Fatma berangkat ke sekolah dengan diantar oleh Arkan seperti biasanya.
" Kamu yakin dia bener-bener nggak bersalah?" tanya Arkan dalam perjalanan mengantar Fatma.
" Ins Yaa Allah, bang!" jawab Fatma pelan, dia tahu jika abangnya yang satu ini pasti masih akan membahas masalah Brian.
" Lebih baik kamu minta talak sama dia! Dan kamu bisa menikah dengan Harun!" kata Arkan. Fatma terkejut mendengar ucapan abangnya.
" Apa hubungan dia dengan aku, Bang?" tanya Fatma mengerutkan keningnya.
" Dia sangat menyukaimu, sejak pertama dia bertemu denganmu, tapi sayang saat itu dia telah bertunangan!" kata Arkan.
" Apa? Abang bercanda!" kata Fatma tidak percaya.
" Serius, Fatma! Abang tahu dari teman abang yang teman dia juga!" kata Arkan.
" Apa Ustadz Harun orang yang suka mengumbar isi hati?" tanya Fatma.
" Bukan begitu! Dia memang tidak mengatakannya dengan jelas, tapi mereka bisa menebaknya dengan jelas!" kata Arkan.
" Jangan mengatakan sesuatu yang belum pasti kebenarannya!" kata Fatma.
" Apa aku perlu menanyakan padanya?" tanya Arkan.
" Astaghfirullahu, Bang! Apa abang segitu bencinya sama suamiku? Hingga abang bersusah payah melakukan semua ini" tanya Fatma tanpa melihat abangnya, dia hanya menundukkan kepalanya.
" Terus terang..Iya! Dia begitu sombong! Kamu tahu apa yang dia lakukan pada Harun?" tanya Arkan.
" Ustadz Harun? Apa?" tanya Fatma balik sambil melihat abangnya, kaget.
" Dia yang menghancurkan karir Harun hingga membuat tunangannya meninggalkan dia!" tutur Arkan.
" Astaghfirullah! Abang serius?" tanya Fatma tidak percaya.
" Iya! Hanya gara-gara dia menghalanginya bertemu denganmu!" kata Arkan.
" Aku? Kapan?" tanya Fatma.
" Saat acara amal di sekolahmu waktu itu! Karena dia tertarik padamu!" jawab Arkan.
" Kenapa aku tidak tahu tentang hal ini?" tanya Fatma.
" Abang juga baru tahu kemarin!" kata Arkan.
" Rejeki ada yang mengatur, Bang!" kata Fatma.
" Abang tahu! Tapi secara tidak langsung dia yang melakukannya! Kamu bisa menanyakan hal itu padanya!" kata Arkan. Fatma menerawang keluar jendela, begitu banyak permasalahan yang terjadi dalam hidupnya akhir-akhir ini. Mereka akhirnya sampai juga di sekolah Fatma, setelah Fatma pamit dan mencium tangan abangnya, Arkan pergi meninggalkan adiknya untuk menuju ke kantornya.
" Nyonya Zahirah!" sapa seseorang. Fatma menghentikan langkahnya lalu memutar tubuhnya.
" Apa saya mengenal anda?" tanya Fatma yang melihat sekilas wajah pria itu lalu menundukkan kepalanya.
" Saya Danis, asisten Bos Brian! Bisa kita bicara sebentar?" kata Danis. Fatma melihat jam yang menghiasi tangan kirinya, masih 30 menit lagi.
" Kita duduk disana!" tunjuk Fatma di bangku taman yang ramai dengan anak-anak. Danis menganggukkan kepalanya tanda setuju.
" Ada perlu apa kamu disini? Apa dia menyuruhmu datang?" tanya Fatma setelah mereka duduk saling berhadapan.
" Tidak, Nyonya! Bos tidak tahu saya kesini!" kata Danis dengan menundukkan kepalanya juga. Bisa habis dia kalo sampe Brian tahu dia berani mendatangi Fatma sendiri.
" Apa maksud kedatanganmu kesini?" tanya Fatma.
" Apa Nyonya bisa menemui Bos sekarang?" tanya Danis.
" Kenapa?" tanya Fatma.
" Semalam Bos hampir saja ditangkap oleh pihak yang berwajib karena melanggar peraturan!" jawab Danis.
" Melanggar peraturan?" tanya Fatma tidak mengerti.
" Iya, Nyonya! Dia meninggalkan apartement untuk mengawasi rumah Nyonya!" kata Danis terus terang.
" Apa? Dia mengawasi rumahku?" tanya Fatma membeo.
" Iya! Dia keluar dari apartement jam 11 malam hingga jam 2 pagi!" kata Danis.
" Apa? Ngapain dia melakukan itu?" tanya Fatma.
" Saya tidak tahu Nyonya! Tapi dia belum makan dari siang hingga semalam! Saya kuatir penyakit lambungnya akan kambuh!" tutur Danis. Fatma tersentak mendengar penuturan Danis, dia berpikir kenapa Brian melakukan hal yang bodoh seperti itu.
" Apa dia sekarang di Apartementnya?" tanya Fatma.
" Iya, Nyonya!" jawab Danis.
" Kenapa dia harus ditangkap lagi?" tanya Fatma.
" Seseorang dengan pembebasan memakai jaminan tidak boleh keluar rumah apalagi sampai keluar kota atau keluar negeri sampai dia dinyatakan bebas oleh pengadilan!" jelas Danis.
" Apa konsekuensinya jika dia melanggar?" tanya Fatma.
" Dia akan langsung ditahan, Nyonya!" jawab Danis.
" Tapi kenapa dia harus meninggalkan apartementnya?" tanya Fatma. Apa dia kuatir padaku? batin Fatma.
" Antar aku menemui dia!" kata Fatma tegas. Dia memang harus menyelesaikan semua masalah ini secepatnya.
" Silahkan ikuti saya, Nyonya!" kata Danis. Fatma mengikuti Danis menuju ke mobilnya untuk pergi ke apartement Brian. Danis membukakan pintu belakang mobil dan Fatma duduk didalamnya, kemudian dia membuka pintu kemudi dan masuk lalu membawa mobil menyususri jalanan.
" Bagaimana perkembangan kasus suamiku?" tanya Fatma. Danis bingung harus bicara atau tidak, karena dia takut jika nanti Brian akan marah padanya.
" Aku akan bertanggung jawab jika dia marah!" kata Fatma seakan tahu isi pikiran Danis.
" Sebenarnya kami sudah mendapatkan bukti tentang kasus Bos! Tinggal menemukan saja keberadaan mereka yang menyebabkan terjadinya kasus ini!" jelas Danis.
" Maksud kamu sahabatnya?" tanya Fatma.
" Teman dekat, Nyonya! Bos tidak memiliki sahabat! Dan sejak bertemu Nyonya, Bos sudah tidak pernah berkumpul dengan mereka lagi!" kata Danis menimbulkan tanda tanya besar di hati Fatma. Apa benar jika dia benar-benar ingin berubah? batin Fatma.
" Dan Nona Ashley memang mencintai Bos, tapi Bos hanya mencintai Nyonya!" kata Danis lagi. Deg! Jantung Fatma berdetak keras, semua yang dikatakan Danis jauh dari apa yang dipikirkannya.
" Apa benar dia...menyuruh temannya untuk...memperkosanya?" tanya Fatma ragu.
" Apa yang Nyonya katakan? Mana mungkin Bos berbuat hal rendah seperti itu! Dia bahkan menyesal memiliki teman seperti mereka!" bela Danis.
" Apa Nyonya tahu jika dia sedikit demi sedikit menutup usaha kotornya?" tanya Danis.
" Jadi benar dia pengusaha kotor?" tanya Fatma balik.
" Iya! Tapi sedikit demi sedikit dia menutupnya dan pekerjanya dialihkan ke perusahaan lainnya!" tutur Danis. Fatma merasa lega mendengar penjelasan Danis, setidaknya suaminya benar-benar melakukan hal yang baik. Allah telah menjawab do'anya selama ini. Akhirnya mereka sampai di apartement Brian.
" Saya tidak ikut ke atas, Nyonya! Bos bisa marah jika melihat saya tidak ke kantor!" kata Danis.
" Baiklah! Apa ada orang diatas?" tanya Fatma.
" Kalau pagi biasanya ada Isma, Ula dan Wardi!" jawab Danis.
" Apa tugas mereka?" tanya Fatma.
" Isma memasak, Ula melayani, Wardi bersih-bersih!" jawab Danis. Fatma mendengarkan semua penjelasan Danis.
" Tunggu! Melayani?" ucap Fatma dengan kening berkerut.
" Iya! Dia yang mengambilkan makan atau minum apapun yang Bos minta!" kata Danis.
" Apa? Apa termasuk memijit?" tanya Fatma.
" Iya, Nyonya!" jawab Danis jujur. Fatma melotot mendengar jawaban Danis.
" Astaghfirullah! Sampe sejauh itu?" ucap Fatma. Danis baru sadar jika jawabannya membuat istri Bosnya pasti marah. Fatma memikirkan apa saja yang pernah dilakukan Ula pada suaminya selama ini. Ahhhh! Aku tidak boleh suudzon! Dia pasti tidak seperti itu! batin Fatma menenangkan dirinya.
" Nyonya! Maaf jika saya membuat Nyonya tidak nyaman!" kata Danis.
" Tidak! Temani aku naik ke atas! " kata Fatma.
" Tapi Nyonya..."
" Aku tidak mungkin berdua sama pria yang bukan muhrimku di dalam lift!" kata Fatma. Dia baru memahami apa maksud dari istri Bosnya.