dalam hati mendengar nada bicara suaminya.
" Aku akan memberikan jawabannya nanti malam! Aku harus pulang!" jawab Fatma dengan hati senang karena bisa menggoda suaminya itu.
" Apa? Kenapa harus nanti malam? Za! Kamu bohong padaku!" tutur Brian yang mengejar istrinya yang telah berdiri dan keluar dari mushalla menuju kamar mereka.
" Za!" panggil Brian, tapi Fatma tidak mendengarkan panggilan suaminya itu. Dia meraih pakaiannya dan masuk ke dalam kamar mandi. Brian terduduk di sofa melihat istrinya masuk ke dalma kamar mandi. Setelah beberapa saat Fatma keluar dan duduk di depan meja rias.
" Kenapa nanti malam?" tanya Brian mendekati istrinya dan duduk dipinggir ranjang.
" Apa kita masih akan memperpanjang masalah ini?" tanya Fatma kesal.
" Bukan begitu, Za! Baiklah! Nanti malam!" kata Brian dengan menghembuskan nafasnya dengan kasar. Fatma menaburkan bedak pada wajahnya dan mengoleskan lipgloss di bibirnya. Brian membuang wajahnya saat Fatma melakukan itu, dia tidak mau sesuatu pada dirinya akan memberontak melihat bibir ranum istrinya.
" Aku pulang!" kata Fatma yang telah berdiri.
" Biar Wardi mengantarmu!" kata Brian, diikuti anggukan Fatma. Mereka berdua turun ke bawah dan melihat Isma sedang memasak untuk makan malam.
" Jika tidak habis makanan yang dimasak mbak Isma berikan pada pegawaimu! Jangan membuang-buang makanan!" kata Fatma tanpa melihat suaminya.
" Iya!" jawab Brian.
" Mbak Isma! Tolong temani saya turun ke bawah!" pinta Fatma.
" Iya, Nyonya!" jawab Isma lalu menghentikan kegiatannya memasak. Fatma mencium punggung tangan Bria.
" Assalamu'alaikum!" pamit Fatma.
" Wa'alaikumsalam!" jawab Brian. Isma yang mendengar kedua majikannya terutama Tuannya merasa shock, karena selama bekerja disini dia tidak pernah mendengar Tuannya itu beebicara seperti itu pada siapapun. Nyonya memang benar-benar telah membuat Tuan bertekuk lutut! batin Isma.
" Kamu darimana?" tanya Arkan yang kebetulan datangnya bersamaan dengan Fatma.
" Dari rumah Santi, Bang!" jawab Fatma berbohong. Astaghfirullah! Maafkan aku, bang! Aku nggak mau kita berdebat lagi tentang aku dan dia! batin Fatma. Mereka masuk ke dalam dan Fatma langsung menuju ke kamarnya.
" Abi!" sapa Fatma pada Abinya yang duduk bersama Umminya di teras samping dekat mushalla. Saat itu mereka baru saja selesai makan malam bersama.
" Ya?" jawab Abinya.
" Ada yang akan Fatma sampaikan pada Abi dan Ummi!" kata Fatma.
" Duduklah!" kata Abinya, Fatma duduk disamping Umminya. Umminya tersenyum dan membelai kepala putrinya itu.
" Katakan! Apa yang jadi pikiranmu!" kata Abinya.
" Bismillah! Fatma akan menikah secara sah dengan Brian!" kata Fatma.
" Apa?" teriak Arkan yang tiba-tiba sudah berdiri di pintu. Arkan memang selalu mengawasi gerak-gerik adiknya itu selama di dalam rumah.
" Aku tidak setuju, Fatma!" kata Arkan lagi.
" Arkan! Jaga sopan santunmu!" kata Abinya marah.
" Maaf, Bi! Arkan tidak bermaksud untuk tidak sopan! Arkan tidak setuju dengan keputusan Fatma! kata Arkan sedikit emosi. Fatma hanya menundukkan kepalanya, dia tahu jika abangnya itu mendengar hal ini dia tidak akan setuju, Karena itu dia hanya berbicara dengan Abi dan Umminya saja.
" Ini adalah hidup adikmu dan hanya dia yang berhak mengambil keputusan itu!" bantah Abinya.
" Tapi, Bi..."
" Cukup! Abi nggak mau keluarga kita berdebat masalah ini!" kata Abinya keras.
" Fatma! Jika memang kamu sudah mengambil keputusan, Abi dan Ummi akan mendukung apapun itu!" jawa Abinya.
" Terima kasih, Bi! Ummi!" jawab Fatma memeluk Abi dan Umminya.
" Maafkan Fatma, bang! Tapi Fatma yakin jika dia tidak seperti apa yang abang takutkan!" tutur Fatma menatap abangnya dengan nanar. Dia merasa sedih melihat Arkan yang tidak setuju dengan dirinya. Arkan hanya mendengus kesal lalu pergi meninggalkan mereka.