Fatma keluar dari kamar mandi dengan memakai pakaian yang tadi dipakainya, dan membawa sebuah kaos warna navy dan celana selutut warna coklat.
" Ini pakaianmu!" kata Fatma meletakkannya ke atas ranjang. Brian mengambilnya dan membawanya ke dalam kamar mandi,
" Trima kasih!" bisik Brian dengan senyum tipisnya saat melewati Fatma, dada Fatma berdetak kencang mendengar bisikan lembut suaminya. Tenang dadaku! Sehat jantungku! Fyuhhhh! batin Fatma.
" Sama-sama!" jawab Fatma. Fatma kembali melihat-lihat ponselnya dan dia penasaran dengan beberapa pesan yang Nabil kirim. Akhirnya dia membaca pesan dari Nabil yang memang tidak sempat dibacanya.
@ Assalamu'alaikum Fatma
@ Aku merindukan kebersamaan kita..Aku ingin memperbaiki segala kesalahanku dengan pergi belajar agama ke Kairo..aku harap kamu mau menungguku..memaafkan segala kesalahanku..
@ Aku tidak lagi mau bekerja di perusahaan dan Bos yang kotor itu..aku dengar dia dipenjara karena kekasihnya bunuh diri setelah diperkosa karena menunggu dia
@ Kamu tahu siapa yang memperkosa? Sahabatnya sendiri..dia tega memberikan kekasihnya pada 2 orang sahabatnya
Seperti tersambar petir disiang hari, Fatma merasa tubuhnya bergetar hebat, kepalanya berdenyut, dan hatinya terasa sakit. Ponsel yang ada ditangannya terjatuh begitu saja. Tidak! Ini pasti tidak benar! Ini pasti hanya fitnah! batin Fatma menolak untuk mempercayai pesan dari Nabil. Dia berdiri dan berjalan kesana-kesini sambil menggigit ibu jari kanannya. Fatma segera mengambil ponselnya yang terjatuh dan tasnya lalu berlari keluar dari kamar Brian menuju keluar apartement.
" Nyonya! Anda mau kemana?" tanya Isma yang melihat istri Tuannya berlari kearah pintu dan keluar. Fatma tidak menghiraukan panggilan dari Isma, dia terus saja berlari memasuki lift dengan airmata yang mengalir di kedua pipinya yang halus dan putih. Kenapa kamu sekejam itu pada wanita? Apa kamu tidak takut akan hukuman Allah? Apakah mamamu bukan seorang wanita? Apa aku telah salah menilaimu? Apa...ahhhh! batin Fatma. Dia berlari ke luar gedung apartement dan menghentikan taksi yang melintas. Airmata Fatma semakin tidak terbendung, dia menangis tersedu-sedu, hingga tubuhnya terguncang-guncang. Ya, Allah! Kenapa semua jadi seperti ini? Aku tidak mau menjadi makmum orang seperti itu, Ya Allah! batin Fatma.
" Za!" panggil Brian saat dia keluar dari kamar mandi. Dia melihat ke sekeliling ruangan tapi tidak menemukan Fatma. Dia menuju ke balkon kamar, tidak ada juga, lalu dia keluar dari kamar dan turun ke lantai bawah.
" Za!" panggil Brian lagi.
" Tuan mencari Nyonya?" tanya Isma yang melihat Brian seperti mencari-cari seseorang.
" Istriku!" jawab Brian datar,
" Nyonya pergi, Tuan!" jawab Isma.
" Apa?" kata Brian tidak percaya, Kenapa pergi tidak pamit? batin Brian.
" Pergi kemana?" tanya Brian.
" Tidak tahu, Tuan! Nyonya tidak bilang!" jawab Isma.
" Dia tidak makan?" tanya Brian.
" Belum, Tuan!" jawab Isma.
" Apa dia pergi tergesa-gesa?" tanya Brian lagi.
" Iya, Tuan! Nyonya seperti berlari! Saya panggil-panggil tidak dihiraukan!" jawab Isma. Brian kembali ke kamarnya dan meraih ponselnya. Ditekannya nama My Angel yang ada di ponselnya. Mati! Dia mematikan ponselnya! Ada apa sebenarnya? Kita tadi baik-baik saja! Kamu kenapa, Za? Ada apa lagi ini? batin Brian frustasi. Sementara airmata Fatma semakin deras membasahi kedua pipinya.
" Mbak! Apa mbak nggak pa-pa?" tanya sopir taksi yang bernama Firman.
" Heh? Nggak, Pak! Saya nggak pa-pa!" jawab Fatma menghapus airmatanya.
" Maaf, mbak! Bukan saya mau ikut campur, tapi kesalah pahaman itu harus diselesaikan dengan bertemu dan berbicara dengan kepala dingin!" kata Firman.
" Darimana Bapak tahu jika saya salah paham?" tanya Fatma sebel.
" Saya ini sopir, mbak! Sering mengangkut berbagai macam penumpang! Jadi saya sedikit banyak tahu apa yang dialami penumpang saya!" jawab Firman.
" Memangnya apa yang saya alami?" tanya Fatma sedikit sebel.
" Mbak sedang salah paham sama kekasih mbak?" tebak Firman. Wajah Fatma berubah heran, darimana dia tahu? batin Fatma.
" Kayak dukun saja!" kata Fatma.
" Hahaha! Alhamdulillah saya diberi Allah anugerah!" kata Firman lagi. Fatma hanya terdiam mendengar tawa sopir itu.
" Sebaiknya diselesaikan secara baik-baik! Tidak baik berburuk sangka terhadap sesuatu yang belum jelas kebenarannya!" tutur Firman lagi.
" Bagaimana jika dia berbohong?" tanya Fatma tanpa sadar.
" Minta petunjuk kepada Allah! Dia akan memberikanmu jawaban!" jawab Firman. Deg! Fatma seakan tersindir, kenapa dia bisa lupa pada Sang pemilik alam! Hanya karena permasalahan duniawi! Fatma menatap keluar jendela, apa yang dikatakan Firman ada benarnya. Tapi dia harus pulang, besok dia akan kembali lagi untuk meminta penjelasan pada Brian. Brian mondar-mandir di dalam kamarnya, dia tidak berselera makan. Fatma masih mematikan ponselnya. Telah berpuluh kali dia menelpon, tapi tidak bisa.
@ Assalamu'ailaikum, Za,,kenapa kamu pergi tidak pamit,,aku sangat khawatir
Tulis Brian, centang satu. Brian kembali menelpon, tapi masih sama. Tok! Tok! Pintu kamar Brian diketuk dari luar.
" Tuan! Apa tidak sebaiknya Tuan makan dulu?" tanya Isma dari luar. Brian diam saja, dia tidak menghiraukan tawaran Isma. Kemana kamu, sayang! batin Brian sambil menjambak rambutnya. Apa salahku? Kenapa kamu tidak bicara padaku? batin Brian. Brian berdiri di balkon kamarnya,
@ Za,,angkat telponku
tulis Brian lagi, masih centang satu.
@ Za,,aku menunggu kabar dari kamu
tulis Brian lagi.
Fatma menghapus airmatanya, untung saja saat itu turun hujan, jadi bekas tangisan yang terlihat diwajahnya tidak akan diketahui keluarganya.
" Terima kasih!" kata Fatma setelah menyerahkan uang taksi pada Firman.
" Apa perlu saya pinjamkan payung?" tanya Firman.
" Trima kasih! Tidak perlu!" jawab Fatma lalu membuka pintu taksi dan berjalan dibawah derasnya hujan.
" Dia hanya ingin keluarganya tidak khawatir saja!" kata Firman ambigu sambil geleng-geleng kepala. Fatma membuka pintu pagar dengan kunci yang dibawanya, lalu berlari ke arah pintu utama rumahnya. Dia berjalan kearah samping rumah dan membuka pintu yang ada disitu. Dilewatinya jalan setapak disamping mushalla, lalu dia masuk ke dalam kamar mandi mushalla setelah mengambil sebuah long dress yang memang disiapkan jika musim hujan, dilemari dekat kamar mandi. Setelah membersihkan tubuh dan memakai pakaiannya dia masuk ke dalam rumah dan langsung masuk ke kamarnya. Untung keadaan rumah saat itu sepi, karena jam segitu mereka sedang istirahat siang. Fatma tertidur karena terlalu banyak menangis.
Keesokan harinya setelah shalat subuh, seperti biasa mereka akan membicarakan tentang keluarga.
" Bagaimana kabar suamimu. Fatma?" tanya Abi. Dan Fatma sudah memperkirakan semua ini.
" Dia menyuruh Fatma menunggu kabar dari dia, Bi" jawab Fatma.
" Sampai kapan?" tanya Arkan juga sikap abangnya ini.
" Arkan!" kata Abinya.
" Apa dia memberitahumu perkembangan kasusnya?" tanya Abi lagi.
" Belum, Bi! Tapi Fatma yakin jika dia tidak bersalah!" kata Fatma tegas.
" Yakin banget?" tanya Arkan.
" Arkan! Biarkan adikmu mengatasi masalah rumah tangganya sendiri bersama suaminya! Apapun keputusan yang kamu ambil, kami akan mendukungmu!" tutur Abi Fatma. Fatma bersiap-siap untuk bekerja, dicarinya ponselnya di dalam tas, dinyalakannya ponsel tersebut. Langsung berbagai notifikasi terlihat di layar ponselnya. Panggilan hingga berpuluh kali dari Brian dan juga beberapa pesan darinya. Fatma membaca semua pesan Brian, pesan tersebut berakhir setelah shalat subuh tadi. Astaghfirullah! Apakah dia benar-benar menungguku? batin Fatma.